TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Proyek pembangunan jalan tol Yogyakarta - Solo membawa berkah tersendiri kepada warga yang berada di jalur atau lokasi pembangunan tol tersebut.
Ya, warga yang memiliki tanah, rumah atau bangunan lainnya yang terdampak pembangunan jalan tol Jogja - Solo mendapatkan uang ganti untung hingga mencapai miliaran rupiah.
Banyak di antaranya yang memanfaatkan uang kompensasi tersebut untuk membeli kendaraan mewah, rumah ataupun barang-barang mewah lainnya.
Tapi berbeda dengan puluhan warga di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang kini menjadi miliarder setelah rumah, sawah dan tanah pekarangan milik mereka atau keluarga besarnya terdampak proyek pembangunan jalan Tol Yogyakarta-Solo.
Sebanyak 66 warga ini mendapat kompensasi ganti rugi dengan nilai yang cukup fantastis, mulai dari ratusan juta rupiah hingga miliaran rupiah.
Mereka dengan kesadaran penuh akhirnya mengundurkan diri dari daftar penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) Kementerian Sosial (Kemensos).
Mereka memberi kesempatan kepada warga lainnya yang lebih membutuhkan dana bansos tersebut.
Koordinator PKH Kabupaten Klaten, Theo Markis mengungkapkan, hingga awal Maret 2022 ini terdapat 66 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang mundur dari Bansos tersebut.
Puluhan warga yang mundur itu tersebar di berbagai kecamatan seperti Kecamatan Polanharjo, Kecamatan Karanganom, Kecamatan Ceper dan Ngawen.
Baca juga: Ganti Rugi Lahan Proyek Tol Solo-Jogja: BPN Akui Salah Hitung, Ada Warga Minta Rp 15 Juta Per Meter
"Untuk Ceper ada 3 KPM PKH yang graduasi atau mundur setelah terima uang ganti untung tol. Kalau Karanganom 28 KPM, Ngawen 20 KPM dan Polanharjo ada 15 KPM," ucap Theo pada TribunJogja.com , Kamis (10/3/2022).
Menurut Theo, secara keseluruhan di Kabupaten Klaten sejauh ini terdapat 118 warga penerima bansos PKH yang menerima uang ganti untung pembangunan proyek Tol Yogyakarta-Solo.
Hanya saja, baru 66 warga atau KPM yang mundur secara mandiri.
Sisanya sedang dilakukan edukasi dan pendekatan agar warga tersebut juga bersedia untuk graduasi atau mengundurkan diri dari bansos itu.
Diakui Theo, 118 warga tersebut sebenarnya tidak semuanya yang menerima langsung ganti untung Tol Yogyakarta-Solo.
Namun, beberapa di antaranya ada yang keluarga besarnya menerima ganti untung dan si penerima KPM PKH itu mendapatkan sebagian komisi sebagai ahli waris.
Sementara itu, Pendamping PKH Kecamatan Ngawen, Dwi Santosa menjelaskan 20 KPM PKH yang mundur di Kecamatan Ngawen berasal dari 5 desa.
"Lima desa terdiri dari Desa Manjungan, Ngawen, Senden, Pepe dan Gatak," ucapnya.
Menurut dia, 20 KPM yang mundur dari PKH di Kecamatan Ngawen sudah mendapatkan program Bansos itu sekitar 3 tahun terakhir.
Adapun PKH, lanjut dia dibayarkan sekali 3 bulan dengan besaran berbeda-beda tergantung kebutuhan keluarga yang menerima bansos itu.
Ia pun berharap ke depannya warga lainnya yang sudah membaik secara perekonomian bisa mengikuti jejak 20 KPM yang telah mundur tersebut.
Isna Bisa Beli Rumah
Warga Desa Pepe, Kecamatan Ngawen, Tantriana Nikmatul Isna, menerima pembayaran ganti rugi dampak pembangunan jalan bebas hambatan Tol Solo-Yogya sebesar Rp 3,5 miliar.
Ganti rugi Tol Yogya-Solo tersebut ia terima setelah proyek tersebut mengharuskannya merelakan tanah dan bangunan miliknya.
Walau demikian, soal pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta ini, perempuan 24 tahun ini tidak merasa kaget meski tanah dan bangunan rumahnya harus dibebaskan.
Dia mengaku sudah mendengar kabar rencana pembangunan jalan tol yang melintas di wilayahnya sejak masih kecil.
"Itu wacana (pembangunan jalan tol) sudah lama banget, sejak aku masih kecil sih. Dari aku kecil sudah ada wacana kayak gitu. Terus sudah gede (besar) baru kesampaian," kata Tantri ditemui seusai menerima pembayaran ganti untung di Kantor Kecamatan Ngawen, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (22/2/2022).
Warga Desa Pepe, Kecamatan Ngawen ini menerima pembayaran ganti rugi dampak pembangunan jalan bebas hambatan tersebut sebesar Rp 3,5 miliar.
Jumlah uang yang diterima tersebut merupakan pembayaran untuk bidang tanah dan bangunan seluas 700 meter persegi.
"Yang kena ini dua rumah sama satu kandang sapi. Kalau luasannya yang satu kan itu rumah sama tanah 500 meter persegi dan yang satu ada sekitar 200 meter persegi," terang Tantri.
Tantri mengatakan dua rumah tersebut satu miliknya dan satu milik kakak sepupu. Rumah tersebut berdiri berdampingan.
"Itu kan dulu satu sertifikat tanah. Terus dibeli sama keponakanku kan masih atas nama almarhum bapak saya. Jadi kuasanya ke anaknya," ungkap dia.
Pegawai Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini memilih memanfaatkan uang tersebut untuk membeli rumah baru, meski banyak sales yang menawarinya mobil.
"Banyak yang nawarin mobil. Dipikir-pikir dululah yang lebih penting masih banyak. Karena yang kena rumah jadi gantinya buat beli rumah. Alhamdulillah, sudah dapat rumah baru," terang Tantri.
Kepala Seksi (Kasi) Pengadaan Tanah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Klaten Sulistiyono mengatakan ada 45 bidang tanah warga tiga desa yang hari ini dicairkan.
Baca juga: Petani Desa Dukun Kabupaten Demak Alami Gagal Panen dan Rugi Puluhan Juta, Dipicu Pembangunan Tol
Ketiga desa tersebut yakni Senden ada empat bidang tanah, Pepe ada 23 bidang tanah dan Manjungan 18 bidang tanah.
"Nilai total yang dicairkan hari ini kurang lebih Rp 45 miliar. Dan untuk yang lainnya masih menunggu persetujuan dari LMAN," terang Sulis.
Sampai hari ini, kata Sulis, BPN Klaten sudah mencairkan dana pengadaan tanah pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta sebesar Rp 1,4 triliun.
Jumlah tersebut tersebar di lima kecamatan, yakni Polanharjo, Karanganom, Ceper, Ngawen dan Delanggu.
"Di lima kecamatan ini ada 1.645 bidang tanah yang sudah dibebaskan," terang Sulis.
Bangun 3 Rumah Sekaligus
Lain lagi dengan Suhardi yang menerima uang ganti rugi sebesar Rp 2 miliar karena rumah dan tanah miliknya seluas 442 meter persegi terkena imbas proyek pembangunan ruas tol Yogyakarta-Solo.
Rumah dan pekarangan tersebut merupakan peninggalan orang tua. Suharni menempati rumah itu bersama dengan anak-anaknya.
Namun, Suharni kini harus merelakan rumah dan tanah warisan orang tua lantaran terdampak proyek tol Yogyakarta-Solo.
Ia sudah menerima uang ganti rugi senilai Rp 2 miliar, Rabu (30/6/2021).
Suharni berencana memakai uang ganti rugi dari proyek tol Yogyakarta-Solo untuk membuat tiga rumah baru sekaligus.
Tiga rumah yang akan dibangun bakal ditempati Suharni beserta anak-anaknya.
"Saya akan cari tanah untuk dibangun rumah. Soal rencana membeli kendaraan baru, saya sama sekali belum kepikiran," terangnya di sela-sela penyerahan uang ganti rugi tanah di Desa Ngabeyan.
Sang anak, Rini Ambarwati (28) mengaku sedih ketika tahu bahwa rumah Suharni di Dukuh Pasekan terdampak tol Yogyakarta-Solo.
Maklum, ia lahir di sana dan berhubungan dekat dengan tetangga.
Kendati demikian, seiring waktu berjalan, Rini tidak kuasa menolak.
Ia dan seluruh anggota keluarga harus mengikhlaskan rumah Suharni untuk proyek tol. Ia berharap segera mendapatkan tempat baru.
Panen tawaran
Menurut Rini, dalam beberapa waktu terakhir mulai bermunculan tawaran dari orang-orang tidak dikenal.
Mereka berlomba-lomba menawarkan sepeda motor baru ataupun material bahan bangunan.
Rini juga mengaku belum berniat membeli kendaraan, baik roda dua maupun mobil.
Mereka sedang fokus mencari tanah untuk pembangunan rumah pengganti.
Sementara itu Kepala Desa Ngabeyan, Supriyadi, mengemukakan, ada belasan rumah di Dukuh Pasekan yang terdampak proyek strategis nasional tersebut. Jumlahnya 15 kepala keluarga.
"Di Dukuh Pasekan terdapat 22 KK. Yang tidak terdampak pembangunan tol Yogyakarta-Solo hanya tujuh KK. Mereka memilih untuk bertahan meski mayoritas KK harus pindah hunian," paparnya.
Diakui Supriyadi, di Dukuh Pasekan ada tanah tersisa dan bisa dimanfaatkan warga untuk membuat rumah baru. Tapi, sis tanah itu bakal berdampingan dengan tol Yogyakarta-Solo.
50 Persen Rumah Terdampak
Padukuhan Sanggrahan, Kalurahan Tirtoadi, Mlati, Sleman menjadi titik pertemuan dalam proyek pembangunan jalan Tol Yogyakarta-Bawen dan Tol Yogyakarta-Solo
Titik pertemuan berada di tengah pemukiman warga.
Tak heran, banyak rumah-rumah penduduk yang terdampak.
Jumlahnya mencapai hampir lima puluh persen dari populasi.
Jogoboyo (Kasi Pemerintahan) Kalurahan Tirtoadi, Heky Prihantoro mengatakan, ada 120 bidang tanah di padukuhan Sanggrahan, dari total 344 bidang tanah di Kalurahan Tirtoadi yang tergerus dalam proyek pembangunan jalan Tol Yogyakarta-Bawen.
Di mana 60 - 70 bidang berupa objek bangunan.
Lainnya lahan persawahan maupun pekarangan.
Jumlah tersebut belum termasuk bidang yang terdampak Tol Yogyakarta-Solo
"Jadi dampak tol di Sanggrahan ini mayoritas pemukiman. Hampir 50 persen rumah warga di padukuhan Sangrahan ini kena," kata dia, ditemui Minggu (5/9/2021).
Rumah warga terdampak di Sanggrahan paling banyak ada di RT 3 dan RT 4.
Pantauan di lokasi, sejumlah rumah saat ini sudah mulai dirobohkan.
Mereka, warga terdampak, memang diberi waktu 6 bulan setelah uang ganti rugi dibayarkan agar segera mengosongkan lahan. Kesibukan untuk mengosongkan lahan sudah mulai dilakukan.
Menurut Heky, banyak warga Sanggrahan tidak mau pindah kampung.
Setelah mendapatkan uang ganti rugi, mereka membangun rumah lagi di pekarangan sebelah kampung atau masih berada di Kalurahan Tirtoadi yang tidak terdampak tol.
Sebab, warga sudah hidup selama puluhan tahun, sehingga sulit untuk melepas kenangan dan sejarah.
"Warga memang mendapatkan uang ganti rugi. Tapi mereka sudah lama tinggal di Sanggrahan. Sejarah dan kenangan itu yang tidak bisa dinominalkan," kata Heky yang juga menjabat sebagai Plt Dukuh Sanggrahan.
Meskipun, sepengetahuan dirinya, ada juga keluarga yang dipastikan pindah ke luar daerah.
"Yang dipastikan pindah dari Tirtoadi, setau saya ada enam keluarga," kata dia.
Diolah dari artikel yang telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Sebanyak 66 Warga Klaten Mundur dari Bansos PKH Setelah Terima Ganti Untung Tol Yogyakarta-Solo