TRIBUNNEWS.COM - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan, aktivitas vulkanik gunung merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif.
Pada minggu ini, periode 4-10 Maret, teramati 1 kali awanpanas guguran ke arah barat daya (Sungai Bebeng) dengan jarak luncur 2.000 m dan 18 kali ke arah tenggara (Sungai Gendol) dengan jarak luncur maksimal 5.000 m.
Guguran awan panas itu menyebakan terjadinya hujan abu di beberapa wilayah seperti Kecamatan Kemalang, Sawangan, Dukun, dan Selo.
Kemudian, guguran lava juga dilaporkan terjadi sebanyak 101 kali ke arah barat daya dominan ke Sungai Bebeng dengan jarak luncur maksimal 2.000 m dan 17 kali ke arah tenggara (hulu Sungai Gendol) dengan jarak luncur maksimal 1.500 m.
Baca juga: Aktivitas Merapi Meningkat, Ini Peta Daerah Potensi Bahaya Gunung Merapi
Baca juga: BPPTKG Sebut Munculnya Awan Panas Guguran karena Aktivitas Kubah Lava di Tengah Puncak Merapi
BPPTKG dalam laporannya menerangkan, analisis morfologi menunjukkan adanya perubahan morfologi pada kubah lava barat daya berupa bekas guguran, namun tidak teramati perubahan ketinggian.
Untuk kubah tengah, terdapat pengurangan volume sebesar 646.000 m3 setelah runtuh menjadi awanpanas guguran pada 9 dan 10 Maret 2022 kemarin.
Berdasarkan analisis foto volume kubah lava barat daya terhitung sebesar 1.578.000 m3 dan kubah tengah sebesar 2.582.000 m3.
BPPTKG juga mencatat, intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu.
Deformasi G. Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM pada minggu ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,4 cm/hari.
Namun demikian, dari berbagai rentetan aktivitas itu tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di G. Merapi.
Baca juga: Daftar 10 Desa di Kabupaten Magelang yang Terdampak Hujan Abu Tipis Gunung Merapi
Baca juga: Ganjar Sebut Warga Sekitar Merapi Siap Hadapi Erupsi dengan Metode Desa Kembar
Rekomendasi BPPTKG
BPPTKG menyimpulkan, aktivitas vulkanik G. Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif dengan Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Baca juga: Cerita Warga Dusun Dukuh Sambungrejo Saat Gunung Merapi Muntahkan Awan Panas, Diawali Suara Gemuruh
Beberapa hal yang direkomendasikan yakni:
Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali agar melakukan upaya mitigasi dalam menghadapi ancaman bahaya erupsi Merapi.
Masyarakat diminta tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
Pentingnya kewaspadaan terhadap aktivitas G. Merapi tak hanya warga yang tinggal disekitar lereng Merapi, namun juga bagi para penambang pasir.
Selain itu, juga diimbau untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Merapi serta mewaspadai lahar terutama saat terjadi hujan.
Sebagai catatan, jika terjadi perubahan aktivitas Merapi yang signifikan maka status aktivitas akan segera ditinjau kembali.
(Tribunnews.com/Tio)