TRIBUNNE WS.COM, GIANYAR - Pemerintah Provinsi Bali menyerahkan tanah dan air suci untuk dikumpulkan di Ibu Kota Negara (IKN) yang baru.
Tanah dan air suci tersebut, oleh Pemprov Bali nunas (meminta) di Pura Pusering Jagat, di Desa Adat Jero Kuta Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar.
Lalu seperti apa sebenarnya Pura Pusering Jagat ini, sehingga memiliki peran penting terhadap landasan pembangunan IKN?
Jero Mangku Pura Pusering Jagat, Dewa Ngakan Putu Bagiana, Senin (14/3) mengakui Pemprov Bali meminta tanah dan air suci di Pura Pusering Jagat untuk IKN.
Saat itu, pengambilannya diwakili oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Tanah suci banyaknya sekitar 2 kg. Air suci atau di Bali disebut tirta, jumlahnya sekitar 2 liter.
Beliau menjelaskan, diambilnya tanah dan tirta ini, tak terlepas sejarah pura ini.
Kata beliau, Pura Pusering Jagat merupakan Pura Sad Kahyangan yang letaknya berada di titik tengah Pulau Bali.
"Ini merupakan porosnya Bali dan pusat pemerintahan Bali kuno. Maka, pemprov memutuskan pengambilan tanah dan tirta di sini," ujarnya.
Lalu, kapan Pura Pusering Jagat ini berdiri? Jero Mangku Dewa Bagiana mengatakan, berdasarkan berbagai lontar yang telah dibacanya tentang pura ini, tidak ada satu pun yang menyebutkan tahun pembuatannya.
"Kalau dilihat dari semua lontar, tidak ada menyebutkan berdirinya kapan. Namun diketahui bahwa ini pura tertua di Bali," ujar pensiunan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Bangli tersebut.
Namun diketahui di pelinggih-pelinggih pura terdapat banyak arca kuno terbuat dari batu padas.
Beliau menjelaskan, Ida Bhatara yang bserstana di sini merupakan Ida Bhatara Siwa. Bahkan, kata beliau, tim peneliti dari Universitas Udayana pernah meneliti arca asli Siwa.
Mereka sudah meneliti di berbagai daerah di Nusantara, mulai dari Jawa Tengah, NTT dan sebagainya. Dan, mereka menegaskan, pelinggih atau asca Siwa yang asli ada di Pura Pusering Jagat ini.
Selain pura tertua, kata beliau, Pura Pusering Jagat juga dikenal sebagai Pura Sad Guna.
"Banyak yang menyatakan pura ini adalah Pura Sad Guna. Sebab apa yang dicari di pura ini ada. Saya ngayah sudah hampir 2,5 tahun. Banyak pamedek (umat) menyampaikan terima kasih, karena doanya terkabul. Mare datang dari seluruh Bali, luar Bali juga ada seperti umat dari Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan sampai luar negeri, orang Chili, Jerman banyak yang ke sini," ungkap Jro Mangku.
Kata Jero Mangku Dewa Bagiana, sebagian besar mereka yang datang untuk meminta kesembuhan, meminta jabatan, keturunan hingga kesuksesan dalam berbisnis.
"Meski demikian, awalnya banyak masyaranat tak tahu bahwa pura ini adalah Sad Kahyangan. Banyak yang tahu justru dari mimpi, dan dari medsos. Sekarang sudah banyak yang tahu, tidak pernah sepi penangkilan," ujarnya.
Lalu, untuk tanah dan air suci yang digunakan Pemprov Bali diambil dimana? Jero Mangku mengatakan, semua piranti suci tersebut diambil di Payogan Ratu Pusering Jagat.
Sebelum mendapatkannya, ada tahapan yang harus dilalui, yakni rombongan mengawali dengan malukat di Sangku Sudamala.
Diyakini bahwa tirta yang distanakan di sana merupakan Tirta Amertha yang didapatkan Ida Bhatara Siwa saat pemutaran Gunung Mandara Giri.
"Disebut Tirta Sudamala karena dapat membersihkan segala mala," ujar beliau.
Setelah itu, barulah rombongan Pemprov Bali bisa ke Payogan Ida Bhatara Siwa. Terakhir adalah di Pesaman Agung, tempat diputuskannya segela permintaan.
"Kalau sudah bersih, baru beleh ke Payogan Ida. Terakhir di Pesaman Agung. Di sanalah diputuskan, mau mohon apa, itu di sana tempatnya," ujarnya.
Diketahui, selama ini Pura Pusering Jagat diempon oleh empat banjar, yakni Banjar Intaran, Banjar Pande, Banjar Puseh dan Banjar Guliang. Piodalan setahun sekali di sini jatuh pada Purnama Karo.
Sementara piodalan enam bulan sekalinya jatuh pada Ngar Kasih Medangsia. Selain Jero Mangku Dewa Bagiana, pemangku lainnya di sini adalah Jero Mangku Ratu Sudamala (Sangku Sudamala), Dewa Putu Ngakan Putu Hary Sugianta. (weg)
Baca juga: Diambil di Pura Pusering Jagat Pejeng, Tanah dan Air Suci dari Bali Dikumpulkan Jokowi di IKN