News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Terkait Konflik Wadas, Pengamat Sosial: Ganjar Harus Bersikap Hati-hati

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menemui ratusan mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi menolak penambangan batu andesit Desa Wadas di depan kantornya, Selasa (22/3/2022).

TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Konflik terkait penambangan batu andesit di Wadas, Purworejo, Jawa Tengah belakangan terus mencuat. Bahkan mahasiswa dan perwakikan warga Wadas datang menggeruduk kantor Gubernur Jawa Tengah.

Terkait hal tersebut Pengamat Sosial, Wahyudi Winarjo mengatakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo harus terus bersikap mengedepankan dialog. Meskipun sebenarnya, kasus Wadas secara hukum sudah selesai atau inkrah. 

Proses panjang yang dilakukan dan ditolaknya gugatan warga oleh Mahkamah Agung bisa menjadi dasar Ganjar segera merealisasikan penambangan batu andesit di Wadas.

"Tapi Ganjar tidak melakukan itu. Dia sangat hati-hati dan tak ingin melukai hati rakyat Wadas khususnya mereka yang kontra. Dia terus melakukan pendekatan, dialog dan menjalankan berkomunikasi dengan baik agar tercipta saling pengertian dan pemahaman," kata Wahyudi.

Cara Ganjar ini lanjut Wahyudi bisa menjadi role model kepemimpinan di Indonesia. Ganjar mengedepankan dialog, dekat dengan rakyat, turun ke rakyat tanpa takut dan menjauhi.

"Ini harus diteladani negarawan dan pemimpin lain di Indonesia. Ketika menghadapi masalah yang berkaitan dengan rakyat, nggak usah dijauhi, nggak usah menyuruh orang. Turun langsung untuk menyelesaikan," ujarnya.

Cara Ganjar menghadapi unjuk rasa mahasiswa dan perwakilan warga Wadas pada Selasa (22/3/2022) kemarin juga mendapat sorotan. Aksinya disebut sebagai cara pemimpin yang nguwongke atau menghormati rakyat.

Saat demo terjadi, ratusan mahasiswa dan perwakilan warga Wadas menggeruduk kantor Ganjar. Mereka menolak rencana penambangan batu andesit di desa Wadas. 

Ganjar turun langsung menemui mereka. Sambil duduk lesehan di bawah guyuran hujan, Ganjar mendengarkan tuntutan dan memberi penjelasan.

"Ini menarik, bagaimana Ganjar begitu nguwongke atau menghormati rakyatnya. Ganjar mengamalkan prinsip vox populi, vox argentum. Bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan," kata Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.

Apalagi lanjut Wahyudi, komunikasi yang terjadi dalam pertemuan itu adalah komunikasi terbuka. Ganjar duduk lesehan di bawah, dikelilingi mahasiswa dan warga Wadas. Dialog terjadi sangat baik, ada ruang komunikasi terbuka dimana mahasiswa dan warga Wadas bebas menyampaikan keinginannya.

"Dan itu tanpa rasa takut apapun. Mereka menyuarakan tuntutan ke Ganjar secara terbuka tanpa tekanan dalam forum terbuka antara wakil rakyat dengan rakyatnya. Ganjar juga bisa menjelaskan dengan baik dan menjadi penyambung lidah pemerintah pusat," jelasnya.

Cara Ganjar menemui mahasiswa dan perwakilan warga Wadas dengan cara lesehan juga memiliki nilai filosofi tinggi. Perwujudan Tri Sakti Bung Karno tersaji dalam pertemuan itu.

"Lesehannya itu, kalau kita tarik secara filosofis itu perwujudan Tri Saktinya Bung Karno, berkebribadian secara budaya. Lesehan duduk di bawah sambil ngobrol itu budaya kita," ucapnya.

Dan hal yang paling menarik menurut Wahyudi adalah cara Ganjar menangani kasus Wadas ini. Meski sebenarnya ini proyek nasional, namun Ganjar pasang badan untuk menyelesaikan. Ia beberapa kali datang langsung ke Desa Wadas, menemui warga yang pro ataupun kontra untuk menyerap masukan dari sana.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini