TRIBUNNEWS.COM, MATARAM - limbah styrofoam juga menjadi salah satu persoalan selain limbah plastik.
Desa Dasan Lekong, Kecamatan Sukamulia, Kabupaten Lombok Timur mengubah limbah styrofoam ini menjadi batu berbentuk persegi panjang yang berfungsi sebagai pondasi bangunan.
Kepala Desa Dasan Lekong Lalu Muhammad Rajabul Akbar mengatakan, daur ulang styrofoam dilakukan karena benda ini menjadi satu diantara sampah yang tidak dapat terurai.
Baca juga: Persiapan Latsitarda, Sekda Lombok Timur Minta 4 Kecamatan Berikan Pelayanan Terbaik
Selain itu, limbah yang biasanya digunakan sebagai wadah makanan ini banyak ditemui berserakan.
Proses daur ulang limbah styrofoam dilakukan dengan mencampurkannya dengan semen dan cat.
Hasilnya, struktur yang padat dan setelah mengering akan menjadi keras layaknya batu bata.
Hasil daur ulang dari limbah styrofoam tersebut diberi nama batu cinta alam atau batu cinta lingkungan.
“Dan ini (batu cinta alam) kita sudah menyelamatkan limbah styrofoam yang tidak bisa sama sekali terurai dengan tanah,” ujarnya.
Diharapkan dengan adanya inovasi ini, kata Akbar, dapat menciptakan sirkuler ekonomi bagi masyarakat Desa Dasan Lekong.
Selain diubah menjadi bentuk batu, limbah styrofoam juga dimanfaatkan menjadi beragam bentuk lain seperti pot bunga.
“Jadi limbah styrofoam ini sangat bermanfaat bisa dijadikan batu cinta lingkungan kemudian berbagai kreativitas lainnya,” bebernya.
Baca juga: Begini Strategi BPPD Lombok Timur Sambut Event Bergensi di NTB
Desa Dasan Lekong sendiri memiliki bank sampah INGES (Indah, Nyaman, Gemilang, Sejahtera) yang mampu mengatasi persoalan sampah di desa tersebut.
Terbukti, kata Akbar, tidak ada lagi sampah berserakan yang ditemukan di area Desa Dasan Lekong.
(TribunLombok.com, Patayatul Wahidah)