Di sisi lain, Icih yang juga memiliki penghasilan yang tak menentu juga bersikeras untuk menabung.
Icih merupakan buruh yang bergantung dari panggilan pemilik lahan sawah untuk bekerja.
"Istri jadi petani, tapi buruh. Kalau ada yang manggil ya dapat uang sehari bisa Rp60 ribu. Kalau kosong ya enggak ada pemasukan," kata Eme.
Baca juga: Dua Jemaah Haji Indonesia Sakit di Tanah Suci, Seorang di Antaranya Alami Luka Bakar di Kaki
Lebih lanjut, ia mengaku sering beralih profesi hingga akhirnya menjadi tukang becak selama 30 tahun terakhir.
Pada tahun 90-an, Eme memilih menjadi tukang becak dan mulai menabung untuk naik haji pada tahun 2000.
"Kalau niat dari 30 tahun lalu untuk naik haji. Tapi mulai nabung mah tahun 2000," ujar Eme.
Setelah 12 tahun menabung, Eme dan Icih pun akhirnya mendaftar sebagai calon jemaah haji pada tahun 2012.
Kala itu, tabungannya ternyata cukup untuk biaya awal pendaftaran dan berdasarkan nomor antrean bisa berangkat berhaji di tahun 2020.
Namun karena pandemi Covid-19 melanda, akhirnya keduanya baru bisa berangkat tahun ini masuk di kelompok terbang 11 masuk gelombang pertama dengan jumlah 411 orang dari total jumlah jemaah asal Kabupaten Majalengka sebanyak 533 orang.
Kloter 11 akan diberangkatkan dari Majalengka pada tanggal 11 Juni 2022 mendatang.
Jemaah berdasarkan jadwal bisa masuk ke Asrama Haji Bekasi pukul 10.20 WIB.
Baca juga: PNS Gagal Berangkat Haji Karena Tak Dapat Cuti, Anggota Komisi II DPR : BKD Harus Beri Penjelasan
Masih kesulitan ongkos bekal
Sayangnya, meski telah dipastikan berangkat naik haji, Eme masih mengaku kebingungan untuk biaya ongkos keseharian di Mekah.
Sebab, uang tabungannya telah habis untuk melunasi semua biaya haji.