TRIBUNNEWS.COM - Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menjadi sorotan setelah memberi tanggapan soal solusi dari tingginya kasus positif HIV di Bandung, Jawa Barat.
Diketahui berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), ada 5.943 kasus positif HIV di Bandung dalam periode 1991-2021.
Menanggapi fakta tersebut, Wagub Uu Ruzhanul Ulum memberikan solusi untuk menekan angka penyebaran HIV/AIDS, yakni menikah bagi anak-anak muda dan berpoligami bagi yang sudah menikah.
Tanggapan Uu Ruzhanul Ulum soal poligami tersebut pun menjadi sorotan masyarakat, terutama di media sosial.
Bahkan kata poligami sempat menjadi trending topic di media sosial Twitter pada hari ini, Selasa (30/8/2022).
Lantas siapakah sosok Uu Ruzhanul Ulum?
Berikut profil Uu Ruzhanul Ulum yang telah dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
Baca juga: Ratusan IRT di Bandung Positif HIV, Pakar : Konseling Pra Nikah Calon Pengantin Jadi Penting
Profil Uu Ruzhanul Ulum
Dilansir laman resmi Pemprov Jabar, jabarprov.go.id, Uu Ruzhanul Ulum lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 10 Mei 1969.
Sebelumnya ia pernah menempuh pendidikan di Universitas Siliwangi dan lulus pada 1997.
Uu Ruzhanul Ulum diketahui memulai karier politiknya dengan menjadi anggota DPRD Jawa Barat pada 1999.
Kemudian pada tahun 2011-2018, Uu Ruzhanul Ulum berhasil menjabat sebagai Bupati Tasikmalaya.
Baca juga: 12 Murid SD di Cianjur Positif HIV/AIDS Terpapar dari Orangtuanya
Barulah setelahnya Uu Ruzhanul Ulum menjadi Wakil Gubernur Jabar, mendampingi Gubernur Jabar Ridwan Kamil sejak 2018 hingga sekarang.
Uu ternyata memiliki beberapa prestasi, di antaranya pernah mendapat Penghargaan Peduli Jurnalis dari Persatuan Wartawan Indonesia pada 2021.
Kemudian Uu juga pernah mendapat Lencana Adhitya Karya Mahatva Yodha Kategori Pembina Umum Karang Taruna Terbaik (2018).
Serta mendapat Satya Lencana Jasa Bhakti Koperasi dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia (2017).
Baca juga: Fakta dan Mitos Cara Penularan HIV AIDS yang Perlu Dipahami
Ibu Rumah Tangga di Bandung Banyak Terkena HIV/AIDS, Wagub Uu Beri Solusi Nikah Muda dan Poligami
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, KPA mengatakan 5.943 kasus positif HIV di Bandung selama periode 1991-2021, 11 persennya adalah ibu rumah rangga (IRT).
Terkait hal tersebut, Uu Ruzhanul Ulum punya solusi.
Menurut Uu, solusi menekan meningkatnya angka penyebaran penyakit HIV/AIDS adalah menikah dan berpoligami.
"Daripada terkena penyakit itu, menurut saya, solusi menekan angka penyebaran HIV/AIDS adalah menikah bagi anak-anak muda dan berpoligami bagi yang sudah nikah," jelas Uu lewat pesan singkat kepada Kompas.com, Selasa (30/8/2022).
Uu menambahkan, menikah merupakan ibadah yang menjadi salah satu sunah Rasulullah SAW.
Baca juga: 8 Mitos dan Fakta Seputar HIV/AIDS: Benarkah Bayi Bisa Lahir Sehat Meski Ibunya Positif?
Tujuan lain dari ibadah menikah juga agar menjauhkan diri dari zina.
Perzinaan disebutnya membawa banyak mudarat, mulai dari penyakit kelamin menular hingga paling parah terjangkit penyakit HIV/AIDS.
Salah satu pemicunya adalah suami yang melakukan hubungan seks tidak menggunakan pengaman dengan pekerja seks.
Selain IRT, sebanyak 6,9 persen atau 414 kasus terjadi pada mahasiswa
"Sekarang kan sedang viral di Bandung ternyata ibu-ibu banyak yang kena HIV/ AIDS. Kedua, anak-anak muda banyak juga yang kena," kata dia.
Baca juga: HIV/AIDS: Cara Penularan, Individu yang Punya Risiko Besar Tertular, dan Cara Menghindarinya
Uu menegaskan bahwa dalam agama, khususnya Islam, perzinaan memang sangat dilarang.
Maka, pernikahan menjadi solusi untuk memelihara sesorang dari perbuatan zina.
Selain itu, upaya lainnya, sosialisasi, penyuluhan, dan pendidikan seks harus lebih serius diberikan kepada generasi muda agar terhindar dari perbuatan terlarang itu.
"Allah SWT tidak akan membuat sebuah larangan kecuali kalau dilaksanakan akan mendapatkan kemudaratan, kemafsadatan, kepayahan, kerugian. Salah satunya menikah dan poligami adalah ibadah," ungkapnya.
Maka dari itu, untuk anak muda, Uu menyarankan apabila sudah tidak kuat ingin menyalurkan hasrat seksualnya maka segerakanlah menikah.
Baca juga: Ratusan IRT di Bandung Positif HIV, Pakar : Konseling Pra Nikah Calon Pengantin Jadi Penting
Sebab, hasrat seksual adalah hal biologis yang juga manusiawi, tetapi tetap harus disalurkan dengan cara yang benar sesuai syariat agama.
"Belum lagi, di era digital, mudah ditemui konten-konten yang menarik perhatian mata dan membangkitkan hasrat seksual."
"Sisi lain kecanggihan teknologi juga memudahkan akses generasi muda yang ingin 'nakal' berselancar menemukan hal-hal berbau memancing hasrat," ujarnya.
Uu juga mendorong keluarga di Jabar agar memberikan dukungan bila ada anak di keluarganya yang berkeinginan menikah.
Lebih baik didukung saja ketimbang terjadi hal yang tidak diharapkan di luar pernikahan.
"Saya berharap kepada anak-anak muda kalau kebelet, kawin saja. Orangtua memberikan dukungan, jangan dihalang-halangi. Kalau dihalangi semacam itu, khawatir lebih parah lagi (dampaknya)," katanya.
Selanjutnya, melihat fenomena kaum ibu rumah tangga (IRT) yang juga banyak tertular HIV/AIDS, salah satu solusinya adalah agar suami tidak "jajan" sembarangan.
Baca juga: Waspada! Gejala HIV Mirip Seperti Flu: Demam dan Panas Dingin
Bila suami tidak cukup dengan satu pasangan maka agama pun mengizinkan suami berpoligami, dengan syarat dan sejumlah catatan besar, antara lain harus mampu, adil, dan bijaksana.
"Daripada seolah-olah dia (suami) tidak suka begitu, tapi akhirnya kena (HIV/AIDS) ke istrinya sendiri, toh agama juga memberikan lampu hijau asal siap adil, kenapa tidak?"
"Makanya, daripada ibu kena (HIV/AIDS), sementara ketahuan suami seperti itu, mendingan diberikan keleluasaan untuk poligami," tegas dia.
Oleh karena itu, menurut Uu, sosok suami harus mampu berkomunikasi dengan istrinya kalau merasa punya kemampuan untuk berpoligami.
Namun, Uu mengaskan bahwa pernikahan harus dengan niat ibadah, apalagi nikah punya sejumlah kaidah, seperti kaidah menjaga turunan dan kehormatan.
"Kalau perlu, masyarakat ingin nikah tidak ada biaya, kenapa tidak? Saya akan konsultasi dengan Pak Gubernur untuk ada program (nikah massal) itu."
"Kita kan pemerintah harus respons terhadap keinginan masyarakat. Kalau perlu Pemprov mengadakan nikah massal bagi yang tidak punya biaya," tuturnya.
Baca juga: Kenali Ciri-ciri Orang Terkena HIV, Gejala Awal Mirip Flu 2 hingga 3 Minggu
Uu juga mengungkapkan, kunci sukses rumah tangga adalah rasa saling memahami antara suami istri.
Dalam rumah tangga tidak ada manajemen yang pasti, hanya suami memahami istri, lalu istri memahami suami, termasuk memahami kebutuhan suami.
"Sekalipun masalah poligami banyak yang pro dan kontra, itu manuasiawi dan merupakan fitrah. Tetapi, agama sudah memberikan pilihan sebagai panduan di muka bumi ini."
"Ditambah dengan pemahaman keagamaan yang ditingkatkan, kalau perlu kampus-kampus mendirikan pesantren mahasiswa," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Erik S)