TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Tiga orang warga mendengar rintihan suara perempuan dari sebuah rumah yang ambruk di kawasan Kampung Seulaeurih, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Suara rintihan tersebut diduga berasal dari seorang wanita yang sedang hamil lima bulan dimana keberadaannya masih dicari warga.
Hingga saat ini warga masih mencari wanita hamil yang diketahui bernama Indri Rahmawati (23) dan sampai sekarang belum ditemukan.
Baca juga: Gempa Cianjur, Kemenag Ajak Umat Doakan dan Salat Gaib untuk Korban
Warga bersama dengan para relawan berjibaku mencari korban di atas reruntuhan rumah sejak pagi hingga sore hari ini, namun usaha warga dan relawan belum membuahkan hasil.
Indri masih belum ditemukan hingga Selasa (22/11/2022) malam.
Sang ibu, Ipah (47), pun terlihat harap-harap cemas. Wajahnya terlihat lelah dengan sorot mata yang nanar dan nada suara sedikit parau.
Ia mencoba menceritakan kronologi sampai anaknya hilang dan hingga kini belum ditemukan.
Sebelum terjadi gempa, anaknya pamit pergi ke warung untuk membeli jajanan kuaci. Namun jajanan tak didapat ia lantas pergi ke rumah kerabatnya.
Baca juga: Gempa Bumi Cianjur dari Tahun ke Tahun, Mulai 1844 hingga 2022, Ini Daftarnya
"Dari rumah kerabatnya itu ia sudah pamit untuk pulang, saat berjalan pulang tersebut terjadi gempa dan semua rumah ambruk ke jalan," ujar ibu yang mengenakan daster ditemui di tenda pengungsian sore ini.
Ipah menduga saat terjadi gempa tersebut anaknya takut dan berteduh di sebuah rumah namun rumah tersebut ambruk.
"Ada yang melihat anak saya berteduh karena saat gempa terjadi gerimis juga," katanya.
Ipah mengatakan, suami anaknya sudah pulang dari Jakarta dan kini ikut mencari tak hanya di lokasi reruntuhan tapi juga mencari ke rumah sakit khawatir anaknya sudah dibawa ke rumah sakit.
Namun sampai saat ini pencarian di rumah sakit juga belum membuahkan hasil.
Ipah berharap anaknya segera ditemukan karena keluarga harap-harap cemas.
"Saya belum tidur sejak kemarin, apalagi di tenda pengungsian seperti ini banyak warga lain juga yang ikut bergadang menjaga anak-anak mereka," kata Ipah.
Baca juga: Kisah Pilu Deden, Istri dan Anaknya Meninggal Dunia Tertimbun Longsor di Cianjur
Tak jauh dari tempat Ipah berdiri, debu dari material bangunan yang coba digali dengan peralatan manual terlihat.
Beberapa orang warga dan relawan yang yakin akan keberadaan Indri terus mencari memindahkan bebatuan dan menggali.
Pencarian dihentikan menjelang magrib.
Tak jauh dari lokasi Kampung Seulaeurih, di Kampung Nagrog warga menyambut antusias pengobatan gratis yang dilaksanakan oleh relawan dari Ners Indonesia.
Warga Nagrog sebelumnya mengeluh di media sosial karena belum datang bantuan logistik dan obat-obatan.
Banyak warga menderita luka ringan seperti memar yang ingin berobat.
"Alhamdulillah hari ini ada pengobatan gratis dari Ners Indonesia, warga langsung antusias berobat," ujar Asep seorang warga Kampung Nagrog.
Akses menuju Kampung Nagrog dan Seulaeurih di beberapa titik hanya bisa dilewati oleh kendaraan roda dua.
Banyak bangunan rumah yang runtuh ke jalan dan belum sepenuhnya dievakuasi dan memerlukan alat berat.
Di sepanjang jalan dari Desa Sukamanah, Desa Gasol, Desa Benjot banyak didirikan tenda darurat dan dipenuhi oleh warga yang mengungsi karena takut dan rumah rusak.
Gempa susulan kembali terjadi menjelang magrib di lokasi Desa Benjot dan mengagetkan warga yang sedang mengungsi di tenda.
Baca juga: Gempa di Cianjur, Pemimpin Dunia Ungkapkan Duka Cita
Kesedihan Siti Rohmah Korban Gempa Cianjur
Siti Rohmah, warga Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terpaksa mengungsi dan tinggal di tenda pengungsian karena gempa bumi magnitudo 5,6 yang mengguncang pada Senin (21/11/2022) meratakan rumahnya dengan tanah.
Sambil menahan tangis, Rohmah mengatakan rumahnya kini tak lagi bisa ditinggali.
"Rumah di depan paling depan, rusak semuanya. Sudah tidak bisa ditinggali," kata Rohmah dalam wawancara seperti dikutip dari live streaming Kompas TV, Selasa (22/11/2022).
Ketika guncangan gempa bumi terjadi, Rohmah sedang bekerja. Sementara dua orang anaknya tengah berada di rumah, dan satu lainnya sedang belajar di sekolah.
Baca juga: Warga Cianjur Khawatir Gempa Susulan hingga Trauma Tak Bisa Tidur Semalaman
Guncangan gempa membuat Rohmah yang sedang berada di tempat kerja, dan terpisah dengan anak-anaknya langsung khawatir dan memikirkan para buah hatinya.
"Ah nggak bisa bayangin. Ngebayanginnya gimana ya, musibah paling gede," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Rohmah pun akhirnya bisa bertemu karena anak-anaknya langsung pergi ke luar ruangan dan mendatangi dirinya yang saat itu juga mengevakuasi diri ke pinggir jalan.
Anak-anaknya berlari ke arahnya sambil menangis dan berteriak ketakutan karena guncangan gempa meruntuhkan bangunan, termasuk rumah pribadi Rohmah.
Meski sedih rumahnya rata dengan tanah, tapi Rohmah bersyukur keluarganya selamat tanpa terluka. Ia bersyukur bisa berkumpul kembali dengan lengkap, walau kini tinggal di tenda pengungsian.
"Pada lari nyamperin saya di jalan, pada nangis berteriak. Orang-orang udah terhimpit bangunan. Alhamdulillah suami sehat, keluarga sehat nggak ada yang luka," tutur Rohmah.
Baca juga: Kementerian PPPA Terjunkan Tim Layanan Anak dan Perempuan ke Lokasi Gempa Cianjur
Update Data Dampak Gempa Cianjur: Korban Meninggal 268 Jiwa
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data terbaru dampak gempa Cianjur per Selasa (22/11/2022) pukul 17.00 WIB.
Data dari BNPB menyebutkan, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa di Cianjur bertambah menjadi 268 jiwa.
Dari jumlah 268 korban meninggal dunia, sebanyak 122 korban sudah berhasil diidentifikasi.
"Korban jiwa meninggal dunia ada 268. Dari 268 yang sudah teridentifikasi siapa-siapanya sebanyak 122 jenazah," ujar Kepala BNPB Letjen Suharyanto dalam konferensi pers, Selasa sore.
Baca juga: Warga Terdampak Cianjur Menteskan Air Mata, Minta Bantuan Terpal untuk Bermalam dan Konsumsi
Suharyanto juga menyebut, jumlah korban hilang akibat gempa Cianjur mencapai 151 orang.
Hingga kini, BNPB dan sejumlah pihak terkait masih terus melakukan pencarian korban hilang.
"Apakah 151 orang ini bagian yang belum teridentifikasi, nanti kami dalami lebih lanjut," kata Suharyanto.
Sementara korban luka-luka mencapai 1.083 orang dan 58.362 warga terpaksa harus mengungsi akibat gempa.
Untuk kerugian material, lanjut Suharyanto, sebanyak 22.198 rumah dinyatakan rusak.
Hampir sebagian besar di antaranya dalam kondisi rusak berat. (Tribunnews.com/TribunJabar)