Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahmi Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Heri Kurnia (48) mengisahkan pengalamannya ketika menjadi saksi mata longsornya tebing di wilayah Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat pasca terjadi gempa berkekuatan 5,6 magnitudo, Senin (21/11/2022) lalu.
Mulanya Heri yang pulang bekerja sebagai guru di Sekolah Dasar di wilayah Cipanas melintasi Jalan Cipanas-Cianjur seperti hari hari biasanya.
Ia pun tak mengira bakal terjadi longsor parah yang berujung menelan korban jiwa.
Ia pun tak merasa sama sekali kala itu ada gempa hebat yang mengguncang kawasan Cianjur yang berujung menewaskan ratusan orang.
"Memang saya tak merasakan getaran sama sekali karena saya waktu itu lagi kendarai motor.
Cuma waktu itu saya ngerasa ban motor kayak kempes soalnya jalannya agak oleng," kata Heri ketika ditemui Tribunnews.com di lokasi pengungsian Desa Cijedil, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Jum'at (25/11/2022).
Baca juga: Cerita Gipar Remaja Kampung Barukaso, Lolos dari Maut Setelah Tertimpa Atap Rumah saat Gempa
Setelah sekitar 50 meter berkendara dirinya mulai melihat ada yang tidak beres di sekitar lokasi ia berkendara.
Ketika melintasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kampung Ciherang, ia melihat sebuah warung bakso kondisinya sudah ambruk tidak karuan.
Warga di sekitar area tersebut pun terlihat berhamburan ke pinggir jalan seakan sedang terjadi sesuatu yang tidak beres.
"Dis itu saya tanya orang 'pak ada apa?' terus dijawab gempa," tutur Heri.
Namun pernyataan warga itu belum juga menyadarinya bahwa bencana alam berat sedang terjadi di lokasi itu.
Heri masih memganggap bahwa gempa yang terjadi itu hanyalah gempa biasa yang tak berdampak apa-apa.
"Disitu saya masih biasa aja, karena saya pikir 'ah paling gempa biasa'," gumam Heri pada saat itu.
Tak berhenti disana, Heri yang saat itu kembali melanjutkan perjalanan menemukan kejadian diluar dugaan lagi saat melintasi area Desa Cibereum.
Ketika melintasi wilayah itu, ia merasa heran karena sudah tidak ada lagi kendaraan yang melintas naik ke atas alias arah Cianjur menuju Cipanas.
Di lain sisi, jalur yang ia lintasi sudah mulai macet parah dan saat itu ia belum mengetahui apa yang terjadi pada kala itu.
Singkat cerita, setelah ia coba menembus kemacetan dengan melewati sisi kanan jalan bersama pengendara lain.
Akhirnya laju sepeda motornya itu terhenti di area jalan tepatnya di dekat Villa Putih yang sudah tertimbun material longsor.
Dalam perhentiannya itu, Heri pun berinisatif melihat situasi sekitar di lokasi longsor tersebut.
Baca juga: Kirim Tenaga Medis, Pertamedika: Pasca Gempa, Kondisi Wilayah Cianjur Jadi Tantangan Bagi Ambulans
Ketika dirinya melongok ke arah bawah jurang, ia melihat sebuah truk pasir dan angkot sudah tertimbun tanah.
"Yang saya lihat di bawah itu ada truk engkel (pasir) dan angkot udah ketimbun," katanya.
"Liat kebawah itu udah ada dua truk kalau gak salah sama angkot jadi kepala angkotnya itu udah bertumpuk gitu," sambung Heri.
Lihat Mayat Tergeletak Tertimbun Tanah Longsor
Lanjut Heri, setelah melihat terdapat angkot dan truk pasir tertimbun dibawah jurang, ia pun menelusuri bagian lain di area longsor tersebut.
Benar saja, tak lama kemudian dirinya menemukan satu orang yang tertimbun material longsor dan sudah tidak bergerak sama sekali.
"Abis saya liat liat di sekitar situ, gak lama ada satu orang tergeletak udah ketimbun.
Terus saya sama pengendara lain coba angkat orang ini, tapi pas diangkat sudah kondisi meninggal," ujarnya.
Heri menjelaskan, pada saat itu dirinya tak sempat apakah di lokasi tersebut sedang banyak masyarakat atau tidak.
Sebab yang ia tau saat itu kondisi ramai hanya oleh pengendara yang lewat saja.
Ia pun tak mengira banyak jiwa yang melayang akibat longsor tersebut.
"Waktu saya disana, saya lihatnya ramai sama pengendara aja. Soalnya pas saya tiba kondisi jalan dan di sekitar situ udah parah sama longsor," jelasnya.
Jalan Ditutup Total
Usai kejadian itu, tak lama berselang sekitar 20 menit kata Heri, sejumlah personel Brimob datang untuk memberikan bantuan dan berusaha mensterilkan lokasi tersebut.
Heri pun yang hendak buru-buru melanjutkan perjalanan ke rumahnya di Desa Cijedil RT02/04, tak bisa lagi melintasi area tersebut.
Pasalnya kala itu anggota Brimob melarang pengendara melintasi jalan tersebut karena dinilai berbahaya.
"Saya waktu itu pikir, kalo kondisinya begini pasti rumah saya pasti roboh. Saya juga kepikiran Ibu sama Istri saya nah dari situ saya langsung balik kanan," ucapnya.
"Tadinya saya mau nyebrang reruntuhan tapi dicegah sama Brimob. Lalu saya putar balik ke atas saya lewat Mangunkerta," pungkasnya.