Deni melihat tangisan warga histeris dimana-mana.
Baca juga: Polisi Periksa Anggota Ormas yang Cabut Stiker di Penampungan Korban Gempa Cianjur
Ia mendengar suara kesakitan dari korban yang terluka, bahkan melihat darah dari seorang anak yang digendong ayahnya.
"Suasana makin panik karena setelah rumah pada ambruk, gempa susulan terus terjadi," ujar Deni sambil menyebut dan tak tega melihat kejadian di samping kiri dan kanan tempat motornya melintas.
Deni mengatakan, saat itu ia berharap sedang mimpi, hingga ia mencubit kulitnya dan terasa sakit.
Ternyata apa yang dilihatnya bukan di alam mimpi dan bukan seperti adegan di film 2012 yang pernah ia lihat.
Sekadar mengingatkan, 2012 adalah sebuah film bencana fiksi ilmiah yang diproduksi tahun 2009 yang disutradarai Roland Emmerich ini terinspirasi oleh ide peristiwa hari kiamat global yang bersamaan dengan akhir putaran Kalender Hitungan Panjang Maya pada atau sekitar 21 Desember 2012 (titik balik matahari musim dingin belahan Bumi utara).
Baca juga: Cerita Perawat di RSUD Cimacan Tangani Korban Gempa Meski Keluarganya Dievakuasi
"Masih teringat jelas kang kiamat sugra ini, hari Senin pilu itu jadi pengalaman pertama dalam kehidupan maupun pengalaman bekerja sebagai jurnalis, ini pengalaman duka terbesar dengan jumlah korban meninggal dunia yang sangat banyak," katanya.
Sepanjang jalan dari kawasan Pacet-Cugenang-Cianjur kota, ia melihat warga sudah berada di jalan dan mendirikan tenda-tenda di jalan raya.
"Kemacetan makin parah, untuk keluar dari jalan kecil jalan alternatif semakin sulit, pasalnya warga sudah mendirikan tenda di jalan
dan menghalangi jalan kendaraan," ujar Deni.
Batal lewat Gasol, Deni mencari alternatif jalan lain lewat Nagrak Cibulakan, akhirnya ia bisa merayap meski masuk Cianjur kota sekitar pukul 18.30 WIB.
"Alhamdulilah semua keluarga selamat dan saat itu sudah ada di luar di posko tenda darurat," katanya.
Pantauan Tribunjabar.id sejak pertama gempa mengguncang semua warga Cianjur keluar dan terus berada di ruang terbuka.
Di halaman rumah sakit korban luka maupun meninggal mulai berdatangan dan jumlahnya terus bertambah setiap menitnya.
Raungan ambulans tak henti datang dengan kecepatan tinggi membawa para korban dari berbagai daerah dan terbanyak dari wilayah Cugenang menuju kamar mayat.
Menjelang malam, hari itu juga Kota Cianjur gelap gulita. Kepanikan masih terpancar jelas di raut wajah warga kota Cianjur.
Menjelang tengah malam warga mulai letih dengan gempa susulan yang terus terjadi.