TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penggunaan zat sianida untuk kasus pembunuhan tidak hanya terjadi pada tiga orang sekeluarga di Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang saja.
Yang paling menjadi perhatian, penggunaan zat kimia yang lebih dikenal dengan istilah potas adalah saat digunakan untuk pembunuhan pada Wayan Mirna Salihin.
Wayan Mirna meninggal usai menenggak kopi yang ternyata berisi racun sianida.
Berikut deretan orang-orang yang meninggal dunia karena sianida yang dihimpun Tribunnews.com dari berbagai sumber :
1. Wayan Mirna Salihin (6 Januari 2016).
Mirna berusia 27 tahun ketika menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam perjalanan ke rumah sakit.
Wafatnya Mirna menyita perhatian publik selama sekitar 10 bulan setelah diketahui kasus itu bukan sekadar kematian biasa, melainkan pembunuhan berencana.
Dikutip dari Kompas.com, peristiwa ini bermula ketika empat orang yang berteman sejak kuliah di Billy Blue College, Australia, ingin reuni di Jakarta.
Mereka adalah Mirna, Jessica Kumala Wongso, Hani Boon Juwita, dan Vera dan mereka bertemu di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta Pusat.
Baca juga: Mirip Sidang Kasus Mirna, Eks Hakim Agung Sebut Kasus Brigadir J Rumit, Ferdy Sambo Bisa Bebas?
Namun, hanya tiga orang yang hadir lantaran Vera absen.
Pada hari nahas tersebut, Jessica lebih dulu tiba di Olivier sebelum pukul 16.00 WIB untuk menghindari kebijakan 3 in 1 (satu mobil minimal berisi tiga orang).
Dia kemudian berinisiatif memesan es kopi vietnam dan dua cocktail.
Tak lama berselang, Mirna tiba bersama Hani.
Mereka mendatangi Jessica sudah menunggu di meja 54 dengan pesanan minuman yang sudah dihidangkan.
Es kopi vietnam sengaja dipesan untuk Mirna.
Usai bertegur sapa, Mirna meminum es kopi vietnam.
Tak dinyana, ia kejang-kejang setelah meminum es kopi itu, lalu tak sadarkan diri.
Mulutnya juga mengeluarkan buih.
Ia sempat dibawa ke sebuah klinik di Grand Indonesia, lalu dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo.
Namun, Mirna meninggal dunia dalam perjalanan menuju RS.
Setelah Mirna dinyatakan wafat, ayah Mirna, Edi Dharmawan Salihin, lantas melaporkan kematian putrinya ke Polsek Metro Tanah Abang lantaran menilai anaknya tewas tidak wajar.
Pada 16 Januari 2016 atau enam hari setelah pemakaman, Kepala Puslabfor Polri saat itu, Brigadir Jenderal Alex Mandalikan, mengungkapkan bahwa ada zat sianida dalam kopi Mirna.
Baca juga: Tepat 5 Tahun Berlalu Kasus Jessica Wongso Bunuh Mirna Pakai Kopi Sianida
Racun mematikan tersebut juga ditemukan di lambung Mirna. Setelah diperiksa, ternyata ada sekitar 3,75 miligram sianida dalam tubuh Mirna.
Oleh karena itu, polisi meningkatkan penyelidikannya menjadi penyidikan.
Rekan Mirna, Jessica Kumala Wongso ditetapkan menjadi tersangka dan diadili.
Jessica benar-benar dinyatakan sebagai tersangka pada akhir Januari 2016, sebelum akhirnya divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 27 Oktober 2016, lalu.
Jessica dijatuhi hukuman kurungan penjara selama 20 tahun dalam dakwaan pembunuhan berencana.
Sampai sekarang, Jessica masih dipenjara di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.
2. Digunakan Dukun Penganda Uang di Magelang Bunuh 4 Orang
Korban kekejian dukun pengganda uang berinisial IS (57) di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah kembali bertambah.
Dari yang semula dua orang, kini korban tewas akibat ulah IS menjadi empat orang.
Seluruh korban dihabisi dengan cara yang sama, yakni menggunakan racun apotas.
Hal tersebut disampaikan oleh Kapolres Magelang, AKBP Mochamad Sajarod Zakun.
Baca juga: Anak di Magelang Racuni Keluarga Pakai Sianida, Simpan Sisa Racun di Mobil, Terancam Hukuman Mati
Ia mengatakan, beradarkan hasil pengembangan dan olah tempat kejadian perkara, ditemukan cairan bening dalam plastik yang terletak di dekat korban.
Cairan bening tersebut adalah air yang telah dicampur apotas.
IS membeli racun tersebut di sebuah toko pertanian.
Kepada korbannya, IS mengaku cairan tersebut diambil dari sumber mata air Sijago di lereng Gunung Sumbing.
IS mengklaim, air itu sebagai syarat agar uang korban berlipat ganda.
Korban harus meminum air yang disebut telah didoakan itu tanpa diketahui oleh orang lain.
"Untuk motif dan modus yang dilakukan oleh tersangka adalah sama, yakni ingin menguasai uang milik korban," katanya, dalam keterangan pers, Senin (22/11/2021), seperti dilansir Kompas.com.
Dikatakan Sajarod, berdasarkan hasil laboratorium forensik terhadap air liur, lambung, serta urin milik korban Lasma dan Wasdiyanto, diketahui positif mengandung racun sianida.
IS diketahui adalah warga Dusun Karangtengah, Desa Sutopati, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
IS merupakan dukun atau 'orang pintar' yang sehari-hari membuka praktik pengobatan alternatif di tempat tinggalnya.
Kakek ini juga dikenal memiliki kemampuan 'mendoakan atau 'menggandakan' uang agar tidak bisa habis dipakai.
3. Heboh Sate Sianida yang Menewaskan Anak Ojok di Bantul
Anak driver ojek online NFP (10), meninggal dunia setelah memakan sate yang diketahui mengandung racun sianida.
NFP meninggal dunia setelah menyantap sate yang dibawa oleh Bandiman, ayahnya, Minggu (25/04/2021).
Sate yang dibawa Bandiman tersebut pemberian sosok perempuan misterius yang memesan jasa pengiriman secara offline.
Perempuan misterius tersebut meminta Bandiman mengirimkan makanan ke Bangunjiwo, Kasihan, Bantul kepada seseorang bernama Tomy.
Namun saat sampai di lokasi, Tomy sedang berada di luar kota.
Tomy juga tidak mengenal pengirim dan merasa tidak memesan makanan.
Kemudian makanan tersebut diberikan kepada Bandiman.
Sesampainya di rumah, Bandiman dan keluarganya menyantap sate tersebut saat berbuka puasa.
Namun sate tersebut mengandung racun dan akhirnya merenggut nyawa putra sulungnya, NFP.
Setelah berhasil menangkap pengirim sate yang ternyata seorang wanita berinisial NA (25) warga asli Majalengka, Jawa Barat yang bekerja di Yogyakarta terungkap bocah itu korban salah sasaran.
Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Burkhan Rudy Satria, mengatakan tersangka diamankan pada Jumat (30/04/2021) lalu.
Tersangka diamankan di kediamannya, Potorono, Bantul.
Baca juga: Mengenal Sianida Zat Kimia Pembunuh Sekeluarga di Magelang, Digunakan untuk Basmi Hama dan Serangga
"Tersangka tidak melarikan diri, kami amankan di rumahnya," katanya saat jumpa pers di Mapolres Bantul, Senin (03/05/2021).
Ia menyebut identitas tersangka terungkap berkat kerja sama Polsek Sewon, Polres Bantul, hingga masyarakat yang menjadi saksi.
Identitas NA berhasil terungkap dari bungkus sate beracun tersebut.
Bungkus sate tersebut sangat spesifik dan dapat menunjukkan tempat dimana sate tersebut dibeli.
Direskrimum Polda DIY, Kombes Pol Burkhan Rudy Satria, juga menyebut kandungan racun yang ada di bumbu sate tersebut adalah kalium sianida (KCN).
Racun tersebut memang sengaja ditaburkan bumbu sate oleh tersangka. Racun tersebut dibeli oleh tersangka secara daring.
"Makanya kami sebut ini sebagai pembunuhan berencana. Karena racun tersebut sudah dibeli sejak tiga bulan lalu. Selain itu dia sengaja memesan ojek online tanpa aplikasi, karena dianggap lebih aman. Tersangka mengaku tidak memiliki aplikasi saat memesan,"sambungnya.
Kapolres Bantul, AKBP Wachyu Tri Budi, menambahkan bahwa tersangka membeli kalium sianida (KCN) secara daring melalui e-commerce.
"Racun tersebut dibeli secara online. Beli sebanyak 250 gram, harganya Rp224.000,"katanya.
4. Digunakan Kopda Muslimin untuk Akhiri Hidup di Kendal Jawa Tengah
Sianida atau apotas diketahui digunakan Kopda Muslimin untuk mengkhiri hidup.
Kodam IV/Diponegoro mengungkapkan Kopda Muslimin meninggal dunia karena mati lemas akibat keracunan zat toksik berupa sianida.
Tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik di tubuh korban berdasarkan hasil visum.
"Kopda Muslimin meninggal karena mati lemas atau keracunan zat toksik berupa sianida dan tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuhnya," kata Kapendam IV/Diponegoro Letkol Inf Bambang Hermanto melalui keterangan resminya, Kamis (1/9/2022).
Berdasarkan, hasil pemeriksaan toksikologi ditemukan racun sianida pada sampel urine, otak kecil, batang otak, ginjal kiri, jantung, dan paru kiri.
"(Lalu) sampel darah, otak besar, lambung, hati, ginjal kanan juga positif mengandung sianida," paparnya.
Alhasil lanjutnya, diduga kuat Kopda Muslimin meninggal dunia karena bunuh diri dengan mengonsumsi racun.
"Hal ini juga diperkuat dari beberapa keterangan saksi-saksi bahwa Kopda Muslimin secara terus menerus meminta maaf kepada orang tuanya dan menyatakan telah berbuat khilaf," imbuhnya.
Hasil autopsi Kopda Muslimin sudah diketahui, meninggal karena keracunan. (TribunJateng.com/Rahdyan Trijoko Pamungkas, Kompas.com)
Kopda Muslimin ketakutan dan menyesal atas perbuatannya sehingga mempunyai rencana mengakhiri hidupnya.
"Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya 6 (enam) lembar surat wasiat di tasnya yang ditujukan kepada istri dan anak-anaknya," ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, Kopda Muslimin ditemukan meninggal dunia di rumah orang tuanya di Kendal pada 28 Juli 2022.
Kopda Muslimin diduga menjadi otak penembakan terhadap istrinya sendiri, Rina Wulandari, pada tanggal 18 Juli 2022 di depan rumahnya, Jalan Cemara III, Kota Semarang. (TribunJogja.com/Christi Mahatma Wardhani) (Tribunnews.com/Nanda Lusiana Saputri) (Tribun Network)