TRIBUNNEWS.COM - Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi mengatakan tim gabungan telah menemukan penyebab tewasnya satu keluarga di Citra Garden, Kalideres, Jakarta Barat.
Penyebab kematian ini diketahui setelah dilakukan pemeriksaan mendalam oleh tim gabungan ahli kedokteran forensik hingga laboratorium forensik.
"Hasil analisa dan evaluasi hari ini antara tim penyidik bersama tim gabungan ahli kedokteran forensik dan laboratorium forensik sudah di temukan sebab-sebab kematian, didukung oleh fakta-fakta yang scientific," ujarnya dikutip dari Wartakotalive.com.
Fakta-fakta tentang kematian ini didapatkan tim psikologi forensik dari keterangan para saksi dan temuan barang bukti yang saling berhubungan.
Baca juga: Polisi Lakukan Rapat Analisa dengan Sejumlah Ahli Sebelum Sampaikan Hasil Akhir Kasus Kalideres
"Artinya metode penyelidikan induktif yakni dari olah TKP, bukti bukti materiil yang ada di TKP serta penyelidikan deduktif yakni berupa keterangan saksi-saksi serta petunjuk di luar TKP saling mendukung dan memperoleh keindetikan satu sama lain sehingga menjadi suatu kesimpulan," terangnya.
Namun penyebab kematian satu keluarga di Kalideres baru akan diumumkan pada Jumat (9/10/2022).
Menurutnya apabila dalam penyebab kematian tidak ditemukan unsur pindana, maka kasus ini akan ditutup.
"Yang jelas, kalau emang enggak ditemukan unsur pidana ya kita hentikan," tambahnya.
Dalam olah TKP, polisi juga tidak menemukan adanya bukti orang lain masuk ke rumah keluarga Kalideres.
"Sangat kecil kemungkinan adanya tindak pidana di luar daripada kegiatan dilakukan empat orang ini di dalam rumah," ungkapnya.
Kondisi TKP ketika diperiksa terkunci dari dalam dan dari pemeriksaan Labfor tidak ada jejek orang lain selain para korban.
"Kami tekankan sekali lagi dari hasil pemeriksaan olah TKP tidak ditemukan adanya jejak-jejak adanya pihak luar masuk ke dalam TKP baik itu dari jejak-jejak pemeriksaan dari Labfor. Kunci-kunci yang ternyata memang dikunci dari dalam dan tidak ada pihak luar yang masuk," ucapnya.
Baca juga: Polda Metro Jaya Berupaya Rampungkan Kasus Kalideres Sebelum Acara Puncak HUT PMJ 6 Desember
Ia mengungkap tugas kepolisian hanya menentukan ada atau tidak adanya unsur pidana dalam kasus kematian ini.
"Tugas kami dari kepolisian ya hanya menentukan apakah ini ada pidananya atau tidak, artinya dilihat dari sebab-sebab kematian dan juga dari olah TKP apakah ada pihak luar yang masuk ke dalam TKP," pungkasnya.
Dugaan keluarga Kalideres melakukan ritual
Sebelumnya, muncul dugaan satu keluarga ini tewas karena mengikuti suatu aliran atau sekte tertentu.
Diketahui korban yang meninggal berjumlah empat orang dengan identitas bapak bernama Rudyanto Gunawan (71), anak bernama Dian (42), ibu bernama Reni Margaretha Gunawan (66), dan paman bernama Budiyanto Gunawan (68).
Kombes Hengki Haryadi mengatakan motif sekte ini diperkuat dengan sejumlah barang bukti di tempat kejadian perkara (TKP).
"Ditemukan juga buku-buku lintas agama, serta mantra, dan kemenyan," ujarnya dikutip dari TribunJakarta.com.
Kepercayaan yang dianut oleh keluarga ini disebut-sebut dapat menjadikan kondisi tubuh menjadi lebih baik.
Menurutnya keempat anggota keluarga melakukan ritual untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
"Hal ini mengakibatkan ada suatu kepercayaan dalam keluarga tersebut bahwa upaya untuk membuat kondisi lebih baik atau mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga, dilakukan melalui ritual tertentu," terangnya.
Dari hasil pemeriksaan sementara diduga, salah satu anggota keluarga yaitu Budyanto sebagai orang yang paling aktif mengikuti ritual aliran tertentu.
Baca juga: Kronologi Urutan Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres, Sang Anak Meninggal Paling Akhir
Budyanto mengenalkan dan mengajak ketiga anggota keluarga lain untuk mengikuti ritual dan meyakini suatu aliran.
Hal ini terungkap dari temuan Tim Asosiasi Psikologi yang meminta keterangan beberapa saksi dan mencocokkan dengan sebuah ritual.
"Ada kecenderungan salah satu keluarga yang dominan yang mengarah kepada almarhum Budianto."
"Bahwa yang bersangkutan (Budyanto Gunawan) memiliki sikap positif terhadap aktivitas ritual tertentu," jelasnya.
Namun terkait jenis kepercayaan yang dianut, Hengki belum dapat menjawabnya.
Sementara itu, Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel mengatakan dugaan motif sekte bisa saja benar karena keluarga ini termotivasi untuk bunuh diri dengan menjalankan suatu nilai keyakinan.
Ia menjelaskan jika keluarga di Kalideres ada kemungkinan terganggu kesehatan mentalnya karena pandemi dan mencari aliran keyakinan yang dapat membuat tenang.
Beberapa waktu lalu saya berspekulasi, tidak tertutup kemungkinan penyebab kematian keluarga tersebut adalah bunuh diri yang termotivasi oleh nilai spiritualitas tertentu."
"Mereka secara terencana ingin rest in peace. Meninggal dengan cara damai. Damai menurut mereka, tentunya," jelasnya dikutip dari Wartakotalive.com.
Baca juga: Polisi Dalami Korelasi Temuan Mantra dan Ritual Terhadap Motif Kematian Satu Keluarga di Kalideres
Reza Indragiri juga menyoroti waktu kematian keempat anggota keluarga ini tidak bersamaan.
Ia menduga anggota keluarga termuda ditugaskan meninggal paling terakhir dan menutup akses makanan ke rumah.
"Dengan situasi sedemikian rupa, kejadian di Kalideres dapat dipahami sebagai peristiwa bunuh diri yang disertai peristiwa pidana sebagaimana pasal 345 KUHP."
"Namun karena Indonesia tidak mengenal posthumous trial (persidangan pelaku kejahatan yang sudah meninggal-Red), maka Ditreskrimum Polda Metro Jaya (PMJ) dapat menyatakan kasus ditutup," terangnya.
Menurutnya kemunculan sekte baru ketika masa pandemi banyak terjadi di negara barat.
"Di Perancis saja ada lima ratusan sekte baru. Dan Pemerintah sampai mengalokasikan dana hingga 1 juta Euro guna meningkatkan pengawasan terhadap sekte-sekte yang dikhawatirkan membahayakan masyarakat tersebut," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (Wartakotalive.com/Valentino Verry/Nuri Yatul Hikmah) (TribunJakarta/Siti Namiroh)