TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini tanggapan Pakar Iklim dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM), Emilya Nurjani, soal penyebab cuaca panas di sekitaran DI Yogyakarta.
Beredar isu, bahwa cuaca panas di wilayah DI Yogyakarta beberapa hari ini disebabkan oleh erupsi Gunung Merapi.
Emilya mengatakan, awan panas guguran tak serta merta jadi penyebab munculnya cuaca panas di Jogja.
“Aerosol yang dihasilkan oleh erupsi awan panas guguran itu mungkin saja bisa berpengaruh menaikkan suhu, mengurangi suhu atau justru bisa tidak terjadi apa-apa. Itu harus diukur dulu untuk menentukannya,” ungkapnya seperti yang diwartakan TribunJogja.com.
Bisa diartikan, erupsi Gunung Merapi belum tentu menjadi penyebab naiknya suhu.
“Karena arah anginnya ke barat itu, jadi Yogya aman dari abu. Kalau di daerah di barat, debu-debu itu kemudian menutupi radiasi matahari. Matahari yang mau menyinari bumi jadi terganggu. Hanya, kejadian itu lokal saja, hanya di daerah yang tertutup abu saja,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan, erupsi kali ini berbeda dengan erupsi tahun 2010 lalu yang masih mengeluarkan erupsi eksplosif dengan semburan yang tinggi.
Baca juga: VIDEO Gunung Merapi Sudah Luncurkan 60 Kali APG dalam 3 Hari: Warga Diminta Waspada
“Saat itu, kami mengukur, radiasinya nol, selama tiga hari ke depan itu radiasi nol. Artinya, cuaca menjadi lebih dingin karena tidak ada radiasi yang masuk. Baru kemudian berangsur-angsur, matahari mulai masuk karena abu-abu sudah mulai hilang,” urainya.
Ia juga membandingkan dengan erupsi di Gunung Eyjafjallajokull di Islandia pada tahun 2010.
Saat erupsi di bulan Maret 2010, hasil erupsi tersebut mampu melumpuhkan penerbangan dan perubahan iklim di Eropa.
“Di negara seperti Islandia, troposfer itu tidak setebal di Indonesia, hanya sekitar 6 km. Jadi, itu erupsi sampai stratosfer dan tidak turun, menyebabkan perubahan iklim di sana," pungkasnya.
Polda DIY Kerahkan Personel
Irjen Suwondo Nainggolan, Kapolda DIY mengatakan akan mengerahkan 50-100 personel untuk ikut memantau perkembangan aktivitas Gunung Merapi.
"Kami selalu standby jumlanya seluruh anggota Polda harus siap. Ada 1.700 personel. Tapi Yang disiagakan 50 sampai 100 itu untuk mantau kalau ada apa-apa mereka yang maju dulu, nanti ada back up untun penambahan kekuatan," ungkpanya.
Pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan.
Selain itu, Makwan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman saat berdiskusi dengan Kapolda menjelaskan, masyarakat perlu diedukasi terkait apa saja yang harus dilakukan ketika erup terjadi.
Baca juga: BPPTKG Mencatat Terjadi 2 Kali Awan Panas Guguran dari Erupsi Gunung Merapi Hari Ini
Satu diantaranya peningkatan pemahaman soal awan panas dan abu vulkanik.
"Awan panas itu memang panas, dan itu biasanya turun dari pucuk Merapi arahnya ke sungai. Tetapi kalau abu vulkanik itu tidak berbahaya dan arahnya tergantung angin," jelasnya.
"Jadi kalau abu vulkanik sampai ke Wonosobo itu sebetulnya tidak masalah. Nah, kadang masyarakat ikut panik," sambungnya.
Tak hanya itu, pihaknya memberikan masukan pada saat evakuasi berlangsung.
"Seorang driver yang membawa kendaraan pengangkut warga harus memiliki mental yang kuat," pungkasnya.
Diketahui, Gunung Merapi kembali erupsi Sabtu (11/3/2023) sekira pukul 12.12 WIB.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) DI Yogyakarta melaporkan, erupsi masih terjadi hingga 12.31 WIB.
(Tribunnews.com, Renald)(TribunJogja.com, Ardhike Indah/Miftahul Huda)