TRIBUNNEWS.COM - Polisi akan melakukan autopsi terhadap jenazah bocah SD berinisial MHD (9).
Bocah SD di Sukabumi, Jawa Barat, itu meninggal setelah diduga dikeroyok oleh kakak kelasnya.
Peristiwa tersebut dikabarkan terjadi saat berlangsung pembelajaran di sekolah, Senin (15/5/2023).
Korban diduga kembali dikeroyok kakak kelasnya hingga harus mendapatkan penanganan medis pada Selasa (16/5/2023).
MHD sempat kritis selama tiga hari hingga akhirnya meninggal dunia pada Sabtu (20/5/2023).
Penyidik Polres Sukabumi Kota akan melakukan autopsi terhadap jenazah korban untuk memastikan penyebab kematiannya.
Pihak kepolisian juga akan meminta rekam medis hasil visum saat MHD di rawat di Rumah Sakit Hermina Sukaraja, Kabupaten Sukabumi.
"Kita sudah kirimkan surat ke rumah sakit, terkait dengan hasil visum korban," kata Kasat Reskrim Polres Sukabumi Kota, AKP Yanto Sudiarto, Minggu (21/5/2023), dilansir TribunJabar.id.
Baca juga: Bocah SD di Sukabumi Meninggal Dunia Usai Dikeroyok Kakak Kelas hingga Tulang Dadanya Retak
AKP Yanto Sudiarto mengatakan sudah melalukan upaya komunikasi dengan keluarga korban terkait autopsi tersebut.
Namun, keluarga korban masih menolak dilakukan autopsi.
"Kita lihat ke depannya, kita telah melakukan imbauan kepada keluarganya untuk dilakukan autopsi."
"Namun orang tuanya masih menolak dan telah dibuatkan pernyataan," jelasnya.
Meski begitu, pihaknya akan tetap berkomunikasi dengan keluarga korban.
"Untuk memastikan ini, kami akan berupaya kepada keluarganya untuk dilakukan autopsi," terang Yanto.
Baca juga: Kasus Bocah Kelas 2 SD Tewas Disorot Istri Bupati Sukabumi, Polisi Selidiki Dugaan Penganiayaan
Polisi Sudah Periksa Pihak Sekolah
Satreskrim Polres Sukabumi Kota telah memeriksa pihak sekolah untuk mengungkap meninggalnya korban.
AKP Yanto Sudiarto menjelaskan, dalam proses penyelidikan tersebut polisi telah memeriksa tiga orang dari pihak keluarga.
Polisi juga telah memeriksa saksi-saksi lainnya, termasuk dari pihak sekolah.
"Sampai saat ini baru enam saksi, yaitu dari pihak keluarga dan pihak sekolah," katanya, Minggu, dikutip dari TribunJabar.id.
Dari pemeriksaan saksi, penyidik belum bisa memastikan dugaan pengeroyokan yang menyebabkan bocah SD itu meninggal.
"Kami akan terus melakukan pemeriksaan dan penyelidikan untuk segera mengungkapnya," papar Yanto.
Baca juga: Istri Bupati Sukabumi Geram Soal Bocah SD Dikeroyok Kakak Kelasnya: Perundungan di Sekolah Masih Ada
Korban Alami Luka Dalam
Diberitakan TribunJabar.id, MHD meninggal dunia karena mengalami luka dalam.
Bahkan, tulang dada dan tulang punggung korban sampai retak.
"Korban yang kritis tiga hari di rumah sakit, lalu pada pukul 08.00 WIB, meninggal di RS Hermina," ungkap kakek korban, MY (52), Sabtu.
Berdasarkan keterangan dokter, korban mengalami luka di bagian dalam organ dan bagian anggota tubuhnya.
"Hasil visum korban mengalami luka pecah pembuluh darah, dada retak dan tulang punggung retak," jelas MY.
Korban Sebut Nama Terduga Pelaku
Kakek korban mengatakan, MHD sempat menyebut seseorang yang diduga sebagai pelaku yang memukulinya.
Nama tersebut disebutkan saat korban mengalami masa kritis.
"Ketika ditanya siapa yang melakukannya (penganiayaan), korban hanya bilang oleh inisial AZ."
"Namun itu tidak berlanjut karena suara korban sudah tidak ada," kata MY, Sabtu, seperti diberitakan TribunJabar.id.
"Setelah dicek di sekolahnya, ada empat orang namanya disebutkan (sama)" tambah dia.
Baca juga: Detik-detik Siswa SD di Sukabumi Tewas Diduga Dianiaya Kakak Kelas, Korban Kritis selama 3 Hari
Pihak keluarga kini meminta pertanggungjawaban dari pihak sekolah dan orang tua terduga pelaku.
Mengingat, peristiwa yang menimpa korban terjadi saat berlangsungnya pembelajaran di sekolah.
Sebelumnya, Kapolsek Sukaraja, Kompol Dedi Suryadi, mengatakan kasus dugaan pengeroyokan MHD masih dalam penyelidikan.
"Masih dalam penyelidikan dugaan-dugaan, itu baru informasi (dugaan pengeroyokan), sebab dari keluarga korban pun belum melaporkan apapun kepada kita, hanya kita mendapatkan informasi (dan) langsung ke tempat korban," katanya, Sabtu.
(Tribunnews.com/Nuryanti) (TribunJabar.id/Dian Herdiansyah)