News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Viral

Viral Bu Kades di Sidoarjo Disandera Warganya Selama 6 Jam: Duduk Permasalahan hingga Kata Polisi

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi mengevakuasi kades wanita di Buduran Sidoarjo yang digembok warganya di balai desa selama 6 jam, Rabu (24/4/2023)

TRIBUNNEWS.COM - Video seorang ibu kepala desa (kades) dengan narasi disandera warganya sendiri, viral di media sosial.

Berdasarkan penelusuran Tribunnews, video tersebut diunggah oleh sejumlah akun Instagram, seperti @fakta.suroboyo pada Kamis (26/5/2023).

Sementara identitas kades yang disandera warganya diketahui bernama Elok Suciati.

Ia menjabat sebagai kades Desa Sidokepung, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Pada awal rekaman terlihat Elok dikawal sejumlah anggota kepolisian berseragam dinas.

"Penjemputan kepala desa, ini satu kompi polisi dari polres (Sidoarjo)," kata perekam video.

Baca juga: Viral Kasus KDRT di Depok Suami Istri Jadi Tersangka, Penyidik Diminta Proses Kasus secara Utuh

Rekaman dilanjutkan dengan adanya seorang warga yang meneriaki Kades Elok.

Kades Elok diminta bertanggungjawab atas suatu masalah yang terjadi di desanya.

"Tolong suruh (Kades Elok) tanggung jawab kepada warga," kata warga lainnya.

Hingga Jumat (26/5/2023), video di atas sudah ditonton lebih dari 11 ribu kali.

Warganet turut meramaikan postingan dengan berbagai komentarnya.

Duduk permasalahan

Elok kemudian menguraikan duduk permasalahan yang terjadi.

Semua bermula dari kekecewaan warga kepada panitia Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

Ada warga yang keukeuh ingin mendaftarkan tanahnya.

Baca juga: Viral Video Mobil Pelat Dinas Polri Diduga Tak Mau Bayar Tol, Anggota Polres Jaksel Diperiksa Propam

Padahal, tanah miliknya masih bermasalah.

Sehingga panita PTSL tidak bisa meloloskan warga tersebut.

Elok menegaskan, mendaftarkan tanah bermasalah ke PTSL merupakan pelanggaran.

"Kalau kaya gitu kan salah besar," tegasnya, dikutip dari Kompas.com, Jumat.

Berujung disandera

Warga yang tidak terima tanahnya tidak lolos PTSL kemudian mendatangi balai desa pada Selasa (23/5/2023) sekira pukul 20.00 WIB.

Memang saat itu, Elok dan sejumlah panita PTSL sedang berada di lokasi.

Warga beramai-ramai memprotes kinerja panita dan pihak desa.

"Mereka memaksa panitia diganti semua dan disekap sebanyak lima orang termasuk saya," ujar Elok.

Elok mengaku tidak bisa keluar dari balai desa lantaran pintu digembok warga.

Dirinya lantas menghubungi kepolisian lewat sambungan telepon guna meminta evakuasi.

Pada akhirnya Elok dan panita PTSL dibawa keluar dengan kawan polisi setelah kurang lebih 6 jam disandera warga.

Elok kini melaporkan kejadian yang ia alami ke polisi.

Diketahui warga yang menyanderanya sudah kerap mendatangi balai desa.

Selain itu, saat kejadian ada aksi pengerusakan motor.

"Dilaporkan ke Polresta Sidoarjo sama panitia supaya tidak begitu lagi, karena hampir setiap hari mereka mendatangi balai desa," tutup Elok.

Baca juga: Viral Video Kucing Selalu Mengeong Tengah Malam, Pemilik Pasang Kamera untuk Lihat Apa yang Terjadi

Ada belasan warga

Balai Desa Sidokepung, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, dikepung warga lantaran proses PTSL dinilai lamban. (Kompas.com/Istimewa)

Kapolsek Buduran Polresta Sidoarjo Kompol Heri Setyo Susanto membenarkan insiden ini.

Untuk mengantisipasi kejadian serupa terulang kembali, balai desa kini dalam penjagaan kepolisian.

"Penyanderan kemarin Alhamdulilah tidak sampai ricuh," imbuh Heri.

Heri melanjutkan, ada sekitar 15 orang warga yang berada di lokasi kejadian.

Mereka mengaku kecewa kepada panita PTSL karena tak kunjung mendapatkan kepastian.

Baca juga: Kisah Siswa SMA Jalan Kaki 16 Km ke Sekolah Viral, Tetangga Beri Kesaksian: Dia Punya Motor

Padahal ada warga sudah melengkapi persyaratan PTSL.

Sedangkan sebagian lain ada juga warga tidak lengkap berkasnya lantaran kendala sengketa.

"Jadi warga akhirnya berasumsi ada indikasi tidak adil," kata Heri, dikutip dari Kompas.com.

"Mereka datang karena ingin tahu progresnya kelanjutannya," tegasnya.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(Kompas.com/Ghinan Salman)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini