Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan warga suspek Antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dari laporan Dinkes Gunungkidul, ada 125 warga yang ikut menyembelih dan mengonsumsi daging dari sapi yang mati.
Sampel darah mereka pun diambil untuk diperiksa lebih lanjut di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta.
"Hasil pemeriksaan menyatakan 85 warga positif Antraks, yang bergejala 18 orang," ungkap Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty seperti dikutip dari TribunJogja.
Baca juga: 12 Warga Gunungkidul DIY Positif Antraks
Sejauh ini dugaan penyebab penularan antraks adalah dari sapi milik warga yang mati kemudian disembelih.
Dagingnya kemudian dibagikan kepada warga sekitar lalu dikonsumsi.
Guru Besar FKUI Prof Tjandra Yoga Aditama menuturkan, kasus antraks sering terjadi di berbagai daerah.
Karena itu, perlu ditegaskan dan diberi pemahaman ke masyarakat luas untuk tidak konsumsi dagung dari hewan ternak yang mati.
"Penularan antraks dari binatang sakit yang lalu dipotong dan dikonsumsi manusia. Ini yang harus diberi pemahaman ke masyarakat. Supaya jangan terus berulang kejadian," kata dia kepada wartawan, Rabu (5/7/2023).
Pengalamannya saat menjabat DirJen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan di tahun 2010 menemukan bahwa beberapa kali kasus antraks memang disebabkan oleh konsumsi daging hewan ternak yang mati.
Pada pasien yang ada saat itu maka dilakukan pengobatan dan tentu juga diambil darahnya untuk diperiksa di laboratorium.
Selain pemeriksaan darah maka juga dapat dilakukan pemeriksaan kulit, faeses dan pungsi lumbal, kalau diperlukan.
Baca juga: Kasus Antraks di Kabupaten Gunungkidul Dikhawatirkan Berimbas Usaha Kuliner Sate Klatak di Bantul
Diketahui, Antraks (Anthrax) merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.