News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penangkapan Terduga Teroris

Sosok S Terduga Teroris yang Ditangkap Densus 88 di Boyolali: Murid Doktor Azahari-Simpatisan ISIS

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Arif Fajar Nasucha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(KIRI) S, tersangka terduga teroris yang diamankan Densus 88 di Boyolali dan (KANAN) Gembong teroris asal Malaysia Doktor Azahari. Berikut sosok dari S yang ternyata murid Doktor Azahari dan simpatisan ISIS.

TRIBUNNEWS.COM - Densus 88 Anti Teror telah melakukan operasi penangkapan terduga teroris di wilayah Solo Raya pada pekan lalu.

Total ada 5 orang yang ditangkap berasal dari Kota Solo, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.

Dari kelimanya, ada satu tersangka berinisial S, warga Desa Trayu, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

S ditangkap pada hari Selasa, 1 Agustus 2023 pukul 16.00 WIB.

Juru Bicara Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, Kombes Aswin Siregar mengungkap sosok dari S.

S diketahui adalah ketua atau amir kelompok teroris kecil di wilayah Kota Solo dan sekitarnya untuk melakukan amaliah.

Baca juga: VIDEO 5 Terduga Teroris Ditangkap di Solo Raya: 50 Kotak Infak Diamankan, Dijadikan Sumber Pendanaan

"S (juga) merupakan anggota cukup lama dalam kelompok teror JAT/Jamaah Ansharut Tauhid tahun 2008-2014," kata Aswin, dikutip dari kanal YouTube Polresta Surakarta Official, Senin (7/8/2023).

Selepas dari JAT, S kemudian bergabung dan menjadi simpatisan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) sejak 2014 hingga sekarang.

S bertugas untuk merekrut anggota baru serta menyebarkan ideologi ISIS.

Aswin menambahkan, S sudah belajar merakit bom sejak lama.

Bahkan dirinya merupakan murid dari Doktor Azahari bin Husin.

Ia merupakan salah satu teroris yang mendalangi Bom Bali Satu yang terjadi pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan 202 jiwa dan melukai 209 orang.

"Dia turunan atau anak didik dari dedengkot ahli bom dan teror Doktor Azahari.

Doktor Azahari punya kader yang selanjutnya menjadi guru dari S," urai Aswin.

S lewat gurunya belajar meracik bom dari bahan-bahan tertentu dan juga switching hingga menghasilkan paket bom yang siap digunakan.

Baca juga: Sosok RS, Terduga Teroris di Sukoharjo, Istri Bomber Astana Anyar, Dorong Suami Lakukan Pengeboman

Peran S dalam aksi teror

Juru Bicara Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, Kombes Aswin Siregar saat memperlihatkan foto S. (Tangkap layar kanal YouTube Polresta Surakarta Official)

Aswin kemudian membeberkan peran S dalam aksi teror bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar pada 7 Desember 2022 lalu.

"S mengantar sendiri paket bom yang akan diledakan ke tersangka AS alias AM pelaku bunuh diri, menyerahkan di satu daerah," ucapnya.

Dari hasil pendalaman sementara, S ternyata juga merencanakan aksi teror di Solo Raya.

S menargetkan Mapolresta Surakarta sebagai target bom bunuh diri.

Awalnya teror akan dilakukan waktunya bersamaan dengan teror di Polsek Astana Anyar.

"Alhamdulillah, bisa kita cegah. Memang ada satu paket bom yang sudah ia siapkan untuk mencari pengantinnya untuk melakukan bom bunuh diri," urai Anwar.

Sementara dalam aksi terornya, S dibantu oleh tersangka lain yang sudah diamankan.

Anwar menegaskan, pihaknya masih melakukan pendalaman secara intensif kepada 5 tersangka, termasuk S.

"Akan kita update lagi ke depannya," tandasnya.

Baca juga: Sosok 2 Terduga Teroris yang Ditangkap Densus 88 di Sukoharjo-Boyolali: Seorang Kepsek dan Penjahit

S di mata warga

Polisi saat memperlihatkan barang bukti penangkapan terduga teroris di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. (Tangkap layar kanal YouTube Polresta Surakarta Official)

Ketua RT di tempat tinggal S, Ngadino membenarkan warganya ditangkap karena diduga sebagai teroris.

S sendiri sehari-hari bekerja sebagai seorang penjahit.

Ia memperoleh keahliannya dari ilmu yang diajarkan sang ayah.

"Keseharian itu jahit jas," ucap Ngadino, dikutip dari TribunSolo.com.

Ngadino menambahkan, S jarang berkumpul berkumpul dengan warga.

Ia juga tidak mau ikut ronda hingga membayar iuran desa.

"Orangnya tertutup. Tidak seperti kita-kita masyarakat biasa gitu," beber Ngadino.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)(TribunSolo.com/Tri Widodo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini