TRIBUNNEWS.COM - Seorang pemuda bernama Imam Masykur (25) tewas diduga dianiaya oleh oknum anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Korban tercatat sebagai warga asal Desa Mon Kelayu, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Jenazah korban telah diserahkan kepada pihak keluarga pada Kamis (24/8/2023).
Namun, informasi ini baru berkembang pada Sabtu (26/8/2023) malam.
Dalam narasi yang beredar luas di media sosial, Imam Masykur menjadi korban penculikan dan penganiayaan yang dilakukan oknum Paspampres.
Melansir Serambinews.com, belum diketahui persis bagaimana kronologi dugaan penyiksaan hingga menyebabkan Imam meninggal dunia.
Baca juga: Sambil Menangis, Pemuda Aceh yang Dianiaya Oknum Paspampres Berulang Kali Minta Dikirimi Rp 50 Juta
Dari foto dan video yang beredar, satu di antaranya tampak Imam disiksa oleh pelaku di dalam mobil.
Sementara itu, pada video lain, tampak seorang pria yang merupakan warga Aceh menerima telepon dari Imam.
Dalam video tersebut, terdengar suara Imam meminta dikirimi uang sebesar Rp 50 juta.
Dalam percakapan itu terdengar Imam mengatakan bahwa dirinya sedang dipukuli.
"Neu kirem peng siat 50 juta (tolong kirim uang 50 juta)," ucap Imam melalui sambungan telepon dengan napas terengah-engah.
Pria yang berkomunikasi dengan Imam itu lantas mengatakan tak punya uang.
Namun, ia mengatakan akan berusaha mencarikan uang tersebut.
Di akhir percakapan, Imam mengatakan, kalau uang itu tidak dikirim, maka ia akan tewas.
"Neu kirem jino aju bueh, meuhan matee lon (kirim terus sekarang ya, kalau tidak mati saya)," ujar Imam di akhir percakapan.
Kemudian dalam video yang lain, terlihat kondisi tubuh Imam penuh luka.
Saat itu, terdengar korban berulang kali mengatakan minta dikirim uang Rp 50 juta.
"Dek kirem peng 50 juta peugah bak mah beuh, abang ka ipoh nyoe (Dek, tolong bilang sama mamak suruh kirim uang 50 juta, abang sudah dipukul)," ucapnya.
Sementara itu, dari informasi yang diterima Serambinews.com, Imam didatangi oleh pelaku pada 12 Agustus 2023.
Saat itu, pelaku mengajak pergi Imam secara paksa.
Selanjutnya, keluarga menerima telepon dari korban.
Kala itu, Imam meyebut bahwa ia sedang dianiaya oleh pelaku yang menjemputnya.
Tak hanya itu, pelaku juga mengirimkan video penyiksaan Imam kepada keluarganya.
Setelah itu, korban tak bisa dihubungi dan tak pulang ke rumah.
Atas hal itu, keluarga kemudian melapor ke Polda Metro Jaya pada 14 Agustus 2023.
Said Sulaiman, keluarga korban mengatakan, Imam dibawa paksa di kawasan Rempoa, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Baca juga: Sosok Imam Masykur, Pemuda Aceh yang Tewas Diduga Dianiaya Oknum Paspampres, Baru Setahun di Jakarta
Setelah hilang sekira 2 minggu, Imam akhirnya ditemukan, namun dalam kondisi sudah tak bernyawa.
Pada Kamis (24/8/2023), keluarga korban mendatangi RSPAD Jakarta Pusat untuk mengambil jenazah pemuda itu.
Merespons ini, Komandan Paspampres (Danpaspampres) Mayjen Rafael Granada mengatakan, kasus tersebut sedang ditangani Polisi Militer Kodam Jayakarta (Pomdam Jaya).
Menurutnya, terduga pelaku yang berinisial Praka RM saat ini sedang dimintai keterangan lebih lanjut.
Rafael menyebut, pihak Pomdam Jaya juga telah melakukan penahanan terhadap terduga pelaku.
"Terduga saat ini sudah ditahan di Pomdam Jaya untuk diambil keterangan dan kepentingan penyelidikan," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (27/8/2023).
Keluarga minta keadilan ke Jokowi
Kematian Imam yang diduga menjadi korban kekerasan oleh oknum Paspampres membuat orang tua korban tak terima.
Ibu kandung Imam, Fauziah mempertanyakan mengapa nyawa putranya direnggut paksa oleh Paspampres.
"Apa salah anak saya Pak Jokowi sampai dibunuh oleh oknum pengawal Bapak?" terang Fauziah, dilansir Kompas.com.
Baca juga: Viral Pemuda Asal Aceh Diduga Diculik dan Dianiaya Oknum Paspampres hingga Meninggal Dunia
Ia mendesak agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan kasus tewasnya sang anak diusut tuntas.
"Kami minta keadilan dari presiden," tandasnya.
Fauziah pun meminta agar pelaku dihukum setimpal.
"Seberat-beratnya harus dihukum dia (pelaku), agar jangan ada lagi korban lain seperti anak saya di negara ini," jelasnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana/Gita Irawan, Serambinews.com/Sara Masroni, Kompas.com/Masriadi)