News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kabut Asap

Kabut Asap di Palembang Ikut Berdampak ke Aktivitas Transportasi Air, Jarak Pandang Terbatas

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kabut asap di Provinsi Sumatera Selatan - Tak hanya berdampak ke kesehatan saja, kabut asap di Kota Palembang juga ganggu transportasi air.

TRIBUNNEWS.COM - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kota Palembang, Sulawesi Selatan, tak hanya ganggu kesehatan warga, namun juga transportasi di darat dan air.

Kabut asap di Kota Palembang merupakan kiriman dari daerah sekitar.

Dampaknya, transportasi sungai di Kota Palembang sepi. Salah satu pemilik Kapal Jukung di bilangan Dermaga 7 Ulur, Efendi mengatakan, kabut asap membuatnya mengurangi aktivitas mengangkut barang ke Kabupaten Banyuasin.

Jarak pandang yang berkurang karena kabut asap bisa membahayakan pengguna transportasi air sungai.

"Kami tidak berani ambil rIsiko untuk berangkat malam. Jadi, lebih baik kami bermalam di kampung-kampung. Sore hari itu jarak pandang sudah terbatas, apalagi di malam hari," ungkapnya, Kamis (5/10/2023).

Ia mengatakan, kapal miliknya sudah bersandar 10 hari.

"Kapal kami sudah bersandar 10 hari. Sambil menunggu muatan barang dan makanan untuk dijual dipasar kalangan, kami lebih baik berangkat pada siang hari," ujarnya.

Mengutip Sripoku.com, tak hanya Efendi saja, Nasir, pemilik Speedboad jurusan Palembang-Sungai Baung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) pun menuturkan hal senada.

Baca juga: Kabut Asap Selimuti Bandara Internasional Minangkabau, Manajer: Masih Normal, Tak Ganggu Penerbangan

Ia mengatakan, dalam satu hari, ia bisa menempuh waktu tiga jam untuk satu kali perjalanan.

Namun karena asap tebal, kini ia menempuh waktu empat jam lantaran takut membahayakan karena jarak pandan yang berkurang.

"Pada sore hari jalur Sungai sudah masuk dari Kabupaten Banyuasin menuju Kabupaten OKI itu batas sungai dan dinding tanah sudah tidak kelihatan padahal jalur hanya seluas 3-5 meter. Jadi, senter terkadang dinyalakan sebagai tanda," katanya.

Selain itu, jumlah penumpang juga berkurang, dari yang tadinya 25 orang, jadi 19 orang.

"Tarif ongkos seperti biasa, Rp 100 - Rp 200 ribu ke Kabupaten Banyuasin hingga Sungai Baung OKI. Jumlah penumpang juga kadang 19 orang. Meskipun tak sebanding dengan BBM, namun tetap jalan," katanya.

Jam Sekolah Dikurangi

Sejumlah SMA di Palembang pun turut terdampak kabut asap.

Salah satunya SMAN Negeri 1 Palembang yang jam belajarnya dikurangi.

"Kalau sebelumnya kita masuk pukul 06.20 WIB, sekarang masuk pukul 07.30 WIB," Ujar Moses, Kepala SMAN 1 Palembang, Senin (2/10/2023).

Pihaknya pun telah membuat langkah-langkah supaya murid di sekolahnya tak terdampak kabut asap.

"Kita sudah membuat edaran untuk orang tua, kegiatan di luar kelas diganti teori sehingga pelaksanaannya tetap di dalam kelas. Kemudian untuk sementara upacara ditiadakan dulu," katanya, dikutip dari Sripoku.com.

Ia menuturkan, selain jam masuk, jam pulang sekolah turut dimajukan, dari pukul 15.00 WIB ke 14.00 WIB.

Tiap mata pelajaran yang normalnya 45 menit, kini jadi 35 menit.

(Tribunnews.com Muhammad Renald Shiftanto)(Sripoku.com, Reigan Riangga/Yandi Triansyah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini