Tubuh siswa kelas 7 SMP itu pun ambruk di tengah lapangan.
Melihat kejadian itu, Bayu dan panitia pertandingan segera membawa korban ke luar lapangan.
Karena tak sadarkan diri, korban lantas dibawa ke Rumah Sakit Ibnu Sina Bojonegoro.
Lalu pada Sabtu (4/11/2023), korban dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Sosodoro Djatikoesoemo.
Menurut keterangan medisnya, korban menderita cedera petir atau lightning injury.
Pelatih senior SSB Indonesia Muda Bojonegoro, Ciput sempat menjenguk korban sebelum meninggal dunia.
Saat itu, korban dalam kondisi menggunakan selang oksigen dan belum sepenuhnya sadarkan diri.
"Waktu saya besuk siangnya masih menggunakan selang oksigen dan kondisinya belum sadar betul, hanya dapat membuka mata sebentar terus tidur lagi," ungkap Ciput, Minggu, dikutip dari Kompas.com.
Sebelumnya, sesaat setelah tersambar petir, korban disebut sempat mengalami henti jantung.
Namun, ia sempat berhasil diselamatkan oleh tim medis, sebelum akhirnya meninggal dunia.
"Alhamdulillah, detak jantungnya kembali dan sadar, setelah dipompa berulang kali selama kurang lebih 20 menit oleh petugas rumah sakit," ujar pelatih SSB Indonesia Muda Bojonegoro U-13, Bayu, Jumat.
Di sisi lain, ayah Tegar, Chandra Prasetya menuding pihak penyelenggara Piala Soeratin 2023 Bojonegoro tak menyiapkan fasilitas medis yang memadai.
Baca juga: Pertandingan Baru 10 Menit, Pemain U-13 Ini Tewas Tersambar Petir Saat Bertanding di Piala Soeratin
Hal itu, kata dia, membuat anaknya tak segera bisa ditangani sesaat setelah tersambar petir.
"Saya menyaksikan sendiri di samping lapangan, jangankan ambulans, petugas medis saja nggak ada," ucap Chandra, mengutip TribunBojonegoro.com.