News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mahasiswa IAIN Gorontalo Meninggal saat Pengkaderan, Hasil Ekshumasi Ungkap Tak Ada Tanda Kekerasan

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polres Bone Bolango melakukan ekshumasi (pembongkaran makam) Hasan Saputro Marjono, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo di Desa Duloniyonu, Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo, Kamis (9/11/2023). Hasil ekshumasi terhadap jenazah Hasan Saputro Marjono, mahasiswa IAIN Gorontalo yang meninggal saat pengkaderan menunjukkan tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.

TRIBUNNEWS.COM, GORONTALO - Hasil ekshumasi terhadap jenazah Hasan Saputro Marjono, mahasiswa IAIN Gorontalo yang meninggal saat pengkaderan menunjukkan tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.

"Jadi kesimpulannya itu tidak ada kekerasan yang dialami juga, kemarin kita periksa menyeluruh, jadi tidak ada yang kita lewatkan. Dari bagian luar kita periksa sampai ke bagian dalam, jadi untuk visum luarnya ini di sini menyatakan tidak ada nihil," ujar Kasat Reskrim Polres Bone Bolango AKP Muhammad Ariyanto, Senin (27/11/2023).

Dari rincian hasil ekshumasi, pihak kepolisian berhasil mengidentifikasi penyebab meninggalnya mahasiswa IAIN Gorontalo itu.

"Jadi hasilnya ini ada beberapa kesimpulan. Yang pertama itu penyebab kematian dari hasil pemeriksaan dokter forensik yaitu kegagalan pernapasan, terdapat trauma tumpul di kepala bagian belakang yang mana itu menyebabkan adanya pendarahan di area kepala," jelas AKP Ariyanto.

Baca juga: Update Kasus Meninggalnya Mahasiswa IAIN Gorontalo, Diduga Korban Kekerasan, Besok Proses Ekshumasi

AKP Ariyanto mengatakan ada dugaan bahwa korban sempat mengalami benturan akibat kondisi fisik yang sudah tidak kuat lagi dalam mengikuti proses pengkaderan yang dilakukan oleh jurusannya.

Sedangkan luka-luka yang ditemukan saat dilakukanya ekshumasi terhadap jenazah korban, merupakan luka lebam yang umumnya terdapat pada mayat yang sudah meninggal lebih dari beberapa jam.

Begitupun dengan hasil laboratorium atas hasil sampel yang diambil dari tubuh korban, tidak ditemukan adanya kandungan obat-obatan yang dikonsumsi korban.

"Dokter juga memastikan bahwa penyebabnya bukan karena ada bahan yang dikonsumsi atau obat-obatan yang dikonsumsi, tapi karena ini. Jadi tidak ada hubungannya sama apa yang dia konsumsi," tambahnya.

Demikian pula hasil ekshumasi yang diterima oleh pihak kepolisian sejalan dengan beberapa keterangan saksi yang telah diperiksa, dengan tidak ditemukannya adanya kekerasan namun diduga terdapat unsur kelalaian dari pihak pelaksana.

Penyidik akan langsung melakukan pemeriksaan baik kepada pihak kampus terkait izin kegiatan yang dilakukan oleh para HMJ Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Gorontalo.

"Kita sudah melaksanakan BAP, jika sudah selesai semua kemungkinan kami akan mencari hubungan dengan pihak kampus maupun pihak Rektor nanti mempertanyakan tentang bentuk izin seperti apa yang disampaikan oleh HMJ kepada pihak kampus," ujar Kasat Reskrim Polres Bone Bolango.

Baca juga: Update Kasus Meninggalnya Mahasiswa IAIN Gorontalo, Diduga Korban Kekerasan, Besok Proses Ekshumasi

Kronologis Meninggalnya Hasan

Sebelumnya Keluarga korban menjelaskan kronologis kematian Hasan Saputro Marjono, mahasiswa Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo saat mengikuti pengkaderan.

Hasan meninggal saat menjalani pengkaderan yang dilaksanakan oleh jurusannya di Desa Lompotoo, Kecamatan Suwawa Tengah, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, Minggu (1/10/2023).

Mohammad Apriansyah (26), kakak Hasan menjelaskan, Minggu menjelang salat maghrib, ia mendapatkan telepon dari ayahnya.

Saat itu sang ayah menjelaskan bahwa adiknya telah meninggal dunia, dan Apriansyah disuruh mengecek ke rumah sakit untuk memastikan kebenaran dari informasi tersebut.

Polres Bone Bolango melakukan ekshumasi (pembongkaran makam) Hasan Saputro Marjono, mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo di Desa Duloniyonu, Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo, Kamis (9/11/2023). (TribunGorontalo.com/Agungpanto)

Informasi itu didapatkan sang ayah dari pihak panitia yang melaksanakan pengkaderan di Kabupaten Bone Bolango sejak Kamis (28/9/2023) hingga Minggu (1/10/2023).

"Saya disuruh pergi ke RS Aloei Saboe untuk memastikan langsung apakah betul itu jenazah dari adik kami," jelasnya saat ditemui TribunGorontalo.com di gedung SPKT Polda Gorontalo, Selasa (3/10/2023).

Apriansyah lalu bergegas menuju RS Aloei Saboe.

Setibanya di rumah sakit, ia mendapatkan penjelasan, bahwa adiknya itu telah meninggal dunia sebelum sampai di rumah sakit.

Keterangan dari pihak rumah sakit, bahwa jenazah adiknya itu tiba di rumah sakit sekira pukul 16.30 Wita sore hari yang diantar oleh panitia.

"Setelah saya sampai di rumah sakit, saya pun langsung memastikan. Ternyata benar, adik saya telah meninggal dunia dan terbaring di ruangan IGD," ujarnya.

Usai mengetahui adiknya telah meninggal, ia pun langsung mengonfirmasi ke dokter dan perawat yang berada di ruangan tersebut.

Konfirmasinya, untuk mengetahui penyebab kematian adik tercintanya tersebut. Namun begitu, dokter maupun perawat tak bisa menyimpulkan penyebabnya.

"Pihak rumah sakit tidak bisa menyimpulkan apa penyebab dari kematiannya. Sebab, korban telah meninggal sebelum tiba di rumah sakit," imbuhnya.

Berdasarkan surat keterangan kematian dari rumah sakit, bahwa seorang mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Gorontalo itu dinyatakan meninggal dunia pada pukul 16.40 Wita.

Apriansyah pun menerangkan beberapa informasi yang ia dapatkan dari teman-teman korban dan pihak panitia penyelenggara pengkaderan.

Ia mendapatkan informasi, bahwa saat adiknya mengikuti hiking, yang memang salah satu rangkaian kegiatan dari pengkaderan tersebut, adiknya sempat mengeluh ke panitia karena sudah tak mampu melanjutkan giat hiking.

"Setelah melewati pos 1 dan 2, adik saya masih dalam keadaan baik. Namun setibanya di pos 3, adik saya mengeluh ke pihak panitia bahwa sedang mengalami pusing dan sebagainya," jelasnya.

Adanya keluhan dari korban tersebut, pihak panitia pun menyuruhnya untuk berstirahat, dan menanyakan apakah korban masih mampu melanjutkan kegiatan atau tidak.

Pertanyaan yang dilontarkan oleh panitia itu pun dijawab oleh korban. Dan korban mengatakan masih mampu untuk melanjutkan giat hiking tersebut.

Setiba korban di pos 6, korban pun jatuh hingga kejang-kejang. Ini sebagai tanda korban sudah tak mampu melanjutkan hiking.

"Menurut informasi yang saya dapatkan, adik saya jatuh di Pos 6 itu sekira pukul 13.00 usai salat dzuhur," ucapnya.

Apriansyah pun tak mengetahui langkah apa yang dilakukan oleh panitia setelah melihat korban jatuh dan mengalami kejang-kejang.

Hanya saja, ia mendapatkan informasi bahwa adiknya itu dibawa ke RS Aloei Saboe sekira pukul 16.00 Wita.

"Namun, informasi yang didapatkan ini belum bisa kita pastikan secara benar. Kami akan mengumpulkan lagi informasi lainnya," tandasnya.

Pihak keluarga pun telah melaporkan kematian korban ini di Polda Gorontalo.

Dalam pelaporan tersebut, pihak keluarga didampingi oleh penasihat hukum dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Gorontalo. (Agung/Husnul)

Artikel ini telah tayang di Tribungorontalo.com dengan judul BREAKING NEWS Hasil Ekshumasi, Polisi Tak Temukan Kekerasan Tewasnya Mahasiswa IAIN Gorontalo

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini