Akibatnya, saat ada warga yang meninggal mereka terpaksa menyeberangi sungai meskipun dalam keadaan banjir.
"Kalau sungai banjir warga harus menggunakan rakit untuk menyeberang dan karena letak TPU kami di seberang sungai," kata dia.
Sudah 30 tahun tanpa bantuan
Hal senada juga dikatakan oleh Sulardi, warga yang turut membantu menyeberangkan jenazah.
Dia membantu lantaran jenazah diangkut dengan ban tersebut merupakan kerabatnya.
"Iya saya ikut bantu menyeberangkan jenazah tadi, kebetulan masih keponakan saya yang meninggal dunia," kata dia, dikutip dari Tribun Jambi.
Sulardi juga membenarkan, di desa tempat tinggalnya memang tidak ada jembatan.
Sehingga setiap ada warga yang meninggal dunia harus menyeberangi sungai untuk menuju tempat pemakaman umum.
Sulardi mengungkapkan, jika musim penghujan tiba, sungai bisa meluap sampai kedalaman 4 meter.
"Di sini mulai musim penghujan, jadi kalau ada yang meninggal dunia kalau mau ke tempat pemakaman umum aksesnya susah, karena enggak ada jembatan," ucapnya.
Baca juga: Viral Caleg DPRD Bondowoso Jual Ginjal untuk Biaya Kampanye, DPW PAN Jatim akan Lakukan Pemanggilan
Menurut Sulardi, sungai tersebut menjadi satu-satunya akses menuju ke tempat pemakaman umum (TPU).
"Lewat sungai ini satu-satunya akses. Kalau hujan itu sekitar 4 meteran kedalaman sungai, sementara lebar sungai sekitar 30 meter," katanya.
Pengantaran jenazah juga beresiko tinggi karena jarak yang cukup jauh dari pemukiman warga ke TPU.
"Jaraknya pun dari pemukiman warga ke TPU itu sekitar 2 kilometer," tambah dia.