Masih di negara yang sama, ia kembali bekerja menjadi asisten rumah tangga (ART) di majikan yang kedua.
Di majikan yang kedua, diakui Masiroh, ia diperlakukan baik oleh majikannya.
Namun, lanjut dia, saat itu suasana di Suriah kacau balau karena perang.
Masiroh lalu dilepas oleh majikan keduanya tersebut.
Saat terjadi perang terjadi, Masiroh diketahui tidak memiliki arah tujuan.
Ia juga kehilangan paspor miliknya sehingga tidak bisa pulang ke Indonesia.
Beruntung, saat itu, menantu dari majikan keduanya mau merawat Masiroh.
Baca juga: Kepala BP2MI: Sindikat Ingin Menjerat PMI dengan Pinjaman Berbunga Tinggi
Ia diambil lalu diajak bekerja menjadi ART.
Menurut pengakuan Masiroh, lanjut Sopiyah, anaknya diperlakukan dengan baik layaknya ART pada umumnya oleh majikan ketiganya ini.
"Mungkin karena kasian saat itu. Jadi diambil sama menantu majikan keduanya itu," ujar dia.
Sopiyah mengatakan, sampai saat ini, Masiroh masih bekerja di rumah majikan ketiganya tersebut.
Namun, di sisi lain, Sopiyah juga mengutarakan keinginannya untuk bertemu dengan anak tersebut, ia mengaku sangat rindu.
Hal yang sama juga diungkap oleh Masiroh. Sopiyah pun berharap kepada pemerintah bisa membantu kepulangan Masiroh ke tanah air.
Tenaga Kerja Wanita (TKW) tersebut mengaku terkendala pulang ke tanah air karena biaya dan paspor miliknya yang hilang saat perang.