News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilik Sumur Bor Hentikan Operasional, Warga Cisuru Kota Cilegon Kesulitan Air Bersih

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga Link. Cisuru RT 003/006 Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon mengalami kesulitan mencari air bersih.

Laporan Wartawan Tribun Banten Ahmad Tajudin

TRIBUNNEWS.COM, KOTA CILEGON - Warga Link. Cisuru RT 003/006 Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon mengalami kesulitan mencari air bersih gara-gara pemilik Sumur Bor Bukit Teletubbies menghentikan penyaluran air ke rumah warga.

Penyetopan sendiri dilakukan oleh si pemilik sumur bor, yang diketahui merupakan mantan caleg gagal meraih kursi DPRD Kota Cilegon pada Pemilu 2024.

Seorang warga bernama Buki, menyampaikan penyetopan air bersih tersebut dilakukan oleh si pemilik empat hari setelah pelaksanaan Pemilu 2024.

"Diputusnya setelah pemilu, sekitar tanggal 18 Februari 2024 kemaren," ujarnya saat ditemui di kampungnya, Selasa (12/3/2024).

Buki menyebut sebelum pelaksanaan pemilu dimulai, si pemilik air bersih meminta warga untuk memberikan dukungan kepadanya pada Pemilu 2024 namun banyak warga yang tidak memilih salah satu caleg dari partai PKS tersebut.

"Beliau minta supaya dapat 100 suara dari kampung ini, berhubung suaranya ngga nyampe pas pemilu akhirnya diputus sama dia," ucapnya.

Diketahui penyaluran air bersih di kampung tersebut sudah berlangsung hampir 4 tahun.

Baca juga: Inisiator Gerakan Salam Empat Jari Dorong Pemilu 2024 Dikoreksi Lewat Hak Angket

Pada saat pepenyaluran air bersih, tidak ada perjanjian warga untuk mendukung si pemilik air bersih dalam urusan politik.

Selama air bersih mengalir di setiap rumah warga setempat, mereka membayarnya setiap bulan.

"Sudah empat tahun ngalir, mungkin butuh bayar listriknya atau apa, kita diminta biaya Rp 10 ribu per kubik," ungkapnya.

Pembayaran tersebut dilakukan oleh warga setiap bulan, dengan harga sesuai banyaknya volume air yang mereka ambil.

Warga lainnya, Satriah mengakui adanya kesepakatan warga dengan si pemilik sumur bor pada saat pemilu 2024.

Namun dikarenakan banyak warga kampung yang awam sehingga banyak warga tidak memilih caleg yang bersangkutan.

"Pengennya orang sini milih ke situ (caleg PKS,-red) tapi orang sini ngga milih ke situ, akhirnya kecewa," ungkapnya.

Pada saat penyetopan dilakukan oleh si pemilik, menurut Satriah warga setempat hanya bisa pasrah.

Lantaran sumur bor tersebut milik pribadi yang bersangkutan, bukan milik pemerintah.

"Itu kan punya nya yah, kalo diminta diputus yah diputus," ungkapnya

Dengan adanya insiden tersebut, kata dia, kini warga Cisuru mengalami kesulitan air bersih.

"Sekarang kita susah ngambil air, yah harapannya dari pemerintah ada perhatiannya untuk kita, kalo bisa dibuatkan sumur bor biar kita ngga kesusahan air lagi," harapnya.

Saat dikonfirmasi, Pemilik Sumur Bor sekaligus caleg dari partai PKS, Sumedi Madasik membenarkan dirinya telah menyetop saluran air ke rumah warga Link. Cisuru.

Namun ia membantah penyetopan itu dilakukan secara sepihak, setelah gagal lolos di DPRD Cilegon.

Menurutnya, penyetopan itu dilakukan sementara atas kesepakatan bersama untuk mencari solusi agar bisa menutup beban biaya yang selama ini sudah ditanggungnya.

"Iya memang saya caleg, memang iya saya gagal, mungkin Allah belum restui dan meridhoi saya untuk mewakili masyarakat yang seutuhnya," ungkapnya.

Madasik memastikan dirinya merasa tidak seperti caleg lain yang melakukan dugaan politik uang untuk membeli suara rakyat.

Menurut dia, dengan memberikan bantuan penyaluran air yang selama ini dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.

Hal itu bisa dinilai oleh masyarakat, untuk bisa memilihnya pada Pemilu 2024.

Namun sayangnya, pada saat Pemilu dilaksanakan, warga menerima serangan fajar dari calon lain dan lebih memilih calon lain ketimbang dirinya.

"Kurang lebih 4 tahun saya bantu air bersihnya, bahkan alhamdulillah air yang saya alirkan ke sana ph-nya 7 itu luar biasa bahkan masyarakat cisuru pun sendiri bisa mengkonsumsi air bersih termasuk saya dari sini," ungkapnya.

Meskipun dirinya membenarkan bahwa warga dibebankan biaya sekitar Rp 10 ribu per kubik.

Namun uang tersebut, kata dia, hanya diterima dirinya pribadi sebesar Rp 5 ribu dikelola untuk warga setempat baik itu untuk perawatan mesin, beban listrik dan lain sebagainya.

Ternyata, biaya tersebut masih belum cukup untuk menutupi biaya listrik sehingga harus menggunakan uang pribadi untuk menutupinya.

"Itu sudah berjalan 4 tahun lebih yang selisihnya antara Rp 2 sampai 2,5 juta setiap bulannya dan saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," ungkapnya.

Sebagai gantinya, pada saat Pemilu 2024 kemarin, Madasik berharap agar warga setempat bisa memilihnya.

Menurut dia, wajar baginya berharap besar kepada masyarakat setempat untuk memberikan suara pada Pemilu 2024.

Dari jumlah sebanyak 140 warga yang masuk DPT, dirinya mengakui telah meminta sebanyak 100 suara.

"Saya cuma berharap itu cuma 100 suara, wajarlah kurang lebih sekitar 70 persen, tapi yang saya dapat cuma 45 persen," ungkapnya.

Awalnya, warga setempat telah bersepakat untuk memilihnya saat Pemilu 2024.

Namun pada pelaksanaannya, sejumlah warga diduga menerima uang untuk memilih salah satu calon.

"Itu akibat daripada serangan fajar, pelakunya itu rt nya sendiri yang pada malam hari dia memang sengaja bawa uang dari salah satu calon untuk dibagikan ke masyarakat sebagai beli suara masyarakat," ungkapnya.

Namun demikian, dirinya melakukan penyetopan sementara itu bukan semata-mata karena gagal dalam Pileg 2024.

Namun dirinya mengaku bahwa usai melakukan pencalegan, dirinya sudah tidak sanggup membayar beban listrik sumur bor yang selama ini dia tanggung selama 4 tahun.

Bahkan pada 18 Februari 2024 lalu, diakui Madasik, dirinya juga telah mengundang tokoh masyarakat setempat.

Hal itu dilakukan untuk bersama-sama mencari solusi, agar biaya listrik dan perawatan mesin ditanggung warga.

Sehingga Madasik menawarkan agar biaya pengambilan air dari salurannya dinaikan dari sebelumnya Rp 10 ribu perkubik.

"Saya berharap naik, supaya bisa menutupi kebutuhan biaya listriknya, ternyata sampai detik ini belum ada solusi," ungkapnya.

Madasik menegaskan bahwa sampai saat ini, dirinya tidak memutus sambungan air.

Penyetopan ini, kata dia, hanya dilakukan sementara sampai ada solusi terbaik.

"Saat itu saya bilang air sementara saya tutup, bukan saya putus hanya saya tutup sementara, karena tujuannya supaya ada solusi yang terbaik buat saya pribadi dan ada solusi yang terbaik buat masyarakat," tandasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Ulah Caleg Gagal di Cilegon Banten: Tutup Sumur Bor hingga Sebabkan Warga Kesulitan Air

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini