News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Es Dawet Bu Dermi Pasar Gede Solo, Kuliner Legendaris Zaman Kompeni Semakin Maju dengan QRIS

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seporsi Es Dawet Bu Dermi di Pasar Gede Solo, Minggu (17/3/2024)

TRIBUNNEWS.COM - Identitas Kota Solo tak hanya batik dan wayangnya sebagai warisan budaya serta kerajinan khas daerah.

Bukan hanya soal tengkleng, nasi liwet hingga serabinya yang terkenal sebagai kuliner asli.

Satu yang tak kalah beken adalah kuliner minuman es dawet Bu Dermi yang terletak di Pasar Gede Harjonagoro, Solo.

Sudah ada sejak zaman kompeni alias penjajahan Belanda, atau tepat dimulainya zaman moderat pergerakan nasional tahun 1930, kuliner es dawet Bu Dermi bisa disebut sebagai kuliner legendaris.

Dari zaman tersebut hingga kini tetap bertahan bahkan lebih modern, es dawet Bu Dermi senantiasa menjaga eksistensinya bersaing di dunia kuliner.

Saat ini, kelestarian resep asli khas es dawet Bu Dermi dilanjutkan oleh sang cucu yang merupakan generasi ketiga perintis, yakni oleh Ruth Tulus Subekti.

Tak sedikit langganan Bu Dermi yang menyempatkan datang kembali untuk mengobati kerinduan rasa dawet asli yang bertahan hingga kini.

Satu di antaranya adalah Evi Nuryanti (60), warga Banjarsari, Solo.

"Saya itu fan berat es dawet Bu Dermi sejak saya kecil hingga saya usia lansia begini masih sering beli ke sini," ucapnya saat berjumpa dengan Tribunnews, Minggu (17/3/2024).

Evi mengaku senang es dawet Bu Dermi tetap mempertahankan keasliannya.

Bahkan terkini sudah ada variasi menu baru yang bisa dipilih sesuai permintaan.

Baca juga: Beli Bawang di Pasar Pun Bisa Pakai QRIS, Transformasi TransaksiTradisional ke Digitalisasi

Yaitu dengan tambahan durian jika pembeli merupakan durian mania.

"Semakin top ini ada tambahan durian, semakin seger dan nikmat rasanya," imbuh Evi.

Sementara Ruth Tulus Subekti yang akrab disapa Uti, memang senantiasa bertahan terhadap warisan resep asli Bu Dermi.

Ia juga berinovasi dengan variasi menu baru tambahan tape ketan serta durian jika tersedia.

Hal ini terbukti menambah pembeli yang tak hanya kalangan orang tua, namun anak muda pun suka.

"Jadi aslinya dulu es dawet Bu Dermi berisi cendol, selasih, ketan hitam, dan jenang sumsum. Variasi barunya tambah tape ketan, sama durian kalau pas ada," ungkap Uti.

Adapun es dawet Bu Dermi Pasar Gede Solo buka dari pukul 08.00 hingga 15.00 WIB.

Lapak Es Dawet Bu Dermi di Pasar Gede Solo, Minggu (17/3/2024)

Harga untuk menikmati semangkuk es dawet Rp 12.000 per porsi, kemudian tambah Rp 8.000 jika ingin berbalut toping durian.

Per harinya, es dawet Bu Dermi bisa menjual sebanyak 250 persi di Pasar Gede Solo.

Selain di Pasar Gede, pemburu kuliner juga bisa mencarinya di Sorogenen, dekat Monumen Pers Solo, dan Solo Baru.

Uti juga mengungkapkan es dawet Bu Dermi dulunya langganan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat masih menjabat Wali Kota Solo.

Tetapi, saat ini Presiden Jokowi sudah jarang mampir untuk meneguk es dawet Bu Dermi.

Kadang Presiden Jokowi membeli melalui perantara ajudannya.

Legendaris tapi Bisa QRIS

Meski berlokasi di pasar tradisional, es dawet Bu Dermi sudah mulai terdigitalisasi.

Es dawet Bu Dermi saat ini sudah bisa dibayar menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Uti mengatakan tidak sedikit pelanggan yang melakukan pembayaran dengan QRIS.

"Biasanya pengunjung dari luar kota atau anak muda membayar dengan QRIS itu," jelasnya.

Ditemui terpisah, Pimpinan Cabang BRI Solo Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo, mengatakan BRI bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta memberikan branding serta fasilitas QRIS dan Electronic Data Capture (EDC) Merchant kepada seluruh pedagang sejak 2021.

"Pasar Gede merupakan salah satu heritage atau cagar budaya Kota Surakarta, jadi ikon wisata Kota Solo."

"Itulah mengapa kami BRI memberikan fasilitas EDC dan QRIS kepada kurang lebih 600 pedagang baik di dalam maupun di luar pasar," terang Agung saat ditemui di kantornya, Senin (18/3/2024).

Pemberian fasilitas ini bertujuan menyosialisasikan program pemerintah membiasakan pembayaran nontunai kepada masyarakat.

"Sehingga masyarakat Solo dan wisatawan tidak perlu membayar cash, bisa pakai QRIS BRI," tuturnya.

Agung menambahkan, pemberdayaan UMKM bagi BRI merupakan visi memberi makna Indonesia.

"Kemudian memberdayakan masyarakat sebagai penopang perekonomian nasional," jelasnya.

Ia menjelaskan, BRI telah melakukan beberapa aksi nyata demi menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi dan memastikan nasabah dapat naik kelas dalam satu ekosistem yang utuh dalam konsep empower, Integrate, dan upgrade.

Pimpinan Cabang BRI Solo Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo ketika ditemui di kantornya, Senin (18/3/2024)

Sementara terkait dengan kemudahan transaksi merchant, BRI menyediakan transaksi non tunai dan praktis dengan promo yang beragam.

Saat ini, tersedia sekitar 500 merchant BRI di kantor cabang yang ia pimpin.

Dengan adanya transaksi, seperti penggunaan EDC dan QRIS tersebut di atas, pihaknya mengklaim pelayanan maksimal dari BRI.

"Pada intinya kami menerima semua transaksi kartu kredit, free biasa sewa dan  biasa maintenance."

"Payment lebih cepat termasuk hari Sabtu dan hari Minggu, bank dengan jumlah kartu terbanyak, tekhnologi terdepan dengan EDC system android dan satelit BRI sendiri," tuturnya.

Disebutnya juga, layanan digital di pasar tradisional seperti di Pasar Gede merupakan terobosan BRI agar transaksi nontunai menjangkau semua kalangan.

Ia berharap, pedagang bisa melakukan semua jenis pembayaran tunai maupun nontunai termasuk menggunakan QRIS.

"Inilah tujuan dan bukti nyata BRI untuk memberi makna serta tentunya untuk UMKM agar bisa naik kelas, terus terintegrasi dan terjalin," paparnya. 

Dukungan Pemerintah Daerah

Pasar Gede Hardjonagoro, Kota Solo difoto Minggu (17/3/2024) (TribunSolo.com/Chrysnha)

Dorongan dari masyarakat untuk melakukan transaksi uang elektronik disambut pemerintah daerah serta perbankan dengan baik.

Lewat kerjasama di berbagai stakeholder, fasilitas mendukung terwujudnya digitalisasi serta transaksi cashless bisa tercapai.

Pemerintah Kota Solo adalah salah satunya. Selain pusat perbelanjaan modern seperti mal, pasar tradisional pun tak luput dari target.

Lantas, tak hanya untuk transaksi jual beli penjual dan pedagang. Transaksi berwujud uang elektronik juga dilatur untuk pembayaran retribusi bernama e-retribusi (elektronik retribusi).

Hingga kini berdasarkan data Dinas Perdagangan Kota Solo, 26 pasar sudah menerapkan e-retribusi.

"Oktober mendatang akan bertambah lagi empat pasar yang bakal melalui e-retribusi," ungkap Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Heru Sunardi, ketika dihubungi secara terpisah.

E-retribusi telah bekerjasama dengan sejumlah bank.

Selanjutnya, Layanan transaksi nontunai menggunakan QRIS telah berlangsung di 13 pasar di Kota Solo. Di antaranya yakni Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar, Kadipolo hingga Pasar Cinderamata.

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, adalah tokoh yang konsen dalam digitalisasi serta transaksi cashless di Kota Bengawan.

Ia mendorong pedagang dan warga Kota Surakarta untuk melakukan transaksi secara cashless atau non tunai lewat aplikasi QRIS .

Bahkan, pria yang akrab disapa Mas Wali ini mengajak semua lurah pasar tradisional di Solo, seluruh pedagang dan para pembeli untuk segera melakukan digitalisasi.

“Jadi pembayaran non tunai QRIS ini merupakan salah satu upaya pemulihan ekonomi," katanya saat meluncurkan sistem pembayaran cashless ADIPATI QRIS pada 2021 lalu.

"Dengan adanya transaksi cashless, kita bisa mempermudah jual beli, memberikan rasa aman pada pembeli, memberikan kemudahan," imbuh dia.

Pasalnya, kata Gibran, transaksi dengan QRIS dinilai lebih efektif.

"Tidak perlu bawa dompet ke pasar. Jadi kita ingin di tengah pandemi ini kita bener – bener ingin mengurangi yang namanya pembayaran yang menggunakan uang tunai atau contactless payment," tegasnya.

(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini