News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Desa Tunabesi NTT Berhasil Atasi Krisis Air, Sebelumnya Warga Harus Berjalan 3 Jam demi Ambil Air

Penulis: Reza Deni
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Air. Akses terhadap air bersih disebut sebagai masalah serius yang dihadapi banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia.

Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akses terhadap air bersih disebut sebagai masalah serius yang dihadapi banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah terpencil di Indonesia.

Kurangnya infrastruktur yang memadai dinilai membuat ribuan penduduk harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dasar ini. 

Mereka sering kali harus menempuh jarak jauh, melewati medan yang sulit, dan menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengambil air. 

Hal ini dirasakan oleh 2.505 jiwa dari 760 keluarga di Desa Tunabesi, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur. 

Penduduk harus menempuh jarak jauh dan medan yang sulit, seringkali berjalan sejauh 2-3 kilometer dan menghabiskan waktu 3-4 jam untuk mengambil air. 

“Kami harus pergi ambil air jam 4 pagi, itu pun masih harus mengantri. Siapa yang pergi duluan, berarti timba duluan,” ujar Mama Yovita dalam keterangannya, Minggu (29/9/2024).

Warga juga menambahkan bahwa alternatif membeli air dari tangki pun tidak terjangkau bagi mayoritas warga. 

Dengan harga Rp250.000 untuk 5.000 liter dan pendapatan bulanan sekitar Rp300.000, banyak keluarga terpaksa berjalan jauh untuk mendapatkan air bersih.

Studi WASH oleh UTS-ISF, UI, dan UNICEF pada 2021 menunjukkan bahwa kurangnya air bersih mengakibatkan banyak rumah tangga tanpa akses sanitasi dasar, yang berdampak pada masalah kesehatan serius. 

Kurangnya air bersih dinilai juga meningkatkan risiko malnutrisi dan stunting, dengan 77 anak di Desa Tunabesi mengalami stunting pada 2022, yang merupakan angka tertinggi di Kabupaten Malaka. 

Namun, sejak 6 September 2024, akses air bersih tercatat semakin terjangkau bagi warga. 

Kolaborasi masyarakat Desa Tunabesi, Solar Chapter, dan Central Park Neo Soho Group telah menjadikan desa ini merdeka air.

Keterlibatan pemerintah desa dalam usaha dan pendanaan diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap fasilitas air bersih yang dibangun, sehingga proyek ini berkelanjutan untuk generasi mendatang.

“Sangat terharu, kerinduan masyarakat akan air bersih sejak lama, tadi saya lihat masyarakat menyambut air dengan penuh suka cita, sangat bangga,” ucap Fransiskus Mollo, Kepala Desa Tunabesi.

“Dulu, dari jam 4 pagi hingga siang kita harus ambil air. Ketika musim kemarau, kita baku marah (berebut). Maka ketika saya melihat air yang terjun bebas, luar biasa. Saya merasa sangat senang dan bangga, perjuangan kita berhasil. Itu karena persatuan dan kekompakan kita,” ungkap Wihelmus Seran, warga Desa Tunabesi yang sekarang bertanggung jawab perihal teknis fasilitas air di desa.

Warga desa yang sempat mengeluhkan krisis air, kini bersyukur saat air naik di Bak Reservoir. 

Sistem pompa air dapat mendistribusikan 58.000 liter untuk 1.925 warga, ditenagai oleh 18 panel surya dengan total output 9.900 watt-peak. Energi terbarukan menjadi tulang punggung proyek ini, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendukung pengurangan emisi karbon. 

Solusi ini juga menciptakan desa mandiri energi. Selain menyediakan air bersih, proyek ini memberikan pengetahuan tentang perawatan panel surya kepada teknisi lokal di Komite Air. 

Beberapa warga ditunjuk sebagai anggota komite dan melakukan iuran bulanan untuk insentif dan perawatan fasilitas air.

“Kolaborasi antara masyarakat desa, organisasi non-profit, dan sektor swasta seperti Central Park Neo Soho Group berhasil menghadirkan solusi air bersih berkelanjutan melalui pompa air tenaga surya," kata Mustika Wijaya, Founder dan Executive Director Solar Chapter.

Mustika mengatakan bahwa Ini adalah langkah nyata dalam mengatasi krisis air bersih yang dihadapi desa-desa di Indonesia.

"Dan ini bisa menjadi model yang dapat direplikasi ke depannya,” kata dia.

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini