TRIBUNNEWS.COM - Ribuan orang mengungsi karena erupsi Gunung Lewotobi di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Para pengungsi tersebut juga termasuk para anak yang masih mengenyam bangku sekolah.
Akibat dari bencana ini, mereka pun rindu untuk bisa bersekolah kembali.
Para siswa tersebut kini terpaksa libur karena situasi yang tak mendukung.
Salah satu siswi SMP bernama Chen menuturkan, ia merasa rindu untuk pergi ke sekolah.
"Kami kami rindu ke sekolah untuk bertemu dengan teman-teman karena di sini sepi," ungkap Chen, Siswi SMPK Sanctissima Trinitas bersama teman-temannya saat disambangi TribunFlores.com.
Chen dan anak-anak lainnya merasa hampa setelah Gunung Lewotobi erupsi.
"Di sini kami hanya diberi tugas, lalu untuk keseharian kami hanya duduk dengan teman-teman saja," ucapnya.
Ia mengaku ingin secepatnya bisa kembali bersekolah karena ia bosan berada di tempat pengungsian.
"Kalau di posko ini kita hanya duduk-duduk saja, dikasih tugas saja," jelasnya lagi.
Diketahui, sekolah tempat Chen menempuh pendidikan tak bisa ditempati lantaran rusak terkena dampak erupsi Gunung Lewotobi.
Baca juga: Gunung Lewotobi Kembali Erupsi, Kolom Abu Capai 8.000 Meter, Warga Dilanda Hujan Pasir
Sementara itu, pengungsi lainnya yang merupakan seorang siswi Sekolah Dasar bernama Ovi juga merasakan hal yang sama dengan Chen.
Ovi mengaku bosan karena tak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan di tempat pengungsian.
Untuk belajar pun tak bisa karena kondisi pengungsian yang tak kondusif.
"Kalau di sini kami tinggal gabung jadi tidak nyaman untuk belajar," ungkapnya.
Beruntungnya, beberapa hari ini tempatnya mengungsi dikunjungi sejumlah mahasiswa dan aktivis untuk melakukan pembelajaran secara darurat.
"Kami juga ada ketemu kakak-kakak yang datang, kami ada nyanyi-nyanyi, " ungkapnya.
Meski begitu, ia merasa bahwa suasana di sekolah lebih nyaman ketimbang di pengungsian.
"Hanya mau bagaimana lagi kaka, Gunung masih meletus ini, " ujarnya.
Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Banyak yang Terserang ISPA
Beberapa hari di pengungsian, ratusan pengungsi mulai terkena beragam penyakit.
Demikian yang disampaikan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur, Hironimus Lamawuran.
Ia menuturkan, per Rabu (6/11/2024) ada 232 kasus pengungsi yang terkena serangan penyakit.
72 di antaranya adalah kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Lalu 15 kasus sakit kepala atau cephalgia, 32 kasus hipertensi, dan beberapa penyakit lain.
"Total yang terdata sebanyak 232 kasus," ujar Hironimus, dikutip dari Kompas.com.
Ia menuturkan, pengungsi yang terserang penyakit akan ditangani oleh tenaga kesehatan yang berada di posko pengungsian.
Jika kondisinya makin parah, maka mereka akan dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
"Tenaga kesehatan ini dari Puskesmas Boru, Puskesmas Lewolaga, Puskesmas Lato dan Puskesmas Demon Pagong," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunflores.com dengan judul Kisah Anak-anak Penyintas Erupsi Gunung Lewotobi Rindu Kembali ke Sekolah
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunFlores.com, Nofri Fuka)(Kompas.com, Serafinus Sandi Hayon Jehadu)