TRIBUNNEWS.COM - Guru MAN 1 Lamongan, Jawa Timur, yang menggebrak meja dan membentak siswa karena protes data eligible resmi dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum (Waka Kurikulum).
Langkah ini diambil setelah sang guru dinilai bertindak tak etis ketika menghadapi puluhan siswa yang menanyakan nilainya tidak terinput dalam sistem Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) untuk menembus Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Kepala Kemenag Lamongan, Muhlisin Mufa mengatakan, sanksi itu dijatuhkan setelah pihaknya menerima hasil laporan berita acara pemeriksaan (BAP) dari pihak lembaga MAN 1 Lamongan.
Dilansir Tribun Jatim, pihak sekolah melakukan pemeriksaan internal dan penandatanganan BAP guru yang bersangkutan pada Kamis (6/2/2025).
"Memang wewenang pengangkatan waka itu menjadi wewenang kepala sekolah madrasah," kata Muhlisin, Jumat (7/2/2025).
Akhirnya, guru tersebut resmi dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Waka Kurikulum MAN 1 Lamongan.
"Sementara ini penggantinya dipegang oleh Ibu Robiul Muhaimin," ucap Muhlisin.
Pasca-kejadian yang viral tersebut, jelas Muhlisin, dirinya sebagai Kepala Kemenag Lamongan yang menaungi seluruh tingkatan sekolah madrasah mengingatkan seluruh lembaga pendidikan di bawah naungan Kemenag untuk lebih teliti dan bekerja sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Tujuannya supaya kejadian serupa tak kembali terulang pada tahun mendatang.
Sementara itu, saat ini data eligible 22 siswa yang tidak bisa masuk dalam sistem PDSD sebagai syarat pendaftaran jalur SNBP masih menunggu hasil pelimpahan dari pihak sekolah.
Sebelumnya, beredar video berdurasi 25 detik yang memperlihatkan seorang guru menggebrak meja dan membentak sejumlah siswa di sebuah ruangan.
Baca juga: Ketua Komisi X DPR Nilai SNBP Harus Dievaluasi Setelah Ramai Jadi Sorotan
Peristiwa itu terjadi saat sejumlah siswa di MAN 1 Lamongan mempertanyakan data eligible mereka yang tidak dapat terinput dalam sistem pendaftaran SNBP.
Dalam video tersebut tampak ada guru yang berbicara dengan nada tinggi kepada para siswa.
Saat itu, terdengar pula suara tangisan dari para siswa.