Profesor Filsafat Pendidikan UGM: AI Tak Seharusnya Menjadi Pengganti Manusia dalam Dunia Pendidikan

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PROFESOR FILSAFAT: Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, M.Hum, resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Filsafat Pendidikan dalam upacara di Balai Senat UGM, Kamis (20/2/2025). Siti mengatakan AI tak seharusnya menjadi pengganti manusia dalam dunia pendidikan.
PROFESOR FILSAFAT: Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, M.Hum, resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Filsafat Pendidikan dalam upacara di Balai Senat UGM, Kamis (20/2/2025). Siti mengatakan AI tak seharusnya menjadi pengganti manusia dalam dunia pendidikan.


TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Dekan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Rr Siti Murtiningsih M.Hum menegaskan bahwa Artificial Intelligence atau Akal Imitasi (AI) tak seharusnya menjadi pengganti manusia dalam dunia pendidikan.

Tetapi juga tidak bisa diabaikan begitu saja. 

Baca juga: 300 Pendidik Siap Manfaatkan Artificial Intelligence dalam Pembelajaran

"Menyerahkan pendidikan anak-anak kita sepenuhnya kepada mesin akan menjadi bencana bagi masa depan kemanusiaan kita," ujar Prof Dr Rr Siti Murtiningsih saat dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Filsafat Pendidikan dalam upacara di Balai Senat UGM, Kamis (20/2/2025).

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul Mendidik Manusia Bersama Mesin: Filsafat Pendidikan di Era Kecerdasan Buatan, Siti menyoroti tantangan pendidikan di era teknologi yang semakin canggih.

Istri dari Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria itu menyoroti fenomena anak-anak yang lebih banyak belajar dari YouTube sebagai contoh dampak negatif dari ketergantungan berlebihan pada teknologi.

GURU BESAR - Prof. Siti Murtiningsih resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Filsafat Pendidikan Fakultas Filsafat UGM, Kamis (20/2/2025) di Balai Senat. Siti menjadi guru besar pertama di Departemen Filsafat Barat, Fakultas Filsafat UGM. (Dok Istimewa)

Namun, di sisi lain, menolak keterlibatan teknologi dalam pendidikan juga dianggapnya sebagai sikap anakronis. 

Siti menilai, AI dan teknologi digital memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.

"Karenanya, daripada menolak atau membiarkan mesin mengambil alih, kita sebaiknya mulai membayangkan bagaimana mendidik manusia bersama mesin," tambahnya.

Merujuk pada pandangan Tesar et al. (2022), Siti menegaskan bahwa masa depan filsafat pendidikan harus mempertimbangkan keterlibatan mesin secara etis dan tepat secara politis. 

Ia mengangkat model pedagogi kritis ala Paulo Freire yang melihat teknologi sebagai kolaborator manusia dalam menumbuhkan harapan dan kesadaran kritis berbasis data empiris.

Konsep mendidik manusia bersama mesin yang diusungnya menekankan dua prinsip utama. 

Pertama, manusia tetap menjadi subjek utama pendidikan. 

Kedua, mesin dan AI dapat berperan dalam mendukung proses belajar.

"Ini membuka eksplorasi baru tentang relasi manusia dan agen non-manusia dalam pendidikan," jelasnya.

Dengan demikian, menurut Siti, filsafat pendidikan di era AI tidak hanya membahas tujuan dan metode pendidikan, tetapi juga hubungan epistemik dan etis antara manusia dan teknologi. 

"Itulah masa depan filsafat pendidikan," pungkasnya.

Sejumlah tokoh hadir dalam pengukuhan Prof. Siti Murtiningsih sebagai Guru Besar Filsafat Pendidikan UGM, termasuk Menteri Komunikasi Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid dan Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM (Menkopolhukam), Mahfud MD. (Ard)

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Profesor Filsafat Pendidikan UGM: AI Tidak Bisa Diabaikan Begitu Saja

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini