TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) menegaskan informasi yang beredar mengenai prediksi gempa bumi megathrust yang akan terjadi akhir Februari sebagai kabar bohong (hoax).
Prediksi tersebut mengutip situs Ditrianum yang berbasis di Belanda. Masyarakat diminta untuk tidak mengindahkan informasi tersebut dan tidak menyebarkannya ulang.
Deputi Bidang Geofisika Muhammad Sadly mengatakan hingga saat ini gempabumi belum dapat alat maupun teknologi yang bisa memprediksi secara akurat, kapan, dimana, dan berapa kekuatan gempa yang akan terjadi.
Situs tersebut, kata Sadly memprediksi gempa berdasarkan geometri planet.
"Gempa bisa terjadi sewaktu-waktu, kapan saja dan dimana saja. Namun, perlu saya tegaskan bahwa hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa secara akurat dan presisi," ungkapnya, dalam keterangan tertulis, Jumat (15/2/2019).
Namun demikian, BMKG kembali meminta masyarakat untuk tetap mewaspadai potensi terjadinya gempabumi diseluruh wilayah Indonesia.
Mengingat, Indonesia terletak berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi oleh Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur.
"Fakta inilah yang perlu dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat sehingga tidak dengan mudah mempercayai prediksi-prediksi gempabumi yang beredar di sosial media dari orang perorang atau lembaga yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan," imbuhnya.
Sadly juga meminta media agar tidak memberikan persepsi yang salah maupun menggoreng informasi tersebut karena hanya akan menimbulkan kepanikan di tengah masyarakat.
Baca: Persija Jakarta Berlatih Ringan di Bawah Pengawasan Ivan Kolev Jelang Lawan PS Tira Persikabo
Media, kata dia, harus mengedukasi dan memberi pemahaman penuh kepada masyarakat terkait kondisi geologi Indonesia dan dampaknya terhadap alam Indonesia.
Ancaman Gempa Bumi Mentawai
Sementara itu, terkait potensi gempa di Kepulauan Mentawai Sadly mengatakan meminta masyarakat di Kepulauan Mentawai untuk tetap waspada terhadap ancaman gempa di wilayah tersebut.
Kepulauan Mentawai merupakan salah satu dari delapan zona kegempaan megathrust yang harus diwaspadai. Indonesia sendiri sedikitnya memiliki 295 sumber gempabumi sesar aktif (yang baru/sudah teridentifikasi).
"Zona megathrust Mentawai merupakan zona yang paling diwaspadai lantaran di wilayah tersebut tersimpan energi besar yang belum terlepaskan dalam kurun waktu lama," tuturnya.
Menurutnya, peristiwa gempa bumi yang akhir-akhir ini sering terjadi di sepanjang jalur subduksi (Megathrust) merupakan suatu proses lepasnya kuncian-kuncian yang selama ini menghambat pergerakan tektonik pada zona seismik tersebut.
Sebagai langkah pencegahan, lanjut dia, BMKG telah melakukan langkah-langkah antisipasi dan mitigasi gempa bumi dan tsunami melalui Sekolah Lapang Gempa (SLG) dan pemasangan 50 unit sensor Earthquake Early Warning System (EEWS) yang ditempatkan di sekitar kepulauan Mentawai dan di pesisir Sumatera Barat.
"Rencana pemasangan sensor EEWS ini merupakan program yang telah lama dilakukan BMKG dan tidak ada hubungannya dengan hoax ini," imbuh Sadly.
Namun demikian, Sadly menekankan bahwa sekalipun saat ini Indonesia telah memiliki sistim peringatan dini tsunami yang disebut Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).
Tetapi, evakuasi mandiri menjadi pilihan cerdas terutama bagi mereka yang bermukim di kawasan pesisir yang dekat sumber gempabumi tanpa harus menunggu informasi/warning dari Pemerintah/BMKG.
"Apabila merasakan goncangan gempa bumi yang kuat, maka segeralah pergi menjauh dari pantai. Apakah gempa akan memicu tsunami atau tidak, tidak menjadi masalah, yang penting jiwa sudah selamat. Ini perlu dibiasakan, dilatih, dan dibudayakan," katanya.