TRIBUNNEWS.COM - Belum lama ini publik dihebohkan dengan berita meninggalnya seorang pawang ular di Mempawah, Kalimantan Barat.
Pawang bernama Norjani tersebut tewas setelah digigit king cobra pada Sabtu (25/1/2020).
Meski sempat dibawa ke klinik terdekat, namun sayangnya nyawa korban tak bisa diselamatkan.
Sementara itu, nasib king cobra yang mengigit Norjani tak kalah nahasnya.
Setelah Norjani meninggal, ular tersebut lalu dibunuh oleh keluarga korban.
Terkait meninggalnya Norjani akibat gigitan king cobra, Panji Petualang ikut buka suara.
Lewat akun Instagram-nya, Panji turut berduka cita dan mengimbau semua orang agar jangan bertindak bodoh dalam menghadapi ular.
"Turut berduka cita
Pawang LOH Tapi saat apes datang celaka gak ada yang tau.
Atraksi,interaksi,menangkap ular dengan tangan kosong jelas ya bukan main main..
nyawa loh taruhannya, Bantu himbau temen,saudara,keluarga kalian yang mulai suka pegang2 ular pake tangan
Inget... 1x gigitan bakal bikin nyawamu terbang ke angkasa jadi tolong jangan BODOH..," tulisnya.
Kasus meninggalnya pawang karena gigitan ular berbisa bukanlah pertama di Indonesia.
Kasus serupa banyak terjadi sebelumnya dan tak jarang menelan korban.
Selain king cobra, kasus gigitan ular kobra juga banyak terjadi di tanah air.
Meski sama-sama memiliki bisa yang mematikan dan terlihat mirip, namun ternyata king cobra dan ular kobra memiliki perbedaan.
Perbedaan apa yang ada pada kedua jenis ular tersebut?
Berikut penjelasannya yang diurai oleh Ketua Komunitas Pecinta Reptil Aspera, Roy Silalahi pada Tribunnews.com.
King Kobra
Dibanding ular kobra, king cobra memiliki tubuh yang lebih besar.
King Kobra dewasa bahkan bisa mencapai panjang 5-6 meter.
Tak hanya itu, king cobra juga bisa mengembangkan tudungnya dan berdiri hampir sepertiga badannya.
"Terus bisa mengembangkan tudungnya dan berdiri hampir sepertiga dari badannya dia," ungkap Roy.
Ular jenis ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia kecuali Papua.
Perbedaan lain terletak pada kemampuannya.
Berbeda dari ular kobra, king cobra tak dapat menyemburkan bisanya.
Ular ini hanya dapat menyuntikkan bisanya lewat gigitan saja.
"King cobra nggak nyembur kayak cobra jadi dia menyuntikkan bisa lewat gigitan saja," tambah Roy.
Sesuai dengan namanya, king cobra menempati puncak rantai makanan.
Ia merupakan predator dan berperan menjaga populasi tikus agar tak meledak dan merugikan petani.
Ular Kobra
Berdasarkan penjelasan Roy, spesies ular kobra di Indonesia ada dua jenis.
Yaitu ular kobra Jawa dan Sumatra.
"Kita punya dua spesies cobra, Naja Sputatrix dan Naja Sumatrana yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra," jelas Roy saat dihubungi via WhatsApp, Rabu (29/1/2020).
Ular ini biasa dikenal dengan ular sendok.
Berbeda dari king cobra, ular ini memiliki panjang yang lebih pendek dan tubuh yang lebih ramping.
Panjangnya hanya sekitar 1-2 meter saja dengan warna hitam mendominasi bagian sisik.
Bedanya, cobra Sumatra memiliki corak sedangkan cobra Jawa lebih polos.
"Kalau Naja Sumatrana ada sedikit corak yang bisa dilihat nggak polos seperti si saudaranya itu ( Kobra Jawa, red)," imbuhnya.
Perbedaan yang paling kentara dari ular kobra dan king cobra adalah kemampuannya dalam menyemburkan bisa.
Ya, selain menyuntikkan bisa lewat gigitan, ular kobra juga dapat menyemburkan bisanya.
(Tribunnews.com/Fathul Amanah/Endra Kurniawan)