News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bintik Matahari Seukuran Mars Mengarah ke Bumi, Berpotensi Berdampak Buruk pada Bumi

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bintik matahari seukuran planet Mars.

TRIBUNNEWS.COM - Sebuah bintik matahari raksasa telah diidentifikasi di permukaan matahari.

Pengamatan menunjukkan, bintik matahari tersebut berputar ke arah bumi.

Dilansir Metro, bintik matahari bernama AR2770 itu memiliki lebar yang hampir sama dengan planet Mars.

Diperkirakan, ukuran AR2770 akan bertambah besar.

Baca: Fenomena Cahaya & Suara Dentuman di Pulau Belitung, Lapan Sebut Fase Puncak Hujan Meteor Perseids

Baca: Jangan Lewatkan, Puncak Hujan Meteor Perseid 12-13 Agustus, Begini Cara Melihatnya

Diketahui, sunspot atau bintik matahari adalah bagian dari permukaan matahari yang dipengaruhi konsentrasi fluks medan magnet.

Bintik matahari mengakibatkan terhambatnya konveksi dan membentuk daerah bersuhu lebih dingin.

Bintik matahari dikenal sebagai indikator peristiwa seperti semburan matahari, yang dapat menimbulkan konsekuensi bagi kehidupan di Bumi.

Bintik matahari seukuran planet Mars. (Wise Imaging)

Sementara itu, semburan matahari adalah ledakan besar di atmosfer matahari yang dapat melepaskan energi sebesar 6 x 1025 Joule.

Semburan matahari yang cukup besar dapat mengirimkan tembakan radiasi melalui ruang hampa.

Pada akhirnya, hal tersebut mengganggu sinyal radio atau transmisi navigasi satelit.

Baca: Norwegia dan 4 Negara yang Mengalami Fenomena Matahari Tengah Malam

Baca: 16 Keajaiban Alam di Dunia yang Menunjukkan Betapa Uniknya Planet Bumi, Ada yang di Indonesia!

Para ahli mengatakan, AR2770 telah mengeluarkan sejumlah semburan matahari kelas B.

Semburan ini merupakan kelas semburan matahari terendah.

Hal tersebut telah didokumentasikan oleh astronom Martin Wise, yang mengambil gambar dari Trenton, Florida.

Wise menggunakan cakupan 8 inci dengan filter matahari yang aman untuk memotret.

"Bintik matahari ini adalah sasaran empuk bagi teleskop surya saya," kata Wise kepada Space Weather.

European Space Agency’s Solar Orbiter saat ini sedang mempelajari aktivitas matahari. (PA)

Bulan lalu, NASA mencatat semburan matahari terkuat sejak Oktober 2017.

Semburan matahari itu, bersama dengan bintik matahari yang baru ini, adalah indikator Siklus Matahari 25, periode 11 tahun aktivitas elektromagnetik baru yang baru saja dimulai matahari.

Pada 2019, NASA mengumumkan dimulainya siklus matahari baru dengan peringatan adanya ledakan matahari yang besar.

"Setelah matahari kita melewati Minimum Matahari saat ini, aktivitas matahari seperti letusan gunung akan menjadi hal yang umum selama beberapa tahun mendatang," ungkap NASA.

Semburan matahari paling terkenal, yang dikenal sebagai Coronal Mass Ejection, terjadi pada tahun 1859.

Peristiwa itu menyebabkan badai geomagnetik yang disebut Carrington Event.

Carrington Event membawa partikel bermuatan yang membombardir magnetosfer Bumi.

Jika peristiwa semacam ini kembali terjadi sekarang, dampaknya akan sangat menghancurkan.

"Carrington Event memampatkan medan magnet bumi dengan sangat kuat, sehingga arus dibuat dalam kabel telegraf begitu besar, dan banyak kabel terpicu dan memberikan syok pada operator telegraf."

"Jika peristiwa sekelas Carrington bedampak pada Bumi hari ini, spekulasi menyatakan bahwa kerusakan mungkin terjadi pada jaringan listrik global dan elektronik dalam skala yang belum pernah dialami," imbuh NASA.

Fenomena Astronomi Pekan Kedua Agustus 2020: Puncak Hujan Meteor Perseid hingga Konjungsi Bulan-Mars

Pada bulan Agustus, ada beberapa peristiwa atau fenomena astronomi angkasa yang terjadi di langit angkasa.

Pada pekan pertama Agustus kemarin, Bulan telah mencapai fase purnamanya tepatnya pada 3 Agustus 2020.

Selain itu, seperti dikutip dari space.com, terjadi pula perihelion atau titik terdekat planet Mars serta Merkurius dengan Matahari.

Perhelion Mars terjadi pada 3 Agustus lalu perhelion Merkurius terjadi pada 6 Agustus kemarin.

Kini memasuki pekan kedua, masih ada beberapa fenomena yang terjadi di langit angkasa.

Pusat Sains Antariksa Lapan mengumumkan setidaknya ada enam fenomena astronomi yang terjadi di langit angkasa.

Diantaranya yakni Bulan berada di titik terjauh dari Bumi, kemudian konjungsi Bulan-Mars ingga hujan meteor perseid.

Baca: Capai Titik Terdekat dari Bumi Hari Ini, Begini Cara Melihat Komet Neowise dari Langit Indonesia

Berikut 6 Fenomena Astronomi Pekan Kedua Agustus 2020 berdasar catatan Pusat Sains Antariksa Lapan:

1. Bulan di Titik Terjauh dari Bumi

Bulan berada pada titik terjauh dari bumi pada Minggu (9/8/2020) pukul 20.46 WIB.

Jarak terjauh tersebut yakni 407.076 kilometer dengan iluminasi 69,8 % pada fase benjol akhir.

Ketika apogee ini, bulan berada di konstelasi rasi bintang pisces.

Pada hari itu, bulan mulai terlihat dari timur pada pukul 22.30 dan terbenam esok harinya pada puku; 10.00 WIB.

2. Konjungsi Bulan-Mars

Konjungsi Bulan-Mars juga terjadi pada Minggu (9/8/2020).

Konjungsi Bulan-Mars ini dapat disaksikan sejak pukul 22.30 yang mana adalah waktu terbit bulan pada malam itu di arah timur.

Konjungsi ini berakhir ketika senja bahari/nautika berakhir, yakni 24 menit sebelum matahari terbit.

Ketika konjungsi Bulan-Mars ini, bulan terpisah sejauh 4,3 derajat terhadap Mars.

3. Bulan di Fase Perbani

Pada 11 Agustus 2020, bulan akhir berada di puncak fase perbani akhir, tepatnya pada pukul 23.44 WIB.

Saat itu, bulan berjarak 401.942 km dari bumi dan tampak dengan lebar sudut 29,7 menit busur.

Letak bulan saat perbani akhir ini berada di arah timur-timur laur dan berkulminasi di arah utara ketika matahari terbit.

Bulan berada di Manzilah Botein (Delta Arietis) di konstelasi rasi bintang Aries.

Pada hari itu, bulan terbit pada waktu tengah malam dan akan terbenam pada siang/tengah hari.

4. Puncak Hujan Meteor Perseid

Fenomena astronomi yang menarik lainnya yakni terjadinya puncak hujan meteor perseid.

Hujan meteor Perseid yang terjadi sejak 17 Juli 2020 lalu mencapai puncaknya pada 12-13 Agustus 2020.

Hujan meteor perseid ini akan berakhir pada 24 Agustus mendatang.

Menurut Lapan, intensitas maksimum hujan meteor ini mencapai 60-70 meteor tiap jamnya dengan kelajuan meteor mencapai 212.400 km/jam.

Hujan meteor ini berasal dari sisa-sia debu komet 109P/Swift-Tuttle dan dapat disaksikan mulai tengah malam hingga fajar bahari/nautika berakhir, yakni 24 menit sebelum matahari terbit.

Dinamai hujan meteor perseid, hal ini berdasarkan titik radian (titik asal munculnya hujan metero) yang terletak di konstelasi rasi bintang Perseus.

Hujan Meteor Perseid (Ryan Hallock via MGN)

Baca: Meteorit Mars Akan Dipulangkan NASA ke Planet Asalnya Setelah 21 Tahun Berada di Bumi

5. Venus di Elongasi Barat Maksimum

Planet Venus akan mencapai elongasi maksimum di arah barat pada 13 Agustus 2020 pukul 07.21 WIB sebesar 46 derajat.

Elongasi maksimum barat Venus ini merupakan hal yang biasa terjadi, rata-rata setiap 19 bulan sekali.

Terakhir kali Venus di Elongasi Barat terjadi pada 6 Januari 2019 dan akan terjadi lagi pada 21 Maret 2022, bertepatan dengan Ekuinoks Aries.

Pada 13 Agustus nanti, Venus terletak di 20 derajat utara Matahari dengan ketinggian 41,3 derajat dan berada di Manzilah Alhena (Gamma GeminoriumI) konstelasi rasi bintang gemini.

Saat itu, Venus akan dapat diamati dengan mata telanjang karena magnitudonya mencapai -4,3 dan lebar sudut 23,8 detik busur.

Potret Venus yang bergerak menuju gugusan bintang Pleiades (Instagram/frankturina)

6. Fase Dikotomi Venus

Selain berada di Elongasi maksimum barat, Venus juga mencapai fase dikotomi pada 13 Agustus 2020.

Terjadinya dikotomi Venus hanya berselisih beberapa jam dengan waktu elongasi maksimum Venus.

Dikotomi merupakan nama lain dari fase perbani ataur kuartir atau kuadratur.

Dikotomi juga dapat disebut konfigurasi ketika bumi, planet dan matahari membentuk sudut siku-siku atau 90 derajat.

Hal ini membuat bagian planet yang teramati dari bumi akan tampak bercahaya 50% dari luas piringan.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Tio Buqi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini