News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

FAKTA-FAKTA Gempa Maluku Tengah 16 Juni 2021, dari Jenis hingga Terjadinya Tsunami Kecil

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi gempabumi. BMKG mengungkapkan sejumlah fakta gempabumi yang terjadi di Maluku Tengah, Rabu (16/6/2021) siang. Dari jenis gempa hingga terjadinya tsunami kecil.

TRIBUNNEWS.COM - Kepala bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dr Daryono mengungkapkan sejumlah fakta gempabumi yang terjadi di Maluku Tengah, Rabu (16/6/2021) siang.

Gempa tersebut diketahui mengakibatkan sejumlah kerusakan.

Berikut fakta-fakta gempa bumi di Makuku Tengah yang terjadi pada Rabu kemarin:

1. Waktu dan Lokasi Gempa

Daryono mengungkapkan, gempa yang mengguncang Maluku Tengah dan sekitarnya memiliki magnitudo update M 6,0 terjadi pada hari Rabu, 16 Juni 2021 pukul 11.43.08 WIB.

"Episenter gempa ini terletak di laut pada jarak 69 km arah tenggara Kota Masohi, Maluku Tengah, dengan kedalaman hiposenter 19 km," ungkap Daryono kepada Tribunnews.com melalui keterangan tertulis, Rabu (16/6/2021).

Peta lokasi gempa Maluku Tengah, Rabu (16/6/2021) (BMKG)

Baca juga: Ahli dari BMKG Bantah Teori Konspirasi Tsunami Aceh 2004 Rekayasa Amerika Gunakan Senjata Nuklir

2. Jenis dan Sumber Gempa

Sementara itu gempa di Maluku Tengah merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu aktifitas sesar aktif yang diduga berasosiasi dengan Zona Sesar Kawa.

"Hasil analisis mekanisme sumber gempa ini menunjukkan mekanisme pergerakan sesar turun (normal fault)," ujar Daryono.

3. Dampak dan Kerusakan

Dampak Gempa magnitudo 6.1 guncang Maluku Tengah (Istimewa via Tribun Ambon)

Sementara itu laporan menunjukkan guncangan gempa dirasakan cukup kuat di Tehoru, Masohi, Bula, Kairatu, Saparua, Wahai dalam skala intensitas III-IV MMI.

"Sedangkan di Pulau Ambon guncangan dirasakan dalam skala intensitas II-III MMI," ungkapnya.

Adapun gempa menyebabkan dampak kerusakan ringan pada beberapa bangunan di Kecamatan Tehoru, seperti kerusakan pagar Gereja Sounulu di Kecamatan Tehoru dan beberapa rumah warga mengalami retak.

Baca juga: Peringatan Dini BMKG Kamis 17 Juni 2021: Gelombang Tinggi Capai 6 Meter di 2 Perairan Ini

4. Tsunami Kecil dan Gempa Susulan

Sementara itu hasil pemodelan menunjukkan gempa ini tidak berpotensi tsunami.

Namun demikian, jelas Daryono, berdasarkan hasil observasi tinggi muka air laut menunjukkan ada kenaikan dan terjadi tsunami kecil yang diduga kuat berkaitan longsoran bawah laut yang dipicu gempa.

"Sehingga dapat kita saksikan beberapa rekaman adanya tsunami kecil yang melanda pantai," ungkapnya.

Kejadian tsunami kecil terekam di Stasiun Tide Gauge Tehoru yang dioperasikan oleh BIG dengan ketinggian maksimum sekitar 50 cm pada pukul 11.47 WIB (4 menit setelah gempa).

Kejadian tsunami kecil juga terekam di Stasiun Tide Gauge Banda (BIG) dengan ketinggian maksimum 7 cm pada pukul 12.02 WIB (19 menit setelah gempa).

Adapun hingga petang pukul 16.00 WIB, hasil monitoring BMKG telah terjadinya 16 gempa bumi susulan (aftershock) dengan magnitudo berkisar antara 1,9 - 3,7.

Baca juga: Info BMKG Kamis, 17 Juni 2021: Gelombang Tinggi di Perairan Selatan Jawa Timur Capai 6 Meter

5. Kawasan Rawan Bencana

Lebih lanjut, Daryono menjelaskan wilayah selatan seram merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.

Sebelumnya, di wilayah ini sudah terjadi gempa dan tsunami destruktif, seperti :

- Gempa dan Tsunami Ambon-Seram 1674 menyebabkan 2.243 orang meninggal

- Gempa dan Tsunami Elpaputih 1899 menyebabkan 4.000 orang meninggal

- Gempa dan Tsunami merusak di Ambon 1950

- Gempa Ambon 2019 menyebabkan 31 orang meninggal

Baca juga: Hadapi Potensi Tsunami di Pesisir Selatan Jawa Timur, BNPB: Tingkatkan Pencegahan

6. Sejarah Tsunami akibat Longsoran

Daryono juga mengungkapkan sejumlah tsunami di Indonesia yang terjadi dipicu longsoran.

"Seperti Tsunami Selat Sunda 1883, Tsunami Elpaputih 1899, Tsunami Lembata 1979, Tsunami Flores 1992, Tsunami Palu 2018, dan Tsunami Selat Sunda 2018," pungkas Daryono.

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini