TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menghadiri KTT Perubahan Iklim COP26 yang berlangsung pada tanggal 1-2 November 2021, di Glasgow, Skotlandia.
KTT yang dipimpin oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, tersebut akan dihadiri oleh 121 kepala negara dan kepala pemerintahan.
Presiden menegaskan, posisi Indonesia dalam isu perubahan iklim adalah sangat konsisten.
Menurutnya, Indonesia akan terus bekerja keras memenuhi komitmen yang telah dibuat.
“Kita tidak ingin ikut dalam retorika yang pada akhirnya tidak dapat kita jalankan,” jelas Presiden dalam keterangannya sebelum memulai rangkaian kunjungan kerja ke tiga negara, di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (29/10/2021), dikutip dari laman Setkab.go.id.
Dalam pertemuan COP26 tersebut, Presiden Jokowi juga akan menyampaikan national statement.
Lantas, apa sebenarnya tujuan dari diadakannya Konferensi Perubahan Iklim COP26 ini?
Baca juga: KTT G20 di Roma, Ini 5 Hal yang Dibahas Para Pemimpin Dunia, dari Perubahan Iklim hingga Vaksin
Baca juga: Indonesia Resmi Terima Presidensi G20, Jokowi Janji Dorong Pemulihan Ekonomi Dunia
Dilansir situs ukcop26.org, konferensi perubahan iklim ini setidaknya memiliki empat tujuan penting.
Empat tujuan tersebut diantaranya terkait global zero net hingga mengatur pendanaan untuk perubahan iklim.
Berikut empat tujuan diadakannya KTT Perubahan Iklim atau COP26 di Glasgow:
1. Global Net Zero
Dalam forum COP26 negara-negara diminta untuk memastikan global net zero dalam setengah abad ke depan.
Negara-negara diminta untuk menjaga tingkat kenaikan suhu sebesar satu setengah derajat celcius.
Tiap negara nantinya akan menjelaskan strategi mereka untuk dapat mencapai target pengurangan emisi pada 2030.
Untuk mencapat target itu, forum tersebut mendorong agar negara-negara perlu mempercepat penghentian penggunaan batu bara, mengekang deforestasi, mempercepat peralihan ke ekonomi yang lebih hijau.
Mekanisme pasar karbon juga akan menjadi bagian dari negosiasi.
2. Adaptasi Melindungi Masyarakat dan Habitat Alam
Karena iklim sudah berubah, negara-negara yang sudah terkena dampak perubahan iklim perlu melindungi dan memulihkan ekosistem.
Negara-negara didorong agar membangun pertahanan, sistem peringatan, dan infrastruktur yang tangguh.
Setiap negara diharapkan dapat saling bekerja sama untuk mendorong negara-negara lain yang terdampak perubahan iklim.
Baca juga: Seruan Kepala Iklim Uni Eropa Jelang COP26: Kita Harus Lebih Ambisius!
Baca juga: Indonesia Menuju COP26, Komunitas Peduli Krisis Iklim Ajak Jokowi Bersama Cegah Darurat Emisi
3. Memobilisasi Keuangan
Untuk memenuhi dua tujuan diatas, negara-negara diminta untuk memenuji janji mereka terkait pendanaan perubahan iklim.
Seperti dikutip dari news.un.org, pada COP15, negara-negara kaya berjanji untuk menyalurkan $100 miliar per tahun kepada negara-negara yang kurang kaya pada 2020 untuk membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim dan mengurangi kenaikan suhu lebih lanjut.
Namun janji itu tidak ditepati, sehingga pada COP26 akan sangat penting untuk mendorong pemenuhan janji mereka.
4. Finalisasi Paris Rules Book
Tantangan krisis iklim dapat dilakukan dengan bekerja sama.
Ini berarti membangun kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil.
Pada COP26 diagendakan untuk Paris Rules Book atau finalisasi dalam implementasi Perjanjian Paris pada Desember 2015 silam.
(Tribunnews.com/Tio)