TRIBUNNEWS.COM -- Sedang berkunjung ke Australia, tepatnya di Provinsi New South Wales? Rasanya kurang lengkap bila tak berkunjung ke Gunung Wingen.
Si salah satu taman nasional benua hujau tersebut ada api berkobar di bawah tanah setidaknya selama 6000 tahun atau bahkan bisa jauh lebih lama dari perkiraan.
Tempat yang kemudian dikenal sebagai Burning Mountain itu pun menjadi api tertua yang diketahui di planet ini.
Mengutip Science Alert, Senin (3/1/2022) api bawah tanah itu adalah lapisan batu bara yang terbakar. Setelah menyala, api bawah tanah ini hampir mustahil dipadamkan.
Perlahan tapi intens, mereka melakukan perjalanan menuju lapisan batu bara yang terletak di bawah permukaan Bumi.
Baca juga: Capai Titik Terdekat dari Bumi Hari Ini, Begini Cara Melihat Komet Neowise dari Langit Indonesia
"Tidak ada yang tahu ukuran api di bawah Burning Mountain. Anda hanya bisa menyimpulkannya. Kemungkinan seperti bola berdiameter sekitar 5 hingga 10 meter dan mencapai suhu 1000 derajat Celsius," jelas Guillermo Rein, profesor ilmu api di Imperial College London, Inggris.
Namun tak seperti api biasa, api lapisan batu bara yang menyala di bawah tanah itu membara. Ini berarti tak ada api, tetapi lebih seperti bara api di barbekyu.
Bara api tersebut membakar sekitar 30 meter di bawah tanah dan bergerak ke selatan dengan kecepatan sekitar 1 meter per tahun.
Satu-satunya bukti keberadaannya adalah asap dan abu putih, serta tanah yang hangat saat disentuh.
Selain itu juga bebatuan yang berubah warna menjadi kuning dan merah, lalu bau belerang yang menguar.
Tetapi meski sebagian besar api tak terlihat, jalur yang terbakar tertutup abu dan tanpa adanya kehidupan tanaman, bahkan rumput pun tidak.
Baca juga: Mengenal Sistem Tata Surya: Matahari, Planet Dalam, Planet Luar, Komet, Meteoroid, dan Asteroid
Selama ini banyak kebakaran lapisan batu bara yang disebabkan oleh campur tangan manusia, misalnya di pertambangan batu bara.
Tapi itu hanya terjadi sekejap mata, jika dibandingkan dengan yang terjadi ribuan tahun di Burning Mountain.
Siapa menyalakan api?
Menariknya, tak ada yang yakin apa yang pertama kali memicu kebakaran itu.
Dokumentasi yang diambil pada 1828 menyatakan, jika ada seorang buruh tani setempat yang menemukan sebuah gunung berapi di wilayah Gunung Wingen.
Hanya setahun kemudian pada tahun 1829, ahli geologi CPN Wilton menyimpulkan bahwa gunung berapi yang diduga itu sebenarnya adalah api lapisan batu bara.
Pengukuran sejak itu menunjukkan bahwa jalur api mencakup sekitar 6,5 kilometer. Hal tersebut menunjukkan bahwa api telah menyala setidaknya selama 6.000 tahun.
Tapi selain itu, hampir tidak ada penelitian resmi yang dilakukan di daerah tersebut.
Situs yang dianggap keramat itu menurut peneliti terbakar karena penyebab alami.
"Anda tidak dapat mengesampingkan gangguan antropogenik, tetapi kemungkinan besar itu adalah penyebab alami. Itu bisa jadi kebakaran hutan dari sambaran petir yang memicu singkapan atau bisa juga pengapian yang memanas sendiri," ungkap Rein.
Pengapian dengan pemanasan sendiri terjadi ketika lapisan batubara cukup dekat dengan permukaan, sehingga batubara dapat terpapar oksigen.
Jika ada cukup hari cerah dan panas berturut-turut permukaan batubara memanas dan menjadi cukup panas untuk memanaskan potongan berikutnya di lapisan, yang akhirnya memicu pengapian.
Tak ada yang mengetahui hingga kapan Burning Mountain itu akan terbakar.
Bisa saja selama ribuan tahun jika tak ada campur tangan manusia. Bahkan dengan campur tangan manusia, kebakaran lapisan batu bara sangat sulit dipadamkan, membutuhkan berton-ton air dan nitrogen cair.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sementara Gunung Wingen cukup jauh dari peradaban untuk menyebabkan kerusakan, kebakaran batu bara yang lebih besar dapat menjadi bahaya kesehatan dan keselamatan yang serius yang telah menjadi jauh lebih umum dalam beberapa tahun terakhir.
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai kebakaran lapisan batu bara, apalagi ketika planet kita memanas.
"Dampak perubahan iklim pada kebakaran lapisan batu bara dan dampak kebakaran lapisan batu bara terhadap perubahan iklim jelas merupakan sesuatu yang sangat kita khawatirkan," kata Rein. (Kontributor Sains, Monika Novena)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Misteri Api di Australia, Membara Selama 6000 Tahun"