Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Para ahli di Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) sedang menyelidiki sub-varian virus corona (Covid-19) Omicron yakni 'BA.2' di tengah temuan sejumlah kasus baru di Inggris dan sekitarnya.
Apa yang kini perlu diketahui masyarakat tentang varian baru ini ?
Dikutip dari Sputnik News, Senin (24/1/2022), sub-varian Omicron kali pertama diidentifikasi di India dan Afrika Selatan pada akhir Desember 2021.
Strain baru ini diyakini muncul dari mutasi Omicron yang secara resmi dikenal sebagai 'BA.1'.
BA.2 diperkirakan memiliki lebih dari 20 mutasi, dengan sekitar setengahnya menjadi bagian dari protein lonjakan yang berinteraksi dengan sel manusia dan merupakan kunci proses virus corona memasuki tubuh manusia.
Baca juga: Omicron Makin Meluas, Epidemiolog Sarankan Percepat Vaksin Booster dan Kerja WFH
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini memang tidak membedakan antara BA.1 dan BA.2 sebagai sub-varian Omicron.
Namun sub-varian ini kini berada di bawah pengawasan ketat yang dilakukan oleh komunitas ilmiah global.
Baca juga: Kasus Omicron Melonjak, Lima Organisasi Profesi Medis Minta PTM 100 Persen Dievaluasi
Ada yang mengatakan bahwa BA.2 menimbulkan tantangan tertentu bagi para ilmuwan, karena tidak mudah dilacak dalam hal deteksi terkait protokol uji Polymerase Chain Reaction (PCR).
Perlu diketahui, sub-varian ini telah terdeteksi pada setidaknya 43 negara, dengan peningkatan kasus terjadi di negara-negara seperti India, Inggris, Prancis, Denmark dan Swedia.
Kendati demikian, Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran meyakini bahwa BA.2 tidak terlihat seperti 'game changer', karena munculnya sub-varian ini tergolong cukup teratur di tempat kejadian.
Sementara itu, ahli virologi dari Imperial College London, Tom Peacock menyampaikan 'kemungkinan ada perbedaan minimal dalam efektivitas vaksin terhadap BA.1 dan BA.2'.
Ia juga berpendapat bahwa dirinya tidak yakin BA.2 akan memiliki dampak besar pada gelombang pandemi Omicron saat ini'.
Peacock pada awal pekan ini menuliskan cuitan dalam akun Twitternya terkait Omicron BA.2.
Menurutnya, pengamatan yang sangat awal dari India dan Denmark menunjukkan tidak ada perbedaan dramatis dalam tingkat keparahan BA.2 dibandingkan dengan BA.1.