Dia menjelaskan, unit demo dengan skala 6-7 ton per jam telah dibangun dan saat ini ditempatkan di Kabupaten Musi Banyuasin (MUBA), Sumatera Selatan.
Baca juga: Gaikindo Ingatkan Pemilik Kendaraan Gunakan BBM Rekomendasi Pabrikan
IVO dipakai sebagai bahan baku untuk membuat Bensa di unit percontohan produksi bensa. Konversi IVO menjadi bensin maka membutuhkan katalisator. Sehingga perlu reaktor yang memproduksi katalis.
Dengan dukungan dana dari BPDPKS Dr Melia dan timnya juga membuat set unit reaktor untuk memproduksi katalisnya. Pabrik Katalis dengan skala 40-50 kg per batch yang ditempatkan di Kampus ITB Ganesa.
Dia mengatakan, formula dan prosedur pembuatan katalis merupakan hasil penelitian Pusat Rekayasa Katalisis Institut Teknologi Bandung.
Ditambahkan, bensin dari sawit ini memiliki nilai Research Octane Number, RON 105-112, artinya sangat tinggi. Karena itu, produknya bisa dicampur dengan nafta yang dihasilkan dari minyak fosil.
“Nafta punya bilangan oktan 70-80. Apabila dicampur dengan perbandingan tertentu kita bisa dapat Bensa dengan RON 93, itu yang kita demokan di workshop,” ujarnya.
Keberhasilan mengembangkan Bensa ini didapatkan atas kerja sama berbagai pihak.
Di antaranya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Pusat Rekayasa Katalisis, Institut Teknologi Bandung, Lab Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis Program studi Teknik Kimia serta Program studi Teknik Bioenergi dan Kemurgi – FTI – ITB.
Riset ini juga melibatkan PT Pura Barutama, PT Kemurgi Indonesia, Masyarakat Biohidrokarbon Indonesia (MBI), PT Energy Management Indonesia.
“Pemerintah selama ini impor minyak mentah dan juga mengimpor bahan bakar yang sudah jadi. Harapannya apabila kita bisa mengubah sawit menjadi bensa, impor tersebut akan berkurang,” ungkap Dr. Melia.