TRIBUNNEWS.COM -- Konflik antara warga setempat dengan aparat kepolisian di Desa Wadas, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah terjadi saat warga menolak pembangunan tambang batu andesit.
Akibatnya, puluhan warga dikabarkan diamankan oleh polisi bersenjata lengkap, bahkan videonya telah beredar di media sosial.
Para netizen pun meramaikan tagar #SaveWadas #WadasMelawan #WadasTolakTambang, usai tersebarnya video terkait penambangan batu andesit di Desa Wadas tersebut.
Baca juga: Mengenal Desa Wadas, Purworejo: Kondisi Geografis hingga Lahan Tambang Andesit
Diberitakan Kompas.com, Rabu (9/2/2022), warga yang ditangkap polisi merupakan mereka yang bersikeras menolak lahannya dibebaskan untuk penambangan batu andesit.
Adapun batu andesit yang ditambang dari Desa Wadas ini, rencananya akan digunakan sebagai material untuk pembangunan Waduk Bener yang lokasinya masih berada di Kabupaten Purworejo.
Apa itu batu andesit? Peneliti utama bidang Geologi (petrologi dan geoheritage) BRIN-Karangsambung, Ir Chusni Ansori MT, mengatakan, bahwa batu andesit termasuk batuan beku intrusi yang terbentuk di dalam Bumi.
Baca juga: Isu Orang Hilang Saat Pengukuran Tanah Desa Wadas Purworejo, Ini Penjelasan Polda Jateng
Batuan ini, katanya, memiliki warna keabu-abuan karena bersifat intermediate. Chusni menambahkan, batu andesit seperti yang ada di Desa Wadas berkaitan dengan aktivitas vulkanik pada busur-busur vulkanik atau volcanic arc.
Di wilayah Jawa, batuan itu terbentuk memanjang mulai dari Jawa barat hingga Jawa Timur.
"Batuan andesit bisa ditemukan sebagai tubuh intrusi di dalam Bumi yang kemudian terangkat dan tersingkap di permukaan, atau bisa juga sebagai bongkah dalam breksi vulkanik (bekas aliran lahar) yang tersebar banyak di pulau Jawa," jelas Chusni kepada Kompas.com, Rabu (9/2/2022).
Batuan andesit ini tersusun dari mineral utama seperti feldspar, piroksin, yang kadang kala disusun pula oleh kuarsa serta horblenda.
Menurut dia, karakteristik batu andesit biasanya keras dan kompak dengan kuat tekan lebih dari 500 kg/cm kuadrat, sementara berat jenis batu mencapai 2,3 sampai 2,8 gram/cm kubik.
Baca juga: Aparat Gabungan Dampingi BPN Lakukan Pengukuran Tanah di Desa Wadas Purworejo
Sedangkan, tingkat aus dan serapan air batu relatif rendah, sehingga sangat cocok digunakan sebagai pondasi bangunan bertingkat.
"Selain itu batuan ini juga dipakai untuk landasan jalan, landasan jalur pesawat, pemecah gelombang, tonggak jalan," imbuhnya sambil menjelaskan fungsi batu andesit.
Batu andesit juga kerap ditemukan pada artefak seperti menhir, punden berundak, batu lumpang, batu candi, serta lingga dan yoni.
"Keberadaan batuan ini yang luas terdapat di Jawa khususnya, serta kekuatan yang baik sehingga banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan," ucap Chusni.
Banyak ditemukan di Desa Wadas
Diakui Chusni, di sekitar Desa Wadas, Kecamatan Bener Purworejo, banyak ditemukan batuan andesit yang merupakan bagian dari Formasi Andesit Tua (OAF).
Penyebaran batu andesit di wilayah tersebut berupa tubuh batuan intrusi atau geologi yang menyebar ke arah selatan dan timur.
"Memang lokasi andesit ini paling dekat dengan rencana (pembangunan) Bendungan Bener, sehingga mudah untuk pengangkutannya," papar Chusni.
"Tubuh intrusi andesit di sekitar lokasi Wadas menerus hingga Plakjurang, Kremben, Pulungroto hingga Gunung Pencu, sehingga sebarannya cukup luas," sambung dia.
Lebih lanjut, Chusni berkata bahwa mulai dari Desa Wadas hingga Gunung Pencu di Jawa Tengah secara geologis termasuk dalam intrusi OAF, satu rangkaian dengan bekas gunung api purba berusia jutaan tahun yang lalu di Kulon Progo hingga membentuk rangkaian Gunung Ijo, Gunung Kukusan, dan Gunung Kemlahan. (Zintan Prihatini)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Batu Andesit, yang Jadi Konflik Warga di Desa Wadas?"