News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pembunuhan di Bekasi

Kasus Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi, Kronologi, Penuturan Saksi hingga Hasil Forensik

Penulis: Daryono
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pembunuhan satu keluarga di Bekasi

TRIBUNNEWS.COM - Kasus pembunuhan satu keluarga terjadi di Bekasi, Jawa Barat.

Kejadian keji itu menimpa sebuah keluarga di Jalan Bojong Nangka 2 RT 002 RW 07 Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi.

Adapun empat orang korban yang dibunuh yakni Diperum Nainggolan kepala keluarga berusia 38 tahun, Maya Boru Ambarita isteri berusia 37 tahun, Sarah Boru Nainggolan anak berusia sembilan tahun, dan Arya Nainggolan anak berusia tujuh tahun.

Hingga kini, motif pasti pembunuhan satu keluarga ini masih misterius.

Pelaku juga belum berhasil ditangkap oleh kepolisian. 

Baca: Kesaksian Ketua RT dan Tetangga Korban Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi

Berikut ini Tribunnews.com merangkum fakta-fakta kasus pembunuhan keji tersebut, Kamis (14/11/2018): 

1. Kronologi

Peristiwa itu diketahui pertama kali oleh seorang penghuni kontrakan Feby Lofa yang berada di belakang rumah keluarga tersebut, Selasa (13/11/2018) dini hari.

Feby Lofa, warga sekitar mengatakan, pada pukul 03.30 WIB dini hari, ia melihat gerbang kontrakan samping rumah korban sudah terbuka, dan televisi di ruang korban menyala.

Rumah korban dugaan pembunuhan satu keluarga di Jalan Bojong Nangka 2, RT02 RW07 Kelurahan Jatirahayu Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi (TRIBUNJAKARTA.COM/YUSUF BAHCTIAR)

Namun, saat saksi memanggil korban dari luar rumah, tidak ada jawaban.

Ia sempat menelepon salah satu korban tapi tidak diangkat.

Kemudian, ia kembali ke kontrakan.

Pada pagi hari, ia curiga korban yang biasa bekerja, belum berangkat.

Ia penasaran dan membuka jendelanya.

"Biasanya korban ini (suaminya) kan kerja suka berangkat sekitar pukul 06.30 WIB. Tapi belum bangun juga, saya lihat lewat jendela ternyata penghuni rumah tergeletak penuh darah," katanya.

Ia kaget, dan langsung melaporkan ke warga lain dan ketua RT.

"Saya kasih tahu warga lain dan Pak RT. Terus langsung nelpon polsek Pondok Gede," ujarnya.

2. Barang Berharga Milik Korban Tidak Hilang

Kapolres Metro Bekasi, Kota Kombes Pol Indarto mengatakan, ada sejumlah dugaan motif pelaku dalam kasus dugaan pembunuhan keluarga Diperum Nainggolan.  Salah satunya motif ekonomi.

Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara sementara, tidak ada barang berharga milik keluarga Diperum Nainggolan yang hilang.

Polisi lanjutnya menemukan barang berharga seperti kalung ,dan cincin perhiasan masih berada di tempatnya semula.

"Sementara ini semua motif sedang kita kaji, kita habis ini akan konsolidasi. Tapi sementara ini kita melihat kecenderungannya bukan ekonomi. Kecenderungannya ya. Tapi semua motif masih kita buka peluangnya," kata Indarto di TKP, Selasa (13/11/2018).

Pihaknya akan melakukan pemeriksaan lanjutan bersama pihak keluarga terdekat apakah ada barang berharga lain yang hilang.

"Tapi kita akan kaji lagi karena kan ini masih awal. Nanti kita akan olah tkp lanjutan bersama dengan ke keluarga untuk mencari tahu apa-apa barang berharga yang tidak ada," jelas dia.

"Tapi sementara kita tidak menemukan ada barang berharga yang hilang," tambahnya.

Rumah korban pembunuhan di Bekasi, (kompas.com)

Sementara, Agus Sani (53), Ketua RT 02/RW 07, mengatakan, pada Senin dini hari memang sempat ada mobil melintas cepat.

"Dini hari ada mobil lewat kencang gitu kata security . Saya juga baru tahu setelah warga lapor. Selama ini sih baik-baik saja enggak ada cekcok keluarga," katanya.

Agus Sani menambahkan, dua mobil yang biasa diparkir di rumah korban, tidak ada.

"Korban punya tiga unit mobil. HRV , Nissan Xtrail sama mobil box disimpan di garasi dekat sini. HRV sama Nissan engga ada," katanya.

"Nah saya tidak tahu apakah dibawa kabur atau apa saya kejelasannya belum pasti," ucapnya.

3. Kesaksikan warga sebelum peristiwa pembunuhan terjadi.

Sehari sebelumnya, Lita (29), tetangga korban, mengaku melihat dan mendengar seorang korban, Diperum Nainggolan, sedang menelepon dengan nada tinggi.

Saat itu, Lita sedang berbelanja di warung milik korban.

"Kemarin (Senin) jam 16.30, saya belanja di warung itu. Nah kata Pak Uco (panggilan akrab Diperum) disuruh ambil sendiri (barang belanjaan). Dia lagi nelepon, nadanya agak tinggi gitu, saya tidak tahu tentang apa," kata Lita kepada Kompas.com di lokasi kejadian.

Lita tidak mendengar jelas yang dibicarakan korban. Dia hanya mendengar sekilas korban membicarakan persoalan uang dan mobil.

"(Meneleponnya) kayak orang lagi berantem, ngomongnya kayak di-loudspeaker begitu kan kedengeran, ngomongin uang sama mobil, itu saja kedengerannya seperti itu," ujar Lita.

4. Dugaan sementara motif pembunuhan karena dendam

Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, jika insiden tersebut merupakan pembunuhan, pihaknya menduga ada motif dendam dari si pelaku.

"Dari pengalaman dan dari hasil yang ditangani kepolisian (sebelumnya). Kalau sadis dan yang dibunuh bukan satu orang, itu ada latar belakang dendam. Ini dari hasil pengalaman yang sudah dikerjakan kepolisian," ujar Dedi Prasetyo, Selasa (13/11/2018).

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo (Vincentius Jyestha/Tribunnews.com)

Meski begitu, Dedi Prasetyo menjelaskan bahwa hal tersebut barulah dugaan sementara, karena proses penyelidikan masih dilakukan oleh Polres Metro Bekasi Kota.

"Setiap case (kasus) punya karakter sendiri, tidak bisa sama. Secara umum oke lah, kalau secara global ya itu bisa dibilang ‘diduga’. Tapi kasus pembunuhan sadis dan lebih dari satu orang, mayoritas karena dendam," ujar Dedi Prasetyo.

5. Luka fatal di leher dan kepala

Kepala Instalasi Forensik RS Bhayangkara Polri Tingkat I Said Sukanto, Kombes Pol Edy Purnomo mengatakan tim forensik RS Polri belum mengambil kesimpulan terkait hasil pemeriksaan korban pembunuhan satu keluarga yang ditemukan tewas di Bekasi pada Selasa (13/11/2018).

Meski menemukan luka yang diakibatkan benda tumpul di dada korban orang dewasa, luka yang paling fatal ditemukan di leher dan kepala korban.

Hal itu diungkapkan Edy di RS Polri Bhayangkara Polri Tingkat I Said Sukanto Kramat Jati Jakarta Timur pada Selasa (13/11/2018).

"Luka ada di leher semua. Memang ada yang di dada tapi tidak terlalu fatal. Tapi umumnya yang fatal sekali ada di leher dan di kepala," kata Edy.

Edy juga menyampaikan diduga korban dibunuh beberapa jam sebelum mayat ditemukan warga. 

"Dugaan waktu kematian pasti belum lama dari ditemukan di TKP-nya. Mungkin beberapa jam sebelum saat ditemukan di TKP," kata Edy.

Salah satu jenazah saat akan dibawa ke RS Polri Kramat Jati. (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Edy mengatakan, hal itu diketahui dari tanda-tanda kematian seperti kaku mayat dan lebam mayat yang belum muncul dari keempat jenazah.

"Karena dari kaku mayat dan tanda-tanda kematian," kata Edy.

Sementara, Kapolres Metro Bekasi Kota Kombes Indarto mengatakan, pihaknya saat melakukan penyelidikan di lokasi kejadian menemukan Diperum dan Maya mengalami luka benda tumpul.

Sementara anak-anaknya, Sarah serta Arya, tidak mengalami luka, tetapi kehabisan oksigen.

"Ada luka benda tumpul, dengan luka senjata tajam. Berbeda-beda yang suami dan istri pada leher, sedangkan untuk anak luka kehabisan oksigen karena tidak ditemukan luka terbuka," kata Indarto di lokasi.

(Tribunnews.com/Daryono)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini