Tetapi gempa Wonosobo mencatatkan sejarahnya sendiri dalam catatan sejarah gempa dunia.
Ini membuktikan, gempa Wonosobo pernah menjadi perhatian dunia kala itu karena kengerian dampak yang ditimbulkan.
Majalah lama berbahasa Belanda “Indie” yang terbit tanggal 7 Januari tahun 1925 menuliskan laporan mengenai gempa di Wonosobo dengan gambaran yang mengerikan.
Terbitan itu menggambarkan penderitaan dan kepanikan masyarakat yang dilanda bencana dahsyat.
Bencana itu menyisakan luapan air mata serta trauma yang membekas lama.
Banyak warga meninggal dengan cara tragis.
Mereka yang selamat harus menanggung duka berkepanjangan, serta trauma yang akan membekas lama.
Tempat tinggal dan harta benda di dalamnya hancur hingga perekonomian lumpuh.
Jurang kemiskinan yang dalam karena penjajahan, bertambah curam akibat gempa yang meluluhlantakkan kehidupan.
“Wilayah Wonosobo di Hindia Belanda dikejutkan oleh teriakan melengking kesakitan dari masyarakat yang semula hidup bahagia berubah menjadi kemalangan, kesusahan dan kemiskinan."
"Dalam beberapa hari dan beberapa malam semua yang mereka miliki dan sayangi hilang sehingga kesedihan dan keputusasaan telah mencengkeram hati mereka."
"Di daerah padat penduduk, cengkeraman bencana alam tanpa henti. Rumah hancur, ternak mati dan melarikan diri hingga lubang-lubang akibat bencana menelan manusia, hewan, dan desa. Kampung atau jurang runtuh secara ajaib dikepung oleh gempa bumi dalam hitungan detik , sementara banjir melanda. Pemandangan daerah yang padat bangunan rusak."
"Ya , saat kita menulis ini, sudah dihitung lebih dari 1.000 orang mati,“ demikian laporan itu yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Seorang politisi Hindia Belanda Mr Wijnkoops dalam rapat interpelasi Pemerintah Hindia Belanda pertemuan ke-39 tanggal 17 Desember 1924 menyampaikan empatinya terhadap musibah tersebut.
Baca: Seorang Korban Longsor di Jalan Lintas Padang-Solok Meninggal, 4 Lainnya Dirawat