TRIBUNNEWS.COM - PSIS Semarang sudah punya program untuk persiapan mengarungi Liga 1 musim depan
Menatap Liga 1 2019, pelatih PSIS Semarang, Jafri Sastra mengaku sudah mendapatkan informasi terkait pelaksanaan kompetisi yang bakal digelar usai gelaran Pilpres 2019 bulan April mendatang.
"Kabar yang saya dapatkan demikian. Sangat masuk akal karena memang pertimbangannya adalah masalah perizinan keamanan yang tengah fokus untuk Pilpres," kata Jafri Sastra dikutip Tribunnews dari website resmi Liga 1.
Baca: PSIS Semarang Setuju dengan Wacana PT LIB
Baca: PSIS Semarang Mulai Gerilya Buru Pemain Baru
Baca: PSIS Ingin Maksimalkan Kuota Pemain Asing untuk Musim 2019
Untuk musim 2019 mendatang, Jafri Sastra mengatakan, waktu ideal untuk persiapan adalah sepanjang sekitar dua bulan.
Dalam rentang waktu dua bulan yang ada bakal diisi dengan beragam program tim pelatih mulai dari latihan taktikal, fisik hingga laga uji coba.
Sebelumnya Manajemen PSIS berniat memperpanjang kontrak 75 persen pemain PSIS musim ini.
"Ada 75 persen pemain lama yang dipertahankan, setelah itu kami akan mencari pemain baru sesuai rekomendasi dari pelatih," kata Wahyu Winarto GM PSIS.
Untuk posisi pelatih tetap dipegang Jafri Sastra, karena terbukti mampu meningkatkan performa PSIS yang sempat terseok-seok di putaran pertama.
Setelah Jafri Sastra masuk menggantikan Vincenzo Annese, penampilan PSIS mulai membaik.
Perlahan tapi pasti PSIS terus menanjak, hingga akhirnya aman dari jerat degradasi.
"Kami menargetkan negosiasi untuk mempertahankan pemain lama bisa selesai pada akhir Desember ini," ujar Wahyu Winarto.
PSIS mengakhiri perjalanan di Liga 1 2018 dengan hasil yang cukup baik PSIS berada di peringkat ke-10 dengan 46 poin.
Capaian ini juga yang membuat manajemen Laskar Mahesa Jenar kemudian memutuskan untuk tetap mempertahankan Jafri Sastra sebagai pelatih kepala.
Jafri Sastra tidak memimpin PSIS sejak awal musim.
Pelatih berdarah Minang ini tercatat menjadi nahkoda PSIS pada 14 laga terakhir.
Hasilnya, delapan kemenangan, dua kali imbang dan empat kali kalah.
Satu yang paling krusial adalah kemenangan beruntun di empat laga kandang di penghujung kompetisi 2018.
Raihan penting ini pula yang kemudian menyelamatkan Hari Nur Yulianto dan rekan dari jurang degradasi.
Padahal, hingga pertengahan musim, PSIS tak pernah beranjak dari lingkaran papan bawah.
PSIS sebelumnya diprediksi bakal menjadi satu tim yang bakal terlempar dari kasta tertinggi musim 2018.
(Tribunnews.com/Gigih)