TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melakukan pemantauan khusus pada aktivitas Gunung Anak Krakatau.
Pemantauan khusus pada aktivitas Gunung Anak Krakatau itu untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya longsoran Gunung Anak Krakatau yang bisa berpotensi memicu terjadinya kembali tsunami di Selat Sunda.
Hal itu disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikora Karnawati bersama jajarannya dalam jumpa pers pada Selasa (25/12/2018) malam sepeti dikutip Tribunnews.com dari tayang live TVOne.
"Kami mengembangkan aplikasi untuk monitoring Gunung Anak Krakatau."
"Ada enam sensor yang dipasang yakni tiga di Lampung dan tiga di Pulau Jawa," kata Dwikora.
Baca: Tim DVI Polri: 205 Jenazah Korban Tsunami Sudah Diserahkan kepada Pihak Keluarga
Menurut Dwikora, tindakan untuk melakukan fokus pemantauan aktivitas Gunung Anak Krakatau mengingat kondisi Gunung Anak Krakatau yang aktivitasnya masih tinggi.
Melalui sensor yang dipasang, BMKG berharap bisa mendeteksi aktivitas Gunung Anak Krakatau dan memberikan peringatan dini lebih baik kepada masyarakat.
"Tsunami pada 22 Desember lalu itu magnitudonya setara dengan 3,4. Jika nanti ada getaran lebih dari 3,4 maka kami akan berikan warning, dan akan kita evaluasi selama satu jam. Kalau satu jam tidak ada tsunami, maka BMKG akan mencabut warning itu," ujar Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menambahkan.
Lebih lanjut, Dwikora menimbau masyarakat untuk tidak panik tetapi waspada.
Masyarakat juga diminta untuk menghindari pesisir pantai Selat Sunda dengan radius 500- 1 KM.
Hal ini karena diperkirakan masih terjadinya gelombang tinggi dan curah hujan lebat.
"Esok cuaca diperkirakan hujan sedang hingga lebat pada siang sampai sore hari. Yang dikhawatirkan saat hujan lebat karena kondisi kawah terus diguncang-guncang dan dikhawatirkan tebing makin rapuh apalagi jika diguyur hujan. Sekali lagi, jangan berada di pesisir pantai pada radius 500-1 km," kata dia.
(Tribunnews.com/Daryono)