TRIBUNNEWS.COM - Kamis (10/1/2019) kemarin, Gunung Agung di Bali kembali erupsi atau meletus.
Dikutip Tribunnews.com dari postingan Instagram @pvmbg_kesdm, erupsi tersebut terjadi pukul 19:55 WITA.
Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi kurang lebih 4 menit 26 detik.
Tinggi kolom abu tidak teramati karena kabut.
Hingga Jumat (11/1/2019) hari ini, status gunung tertinggi di Pulau Dewata ini masih berada pada level III atau siaga.
Untuk itu, pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat sekitar serta pendaki,pengunjung atau wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.
Tak hanya masyarakat sekitar Gunung Agung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga meminta masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran-aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung agar mewaspadai potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran lahar hujan.
Dikutip Tribunnews.com dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta terkait Gunung Agung yang kembali erupsi pada Kamis (10/1/2019) malam kemarin.
Baca: Pendaki Wajib Tahu! Ini 7 Aturan yang Harus Ditaati saat Mendaki Gunung Agung di Bali
1. Gunung tertinggi di Bali
Gunung yang berada di kecamatan Rendang, Karangasem, Bali ini memiliki ketinggian 3.031 mdpl.
Hal ini menjadikannya sebagai gunung tertinggi di Pulau Dewata.
Selain menjadi gunung tertinggi di Bali, Gunung Agung juga merupakan tempat sakral bagi umat Hindu.
Di lerengnya terdapat Pura Besakih yang merupakan satu di antara pura terpenting di Bali.
2. Bertipe stratovolcano
Atap Pulau Dewata ini masuk dalam jenis gunung bertipe stratovolcano.
Gunung jenis ini biasanya memiliki kawah yang sangat besar dan dalam juga terkadang mengeluarkan asap serta uap air.
Jika dilihat dari Pura Besakih, Gunung Agung tampak berbentuk kerucut dan runcing sempurna.
Namun sebenarnya puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.
3. Daftar letusan
Gunung yang dikeramatkan umat Hindu Bali ini tercatat telah beberapa kali meletus.
Letusan pertamanya tercatat terjadi di tahun 1808.
Kala itu Gunung Agung melontarkan abu dan batu apung dalam jumlah luar biasa banyaknya.
Letusan kedua terjadi di tahun 1821.
Di tahun ini letusannya terbilang normal dan tak sedahsyat letusan pertamanya.
Di tahun 1843, Gunung Agung kembali meletus.
Letusan ketiganya ini didahului sejumlah gempa bumi baru kemudian ia memuntahkan abu vulkanik, pasir dan batu apung.
Letusan selanjutnya terjadi di tahun 1963, 2017, akhir 2018 hingga yang terbaru adalah pada Kamis (10/1/2019) kemarin.
Baca: Kisah Pendaki yang Hilang di Gunung Agung 11 Tahun Silam dan Belum Diketemukan hingga Sekarang
4. Kepercayaan masyarakat
Sebagai gunung tertinggi di Pulau Bali, Gunung Agung dipercaya sebagai tempat bersemyamnya para dewa.
Masyarakat setempat percaya, Gunung Agung merupakan tempat keberadaan istana dewata.
Tak heran, kalau kemudian tempat ini disakralkan dan dikeramatkan.
5. Jalur pendakian
Saat statusnya normal, atap Pulau Dewata ini juga menjadi destinasi favorit para pendaki.
Tercatat, ada tiga jalur pendakian yang bisa digunakan untuk naik ke Puncak Agung.
1. Jalur Selatan
Dimulai dari Kecamatan Selat, Karangasem dengan basecamp Pura Pasar Agung.
2. Jalur Tenggara
Dimulai dari Budakeling lewat Nangka.
3. Barat Daya
Adalah jalur yang paling umum digunakan.
Dimulai dari Pura Besakih di Kecamatan Rendang, Karangasem.
(Tribunnews.com/Fathul Amanah)