Penyelidikan kasus penembakan di Selandia Baru libatkan 250 orang tim gabungan, ada detektif hingga FBI.
TRIBUNNEWS.COM - Aparat keamanan terus melakukan penyelidikan atas kasus penembakan di Selandia Baru, FBI pun diikutsertakan bersama tim gabungan terdiri dari 250 orang petugas.
Tim gabungan tersebut didedikasikan untuk penyelidikan peristiwa di dua masjid di Christchurch yang terjadi pada Jumat (15/3/2019) lalu.
Demikian diterangkan oleh petugas New Zealand Police, Komisaris Polisis Mike Bush dalam laman resmi New Zealand Police pada Senin (18/3/2019).
Mike Bush menyebutkan, penyelidikan terhadap serangan teror Christchurch menyertakan sejumlah detektif dan spesialis terbesar yang pernah digunakan New Zealand Police untuk penyelidikan.
"Kami memiliki lebih dari 250 petugas dan staf pendukung yang didedikasikan untuk penyelidikan ini," ujarnya.
"Ini merupakan penyelidikan internasional yang mencakup staf dari FBI dan Polisi Federal Australia di Selandia Baru, serta para penyelidik yang membantu di negara-negara Australia," imbuh dia.
Baca: New Zealand Police Kabarkan Satu Lelaki Lagi Terduga Pelaku di Selandia Baru, Disidang Besok Senin
Update penyelidikan
Mike Bush menerangkan, hasil penyelidikan tahap awal bahwa serangan menewaskan puluhan orang tersebut dilakukan oleh satu orang.
Pihaknya meyakini tidak ada indikasi adanya keterlibatan orang lain dalam serangan itu.
"Kami percaya tindakan mengerikan ini dilakukan oleh satu orang," tegasnya.
Dikutip dari TribunStyle.com, ada 4 orang yang di tangkap tetapi hanya satu yang dipercayai menjadi dalang dari teror ini.
Brenton Tarrant pria berumur 28 tahun ini sudah sampai di kejaksaan kemarin dan akan masih dikembalikan ke tempat penahanan sampai tanggal Jumat, minggu depan (5/4/2019).
Sesuai rilisan TVNZ.com, komisioner Mike Bush mengatakan bahwa bahwa ada 4 yang ditangkap, 3 orang lain tidak ada sangkut pautnya dengan teror penembakan yang terjadi di Christchurch, Selandia Baru.