Sampai di Singapura, Mus Mulyadi dan teman-temannya menumpang di rumah seorang keluarga etnis Melayu.
Setelah 2 tahun di Singapura mereka tak kunjung mendapatkan tawaran show.
Mus Mulyadi dan kawan-kawan sempat menjadi gelandangan, kelaparan, terlunta-lunta tanpa makanan, pekerjaan, dan uang.
Dengan tekad yang besar, mereka akhirnya mulai mendapatkan kesempatan mengubah nasibnya.
Setelah sempat menjadi pengangguran, Mus Mulyadi belajar menciptakan lagu dan muncullah lagu "Sedetik Dibelai Kasih", "Jumpa dan Bahagia", " Kr. Jauh di Mata", hingga terkumpullah 10 lagu.
Mereka kemudian memutuskan untuk kembali ke tanah air.
Mus Mulyadi lalu bergabung dengan sebuah grup band bernama Favourite's Group.
Baca: Indra Utami Tamsir Gelar Lomba Vokal Keroncong Berkebaya 2018 Tingkat Nasional
Beberapa waktu bergabung dalam band tersebut, Mus Mulyadi memilih bernyanyi solo.
Ia memutuskan untuk bernyayi keroncong pop yang kemudian membuatnya terkenal.
Mus juga sempat bermain dalam film layar lebar dan menyanyikan lagu dangdut.
Mus Mulyadi harus berjuang melawan penyakit diabetes.
Penyakit ini bahkan menyebabkan kedua matanya buta sejak tahun 2009.
Ia menderita penyakit diabetes sejak tahun 1984.
Kini rajanya musik keroncong telah tutup usia.
Selamat jalan Mus Mulyadi!
(Tribunnews.com/Miftah)