Laporan Wartawan Tribun Jakarta
TRIBUNNEWS.COM - Benarkah hanya karena kekhawatiran datangnya angin dan hujan saat pelaksanaan konser, grup musik Guns N Roses kemudian ingkar janji atas pelaksanaan konser yang sedianya dilaksanakan di Lapangan D, Senayan, Sabtu (15/12/2012) malam?
Tribun Jakarta (TRIBUNnews.com Network) melaporkan, soal angin dan hujan sebenarnya bukan hal yang baru buat GN'R. Axel Rose, beserta para 'karyawan' barunya pernah melakoni konser sambil berbasah-basahan kala tampil di festival musik 'Rock in Rio 2011'. Kala itu hujan deras disertai angin dan guntur, mengguyur Kota Rio de Janeiro, Brasil pada 2 oktober 2011 silam.
Apa mereka mundur? Tidak. William Bruce Rose Jr alias William Bruce Bailey yang tenar lewat nama Axel Rose menyiasati lewat tampil mengenakan jas hujan warna kuning stabilo yang mencolok. Kru GN'R kala itu tampak sibuk mengepel air yang menggenangi panggung. Konser tetap berjalan. Penonton pun tetap terpuaskan.
Pengunduran dan pemindahan jadwal serta lokasi konser di Jakarta kali ini pun bukan kali pertama bagi grup musik ini. Di kota-kota lain, GN'R bahkan kerap membatalkan konser begitu saja. Kerusuhan tak terhindarkan, kerugian material jadi keniscayaan. Beruntung, itu tidak terjadi di Jakarta, setidaknya hingga Sabtu malam tadi.
GN'R memang punya label sebagai grup musik yang 'rawan kerusuhan' saat menggelar konser. Tudingan atas munculnya labelisasi 'sangat berisiko' pada band itu ditujukan pada sosok sang vokalis, Axel Rose.
Di masa kejayaan grup musik yang pernah dijuluki The Most Dangerous Band in The World itu, puluhan kerusuhan ditorehkan karena sikap Axel. Ia dikenal sebagai pribadi yang 'sesuka gue'.
Tengok saja kala GN'R yang masih beranggotakan Saul Hudson aka Slash (lead guitar), Michael Andrew "Duff" McKagan (bass), Gilbert "Gilby" Clarke (rhythm guitar), dan Matthew William Sorum (drum) menggelar tur keliling dunia bertajuk 'Use Your Illusion', Axel kerap datang terlambat selama berjam-jam ke lokasi yang berujung pembatalan konser.
Amarah Axel yang bisa datang tiap saat di panggung juga hal lain berbahaya. Membanting mic dan menyetop konser di tengah pertunjukan jadi hal biasa terjadi kala itu. Ingat kerusuhan di St Louis pada 2 Juli 1991? Hanya karena seorang penonton mengambil foto lewat kamera dan ketidakgesitan petugas keamanan, Axel mengamuk dan 'menubruk' si penonton dari atas panggung.
"Terima kasih atas petugas keamanan yang lelet, saya pulang," ujar Axel kala itu lalu membanting mic dan bergegas meninggalkan panggung.
Penonton marah, bakar-bakaran terjadi. Kerugian sebesar 200 ribu dolar Amerika tak terhindarkan. Axel ditangkap atas tuduhan dalang kerusuhan.
Kontoversi memang identik pada sosok penyanyi kelahiran Lafayette, Indiana, AS, 6 Februari 1962 ini. Itu tak lekang meski kini ia berusia 50 tahun. Hanya saja, Axel yang terindikasi mengidap penyakit Bipolar disorder (perubahan mood secara ekstrim) kini tampak lebih bisa mengendalikan amarah.
Contoh anyar hal itu kala ia dilempari botol plastik saat bernyanyi di Sao Paulo, Brasil medio 2010 silam. Ia tak langsung pergi. Ia berkomunikasi pada penonton, meski lewat ancaman akan mengehentikan pertunjukan, ia tetap melanjutkan konser.
“Ayolah, jangan jadi pengecut. Siapa yang melempar botol? Apa kau ingin mengacaukan konser buat semua yang hadir? Saya sih 'ga masalah, saya akan pulang, kami (GN'R) akan pergi dari sini. Kita bisa rusuh atau kita bisa bergembira di sini. Kalian mau bergembira kan? Kalau begitu, saya tak butuh pengecut," katanya lalu melanjutkan konser kala itu. OLN/TRIBUNNEWS
Lihat cover story Tribun Jakarta Digital Newspaper