News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Uje Meninggal Dunia

Uje Kecil Tinggal di Gang Sempit

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustadz Jeffry Al Buchori

TRIBUNNEWS.COM -- BEGITU memasuki Gang Budi Rahayu di RW 9, Kelurahan Manggadua Selatan, Kecamatan Sawahbesar, Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2013) petang, warga umumnya tengah menonton televisi. Tayangan televisi umumnya menyiarkan berita kematian Jeffry Al Buchori alias Uje.

Tidak heran, karena warga di Gang Budi Rahayu memiliki ikatan emosional dengan Uje yang lahir di wilayah itu. Warga yang tinggal di sepanjang gang itu ikut berduka. Masjid-masjid dipenuhi warga yang akan mengaji untuk mendoakan Uje.
Di gang itu pula, rumah masa kecil Uje yang terletak di pemukiman padat penduduk masih kokoh berdiri. Gangnya sempit, motor saja sulit lewat apabila ada serombongan orang berjalan berturutan, apalagi kalau ada motor parkir.

Di bagian depan gang ada tempat berdagang yang selalu ramai. Sementara itu, di beberapa bagian gang ada bagian gelapnya. Dibandingkan rumah-rumah lain, rumah masa kecil Uje terbilang terhitung paling baik. Pagarnya berupa besi berornamen. Terasnya berlantai keramik. Cat tembok berwarna krem terlihat rapih dan tak ada perbedaan antara sisi satu dan lainnya. Lampunya menyala sama terang di teras dan di dalam rumah.

Oleh rekan-rekan Uje semasa kecil, keluarga Uje memang terkenal paling berada diantara keluarga di gang itu. Ayah Uje, Almarhum Haji Ismail Modal bekerja sebagai pelaut. Sedangkan keluarga ibunya mayoritas Kiai, makanya warga sangat menghormati. Bahkan, ibundan Uje, Tatu Mulyana, saat Uje kecil adalah pendakwah. Bahkan kerap berdakwah untuk rombongan Haji.

Harjansah (37), rekan Uje semasa sekolah dasar adalah salah satu yang merasakan pernah dibantu oleh keluarga Uje. Pria bertubuh kurus itu baru saja pulang dari melayat Uje. Harjansah mengaku, keluarganya banyak ditolong semenjak ayahnya meninggal di Tahun 1990-an. "Waktu ayah saya meninggal, saya punya tiga adik. Lalu ketiga adik saya itu dijadikan anak asuh oleh keluarga Uje," kata Harjansah kepada Warta Kota, kemarin malam. Bahkan, salah satu Adik Harjansah, Ridwan (32), kini bekerja sebagai asisten pribadi Uje.

Baru-baru ini, Uje juga memberangkatkan Harjansah Umroh pada bulan Maret lalu. Uje yang mengurus semua biaya, Harjansah cuma perlu menyiapkan passport. Dia pergi umroh ke Tanah Suci Mekkah bersama Uje dan rombongan pada 5 Maret - 13 Maret 2013.

Usia Harjansah terpaut tiga tahun lebih muda dari Uje. Dia masih ingat dirinya kerap bermain petak umpet bersama Uje. Dulu, ingat Harjansah, dia bermain petak umpet bersama Uje dengan menggunakan semacam kaleng. Mereka akan memulai permainan dengan mengundi siapa yang dapat giliran mencari. Setelah itu mereka akan melempar kaleng jauh-jauh untuk diambil si pencari.

Barulah setelah itu si pencari akan mencari satu per satu rekannya yang bersembunyi dengan kaleng itu. Setiap melihat ada yang bersembunyi, pencari harus menginjak kaleng sambil menebak siapa yang bersembunyti. "Yah, namanya anak-anak, kami selalu bermain setiap hari waktu itu. Uje juga kerap dapat giliran jadi pencari," kenang Harjansah. Dia mengingat Uje sebagai sosok humoris dan agak usil saat kecil.

Begitu pula Leni Mailani (41), rekan Uje semasa sekolah di SDN Karanganyar 07 Pagi. Leni mengingat Uje sebagai sosok anak yang unik. Uje pintar, tapi juga nakal dan berani. Bahkan tak jarang Uje berkelahi dengan kakak kelas karena membela rekannya yang dikerjai oleh kakak kelas semasa SD. "Di sekolah Uje itu pintar. Dulu, Uje bahkan tak ikut kelas 5. Soalnya dari kelas 4 SD dia langsung melompat ke kelas 6 SD. Saat itu Uje akhirnya berada satu kelas dengan kakaknya, Aswan Faisal," kata Leni ketika ditemui Warta Kota di rumahnya, kemarin malam.

Seingat Leni, semasa SD Uje pernah punya teman wanita. Dengan teman perempuan itulah Uje kerap jalan bareng. "Teman wanita Uje itu sekarang tinggal di Tangerang. Dia itu hapal betul kenakalan Uje," kata Leni.

Semasa SD, ternyata Uje pernah meraih juara pertama lomba Qori (membaca Al-Quran) tingkat Provinsi DKI Jakarta. Ketika membaca Al-Quran, suara Uje merdu dan tak ada yang dapat menyaingi di gangnya.

Jadi Pecinta Alam

Selepas Sekolah Dasar (SD), Uje kemudian melanjutkan sekolah ke Pesantren di Tangerang. Namun Uje selalu menyempatkan pulang. "Dia itu terkenal slengean. Suka-suka dia saja pokoknya waktu SMP itu, ingat Hendri Supriyatna (46). Hendri mengatakan, semasa SMP Uje bermain dengan orang-orang yang lebih tua, salah satunya adalah Hendri sendiri.

Dulu Hendri dan Uje pernah mendirikan sebuah band bernama Band Dekil. Uje jadi vokalis saat itu. "Suaranya memang bagus. Makanya kami yang saat itu sudah lulus SMA saja memilih Uje yang jadi vokalisnya," kata Hendri.

Kemudian, selepas SMA, sekitar tahun 1990an, Uje ikut organisasi pecinta alam di gangnya. Organisasi itu bernama Boedi Rahayu Pecinta Alam (BOEPALA). Organisasi itu sudah berdiri sejak tahun 1978.

"Saya mulai naik gunung bersama Boepala tahun 1984. Uje itu mulai ikut naik gunung tahun 1991," seingat Hendri. Biasanya, kata Hendri, pendakian itu bisa dilakukan dua minggu sekali.

Paling sering mereka mendaki Gunung Gede-Pangrango, Gunung Salak, dan Gunung Halimun. "Uje itu kuat juga kalau naik gunung. Cepat juga dia kalau naik," kata Hendri kepada Warta Kota.

Pertemuan terakhir

Sebelum meninggal, Uje masih sempat mengikuti kegiatan Boepala pada 6-7 April di  April di Pasir rengit, Cibatok, Bogor. Saat itu diadakan Musyawarah Besar Boepala. Sampai meninggal Uje masih menjabat sebagai penasehat Boepala.
Ketika itu, kata Hendri, Uje diundang sebagai pembicara. Saat hadir, Uje sedang sakit. Tubuh Uje meriang. Bahkan, baju seragam oranye Boepala terpaksa Uje lapisi dengan jaket kulit berwarna hitam.

"Dia sakit waktu itu. Bahkan ketika hendak pulang Uje sampai kami harus papah karena hampir terjatuh," kata Hendri kepada Warta Kota ditemui di rumahnya.

Di foto-foto terakhir bersama Boepala, Uje terlihat mengenakan topi. Saat difoto dia terlihat lebih banyak menunduk. Mukanya kurang ceria. Kontras dengan orang-orang yang berfoto bersama Uje yang tampak ceria. "Saya sekarang sedang cari foto-foto Uje ketika naik gunung bersama Boepala. Saya banyak yang hilang," kata Hendri.

Di masa Uje jadi pendaki, Uje kerap merubah gaya rambutnya. Terkadang pendek, panjang, gondrong, lalu potong cepak. Gaya celananya pun aneh-aneh. Paling sering Uje memakai celana model Cut Brai ketika berjalan di gang sempit rumahnya itu. (Warta Kota/Theo Yonathan Simon Laturiuw)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini