Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Andrea Hirata gembira. Film Laskar Pelangi sekuel 2, Edensor, yang diadaptasi dari novel karyanya sendiri, sudah dirampungkan dan ditayangkan di bioskop pada 24 Desember mendatang.
Ia mengharapkan kepada penonton untuk tidak membandingkan film tersebut dengan novelnya. Sebab, lanjut dia, film dan novel merupakan dua karya berbeda.
"Saya selalu bilang, percuma kalau film sama kaya novelnya. Whats the poin kalau sama?" ucapnya semalam dalam jumpa pers di Menara BTN, Harmoni, Jakarta Pusat.
Dalam proses pembuatan film, Andrea rupanya sengaja membiarkan sang sutradara, Benni Setiawan, dalam menuangkan ide kreativitasnya secara mandiri. Ia sama sekali tidak ikut campur terkait konten.
"Dari awal, kalau film ini dibuat, saya enggak komunikasi dengan Mas Benni. Biar film ini beda. Bagamana sineas akan menerjemahkan, saya harus respek. Itu menurut saya otoritas yang dimiliki pembuat film," ucapnya.
"Saya dari awal sangat menghormati porsi yang ada di tangan produser, sutradara, dan scriptwriter. Jadi, saya tidak ikut campur. Ada hadisnya itu. Saya bukan ahlinya, bukan film maker. Jadi, serahkan sama yang mengerti," lanjutnya.
Namun, ia percaya roh yang ada dalam novel tetap ada di film tersebut. Seperti pada film perdana tetralogi Laskar Pelangi. Di mana Mira Lesmana dan Riri Riza begitu jenius menerjemahkan novel dalam film.
"Kalau di Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, kita melihat bagaimana kejeniusan Mira dan Riri. Dan, di sini kita lihat Mas Benni," tandasnya.