TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fatin Shidqia Lubis punya masa suram. Saat di SMP, ia nyaris tak punya teman. Ia memang mengakui kesulitan bersosialisasi.
"Aku enggak gaul. Selama tiga tahun temanku hanya dua. Teman yang satu sama-sama cupu (culun) seperti aku. Sementara satunya lagi teman pindahan sekolah dari luar kota," ucapnya, Selasa, (10/12/2013), di Toko Buku Gramedia, Matraman, Jakarta Pusat.
Mayoritas teman-teman sekolah Fatin kala itu, berasal dari SD yang sama. Fatin berbeda SD, sehingga sang gadis berkerudung sulit beradaptasi.
"Mereka rata-rata sudah berteman dari sekolah dasar. Kemudian membentuk kubu-kubuan," lanjutnya.
Karena kurang gaul, Fatin cari pelarian ke online game.
"Saat itu, duniaku hanya game dan online. Setelah pulang sekolah aku langsung ke warnet (warung internet) langganan. Biasanya aku booking untuk tiga jam," ungkapnya.
Karena kecanduan game, ia pun tidak punya cita-cita apapun kecuali jadi gamer andal. Prestasi sekolahnya di bangku SMP berantakan. Orangtuanya marah dan bersikap tegas kepadanya, dengan menghentikan pasokan uang jajan dan menyita ponsel.
"Aku sadar ini kesalahanku," cetusnya.
Kisah tersebut juga dipaparkannya dalam buku berjudul 'Fantastic Fatin: Ini Baru Permulaan', terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, yang ditulis Sundari Mardjuki. (*)