News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Novel Detektif Cormoran ala Penulis Harry Potter

Penulis: Danang Setiaji Prabowo
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JK Rowling menerbitkan buku baru berjudul The Cuckoo s Calling

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penyihir muda Herry Potter muncul lagi? Tidak juga. Penulis kondang asal Inggris JK Rowling yang melahirkan tokoh Harry Potter, kini menciptakan sosok bernama Cormoran Strike dalam novel terbaru berjudul The Cuckoo's Calling (Dekut Burung Kukuk).

Cormoran bukan murid sekolah sihir Hogwarts seperti Harry Potter, melainkan seorang detektif, pengurai kasus pembunuhan misterius, bernama Cormoran Strike. Uniknya, ketika meluncurkan buku itu JK Rowling lebih suka menggunakan nama samaran, Robert Galbraith.

Gramedia Pustaka Utama, penerbit novel tersebut versi bahasa Indonesia akan meluncurkan ke pasar mulai 22 Desember. Pencinta JK Rowling dan pembaca lainnya bisa mendapatkan The Cuckoo's Calling di toko buku Gramedia di seluruh Indonesia.

Di balik peluncuran novel tersebut, ternyata bukan pekerjaan mudah mengalihbahasakan The Cuckoo's Calling agar mudah dipahami pembaca di Indonesia. Ada beberapa kendala yang dialami oleh penerjemah, terutama menyangkut istilah hukum yang biasa dipakai di negara yang menerapkan sistem hukum Anglo Saxon itu.

Siska Yuanita, penerjemah The Cuckoo's Calling mengaku bukan hanya terkendala istilah hukum tetapi juga sempitnya waktu.

"Waktunya pendek dan kata-kata dalam bahasa Inggrisnya tidak mudah diterjemahkan. Contohnya kalimat panjang yang beranak-anak kalimat," katanya seusai peluncuran buku The Cuckoo's Calling di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (19/12).

Alhasil ada beberapa istilah yang tidak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia karena khawatir bakal beda makna. "Bisa kehilangan kehilangan kesan muramnya. Rowling gemar menggunakan permainan kata. Untuk kalimat panjang, jika tidak merusak konteks, saya penggal jadi dua kalimat," ujar Siska Yuanita.

Siska sampai harus melibatkan pihak lain ketika menerjemahkan kalimat-kalimat Rowling. "Saya minta bantuan pihak lain ketika menerjemahkan istilah hukum. Ada istilah hukum dan pangkat-pangkat di kepolisian Inggris. Menurut saya, novel ini menantang (untuk diterjemahkan). Hanya ada waktu tiga bulan waktu untuk menerjemahkannya," kata Siska.

Sebagai penerjemah yang harus membaca seluruh bagian novel tersebut, Siska melihat Robert Galbraith (nama samaran JK Rowling) mempunyai karakter berbeda dengan kebiasaan Rowling. Rowling berupaya membuat pembaca menjadi penasaran mengenai kelanjutan kisahnya.

"Persamaan buku ini dengan cerita detektif lain, ada pembunuhan, ada misteri, ada metode, sampai digiring mengenali para tersangka. Baru tahu siapa pembunuhnya setelah membaca buku sampai bagian paling akhir," tambahnya.

Veteran perang miskin

Perbedaan dengan novel detektif lainnya, Rowling memilih seorang model sebagai latar belakang cerita. Kelebihannya, Rowling menggambarkan segala sesuatunya secara detail, sehingga pembaca serasa berada di Kota London.

"Deskripsinya luar biasa. Bagaimana London saat malam hari, orang sudah pulang kerja, sepi. Dia punya kekuatan bercerita yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Sayang kalau tidak disimak sampai selesai," ujar Siska.

Wartawan yang juga pecinta novel JK Rowling, Leila S Chudori, menyebut sang penulis novel berhasil membangun karakternya.

"Biarpun mencekam, tetapi mampu membangun simpati pembaca pada karakternya. Dari sisi mental, orang yang kalah itu justru tokoh utamanya. Itu kemampuan Rowling yang tidak dimiliki penulis lain," ucapnya.

Mengenai perbedaan novel kriminal karya Rowling dengan novel kriminal lain, Leila berpendapat tokoh detektif di novel tersebut mempunyai masalah psikologis karena merupakan veteran perang yang sudah kehilangan satu kakinya dan kemudian memakai kaki palsu.

"Hidupnya miskin, hancur lebur, tapi bisa bertahan. Membangun karakter ini sulit. Pembaca juga harus sampai selesai membaca agar tahu siapa pembunuhnya. Novel lain, tidak harus sampai habis sudah bisa ditebak. Saya sampai salah-salah terus menebak siapa pelakunya," kata Leila

General Manager Gramedia Pustaka Utama, Siti Gretiani, memberi sedikit panduan kepada pembaca. Ia menyebut detektif partikelir bernama Cormoran Strike mendapat tugas menyelidiki kematian model bernama Lula Landry.

"Rowling telah menciptakan tokoh pahlawan baru dalam diri Cormoran Strike. Kisah Cormoran Strike rencananya terbit sebagai serial, dan membuat pembaca tak sabar menunggu kasus berikutnya," kata Siti.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini